KH. Ali Maksum lahir pada tahun 1915 M dan wafat pada tahun 1986 M dan di makamkan di Teluk Nilau, Kecamatan Pengabuan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi.
Adapun putranya yakni, KH. Tabrani Ali menikah dengan putri dari KH. Idham Chalid, seorang tokoh ulama yang pada tanggal 7 November 2011 diangkat menjadi Pahlawan Nasional dan Pada tanggal 19 Desember 2016 diabadikan dalam pecahan uang Rp 5.000.
KH. Tabrani Ali pernah menempuh pendidikan di Madrasah Nurul Iman, Seberang Kota Jambi (1945-1951). Lantas melanjutkan ke Madrasah Islam di Amuntai (1952-1955), dan selama di Amuntai ini, beliau aktif di organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Tahun 1952-1953 menjabat sebagai Sekretaris Gerakan Pemuda Ansor Cabang Amuntai, tahun 1954-1955 menjadi Ketua Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama (IPNU) Cabang Amuntai, kemudian terpilih sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama (IPNU) Wilayah Kalimantan Selatan tahun 1955-1956. Kemudian pada tahun 1956 M, KH. Tabrani Ali melanjutkan studinya di Al-Azhar Kairo, Mesir.
Setelah ziarah ke makam KH. Ali Maksum, bersama Ust. Ahmad Jauhari (Cucu-Keponakan KH. Ali Maksum). Saya sowan ke Ndalem Kyai Muhammad Yahya yang juga, masih keturunan atau saudara dari KH. Ali Maksum.
Sepertihalnya KH. Tabarani Ali, Kyai Muhammad Yahya juga, merupakan alumni Madrasah Nurul Iman, Seberang Kota Jambi. Beliau banyak menulis kitab. Seperti: Buku Qoidah Faraidh, Cabang Iman, Bayar Fidyah Shalat wa Syiam, Buku Badan Amil, Ghoslatul Mayit wa Kafan, Luqtoh al-Masail Mayit. Semuanya ditulis menggunakan aksara Arab-Melayu.
Kyai Muhammad Yahya banyak bercerita tentang KH. Ali Maksum. Diantaranya saat ayah KH. Ali Maksum yakni, KH. Nurdin Marbu menemui atau menjumpai malam Lailatul Qadar, beliau berdoa agar anak keturunannya menjadi orang yang “al-‘alim al-‘allamah”. Cerita ini mengingatkan saya pada salah seorang ulama dari Patani, Thailand yaitu, Tok Bendang Daya ketika bersua dengan malam Lailatul Qadar, beliau berdoa kepada Allah dan meminta agar keempat anaknya menjadi seorang ‘ulama besar’. Mereka adalah: Syekh Muhammad Zain al-Fathani, Syekh Abdul Qadir al-Fathani, Syekh Abdul Lathif al-Fathani dan Syekh Wan Daud al-Fathani.
Waallahu ‘Alam
Jambi, 17 Juni 2021
No responses yet