Maka shalat lah engkau dan berkurbanlah — Al Kaustar 2.
Shalat dan sembelih lah kurbanmu sendiri, insya Allah akan kau temukan Ibrahim as dan putranya Ismail as hadir menyaksikan mu—-

*^^^*

Shalat dan kurban dirangkai dalam satu perintah. Kemudian berkembang pemikiran fiqh apakah kurban itu wajib atau sunah. Setiap Iedul kurban atau cukup sekali seumur hidup. Sendirian bersama keluarga atau urunan bersama tetangga sebelah rumah.

Yang tidak boleh dipotong kuku dan rambut binatang kurban atau pekurban yang membiarkan kuku berikut rambut dan jenggut pekurban hingga binatang disembelih. Disembelih di mushala atau tempat lain yang lapang. Disembelih sendiri atau di serahkan panitia. Seekor kambing cukup untuk sekeluarga. Sapi untuk seorang.

Berapa prosentasi makan, simpan dan bagi. Berapa hari daging kurban boleh disimpan. Siapa saja berhak mendapatkan bagian. Makan daging dan kuah hewan kurban bersama al qani dan al mu’tar. Apakah kulit nya boleh dijual atau dibagikan berikut dagingnya. Apakah tukang sembelih dapat bagian atau boleh terima upah.

*^^^*

Dunia berubah kebiasaan berkurban juga berubah— beberapa malah kehilangan esensi sebab kurban dimaknai sesuai selera atau kondisi dan situasi. Kurbanpun hilang sakral. Hilang arah jauh dari tujuan yang ditetapkan.

Ibrahim as dan Ismail as pun tenggelam dalam riuh para pemburu daging. Yang diukur hanya berapa ekor hewan di penggal dan berapa kwintal daging di dapat. Cara dan teknis membagi menjadi yang utama. Esensi kurban pun sirna tanpa ruh.

Kurban banyak menyimpang. Panitia kurban menjadi yang utama. Posisi pekurban tenggelam dalam dominasi atas nama musyawarah bersama. Teladan dan uswah nabi diabaikan. Kebiasan para sahabat kalah nyaring dibanding kebiasan dan adat.

*^^^*

Ambil kurbanmu. Robohkan dengan kaki di ikat. Injak kepalanya. Panggil keluargamu untuk menyaksikan. Ucapkan takbir dan sebut nama Tuhanmu. Ambil daging sebagian untuk dimakan bersama keluarga al qani’ dan al mu’tar, ambil sebagian untuk disimpan dan ambil sebagian untuk dibagi kepada kerabat dan siapapun yang membutuhkan.

Betapa sederhananya kurban di masa Rasulullah saw dan para sahabatnya. Ortodoksi kurban tetap terawat dan terjaga. Sebab tidak semua syariat bisa ditafsir atau diubah karena pandemi atau situasi apapun.

Jadi shalat lah dan berkurbanlah — bersama keluargamu, anak anakmu, tetanggamu yang terdekat, berkumpul dan makan bersama daging kurban dan kuahnya —- lakukan sesuai sunah, Insya Allah akan kau dapatkan ruhnya, akan kau dapatkan hikmahnya— dan terpenting akan kau temukan Ibrahim as bersama Ismail as, asal tidak berlebihan dan berbangga-bangga — bukan berapa kwintal daging, bukan diolah menjadi kornet atau rendang, tapi niatmu akan sampai kepada Rabb-mu Yang Maha Tinggi sebelum darah jatuh ke tanah —-

Allahu akbar walillah ilhamd —

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *