21. Rasulullah ﷺ mengubah bentuk duduknya, atau keadaannya ditambah mengulang penjelasannya untuk menunjukkan betapa pentingnya hal yang beliau sampaikan.
Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari, dari Abi Bakrah berkata, Rasulullah ﷺ bersabda: “Maukah kalian aku beritahu tentang dosa yang paling besar (Rasulullah ﷺ mengulangnya 3x)?”. Para sahabat menjawab: “kami mau, Wahai Rasulullah”.
Rasulullah ﷺ bersabda: “menyekutukan Allah, dan durhaka kepada orang tua”. Rasulullah ﷺ yang tadinya besenderan kemudian duduk dengan tegak, dan melanjutkan: “Begitu juga Kalam dusta dan persaksian palsu”. Beliau mengulangnya sampai para sahabat berharap agar beliau menyudahinya.
22. Ketika ingin memberi pelajaran, Rasulullah ﷺ pernah memegang tangan atau pundak orang yang diajak bicara, agar dia makin fokus, dan dapat menangkap dengan cepat apa yang disampaikan.
Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, dari Abdillah bin ‘Umar berkata: Rasulullah ﷺ memegang pundakku dan bersabda: “di Dunia, jadikanlah dirimu seperti orang asing atau seorang yang sedang musafir, dan anggaplah dirimu sebagai ahli kubur”.
23. Rasulullah ﷺ memberikan penjelasan secara global, kemudian baru memperinci penjelasannya, agar lebih jelas dan lebih mudah untuk dihafal. Cara ini yang dilakukan oleh para ulama dalam menulis kitab-kitab untuk diajarkan, dimulai dengan menulis kitab matan sebagai gambaran global, kemudian menulis penjelasan dan komentar sebagai bentuk untuk memperinci penjelasan yang dibutuhkan.
24. Metode yang paling penting dalam cara pengajaran Rasulullah ﷺ adalah dengan mengingatkan ilmu-ilmu yang telah diberikan ketika memberi nasihat-nasihat.
25. Metode Rasulullah ﷺ yang paling nampak adalah memberikan semangat untuk melakukan kebaikan dengan menyebut pahala yang didapat, dan menakut-nakuti untuk melakukan keburukan dengan menjelaskan siksanya.
Rasulullah ﷺ tidak terus menerus menakut-nakuti yang menyebabkan orang-orang akan kabur, tidak juga terus menerus menjelaskan keutamaan yang membuat orang menjadi malas. Namun, Rasulullah ﷺ menyeimbangkan keduanya, terkadang menyemangati terkadang menakuti.
Para ulama juga memiliki perhatian khusus dengan hadits-hadits seputar Targib dan Tarhib, yang paling terkenal adalah kitab yang ditulis oleh Al-Imam Al-Hafidz Muhammad bin Abdul ‘Azhim Al-Munziri.
26. Rasulullah ﷺ juga senang mengajar dengan menceritakan kisah-kisah dan kejadian masa lampau. Karena dengan cerita, para pendengar dapat mengambil pelajaran dan pengalaman dari orang terdahulu.
Hadits-hadits seputar kisah-kisah ini sangat banyak, diantara yang paling terkenal adalah hadits tentang kasih sayang terhadap binatang. Hadits yang menerangkan anjing yang kehausan lalu diberi minum oleh seseorang, sebab itu Allah ampuni orang tersebut dan memasukkannya ke surga.
27. Rasulullah ﷺ juga memberikan perhatian lebih terhadap perempuan dengan mengajarkan dan menasehati mereka secara langsung.
Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari, dari hadits Ibnu ‘Abbas beliau berkata: saya menyaksikan Rasulullah ﷺ melakukan shalat ‘ied, kemudian berkhutbah. Kemudian Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa para perempuan tidak dapat mendengar apa yang beliau ﷺ sampaikan.
Akhirnya, beliau menghampiri mereka, menasehati, dan memerintahkan mereka untuk bersedekah. Sedangkan Bilal sudah siap untuk menampung sedekah mereka. Para perempuan itu mulai memberi cincin, dan sesuatu yang lainnya.
28. Rasulullah ﷺ menjadikan tulisan sebagai wasilah beliau ﷺ untuk menyampaikan ilmu dan pesan. Oleh karena itu beliau memiliki lebih dari 15 penulis yang menuliskan Al-Quran.
Ada juga penulis lain yang menulis surat-surat yang akan disampaikan untuk para raja. Penulis-penulis ini dapat dicek dalam kitab At-Taratib Al-Idariyyah (1/114-172) karya Syekh Al-Hafidz Abdul Hayy bin Abdul Kabir al-Kattani.
Diriwayatkan dalam Sunan Abi Daud dari hadits Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash beliau berkata: aku selalu menulis apapun yang aku dengar dari Rasulullah ﷺ agar aku hafal, kemudian aku dilarang oleh kaum Quraisy, mereka berkata: “apakah kamu menulis semua yang kamu dengar darinya? Sedangkan Rasulullah ﷺ merupakan sosok yang bicara dalam keadaan marah dan senang!”. Aku pun berhenti menulis.
Suatu saat aku ceritakan kejadian tersebut kepada Rasulullah ﷺ, kemudian beliau ﷺ memberi isyarat dengan jarinya ke mulutnya dan berkata: “Tulislah! Maka demi dzat yang jiwaku berada di genggamannya, tidaklah keluar darinya (mulut beliau) kecuali merupakan sebuah kebenaran”.
29. Rasulullah ﷺ memerintahkan sahabatnya untuk mempelajari bahasa Suryani. Metode ini agar pengetahuan sahabatnya dan menjangkau dunia yang lebih luas. Sebagaimana orang Indonesia yang ingin menjangkau pengetahuan yang lebih luas, maka setidaknya ia belajar bahasa-bahasa asing.
Diriwayatkan dalam Sunan At-Tirmidzi, bahwa Zaid bin Tsabit pernah diperintahkan oleh Rasulullah untuk mempelajari bahasa Suryani.
30. Rasulullah ﷺ memberikan pelajaran dengan dzatnya sendiri. Rasulullah ﷺ dipilih oleh Allah sebagai pengajar sejati untuk menyebarkan ajarannya hingga ke pelosok bumi sekalipun.
Dan Rasulullah ﷺ menjadi pengajar baik dengan keadaannya maupun ucapannya, semua keadaan yang terlihat merupakan bentuk pengajaran dari Rasulullah ﷺ.
Hal yang paling terpenting dari metode belajar adalah pengajar itu sendiri. Oleh karena itu Rasulullah ﷺ sempurna baik akal maupun perbuatannya, penampilan dan intelektualnya, semua sisi yang dimiliki oleh Rasulullah ﷺ merupakan bentuk kesempurnaan.
Ringkasan dari kitab Ar-Rasul Al-Mu’allim wa Asalibuhu fi At-Ta’lim hal 172-217 (khatam).