Beliau adalah salahsatu dari pemuka sayid Palembang yang menduduki jabatan tertinggi dalam bidang agama di pemerintahan, jabatannya adalah sebagai Hoofd Penghulu (kepala penghulu) Palembang di era kolonial.
Nama lengkapnya yaitu Sayid Haji Abdurrahman bin Khatib Ahmad bin Khatib Muhammad Arif Jamalullail dan seterusnya sampai ke Syarif Ismail Jamalullail (Puyang Luke) yang bernasabkan Nabi Saw. Masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan Datuk Aman. Dilahirkan di Palembang pada malam Sabtu, 12 Shafar 1268 H atau tahun 1851 M, oleh ibunya Nyayu Khoni’ah binti Kgs. Kurus dalam lingkungan guguk Kampung Anyar, masih di sekitar komplek Masjid Agung.
Dasar-dasar pendidikan agama, diberikan oleh ayahnya sendiri, bersama dengan saudaranya Sayid Juned dan Sayid Bakri. Selain itu, ia juga belajar kepada para gurunya terkemuka waktu itu, seperti: Kgs.H. A. Malik bin Datuk Muhammad Akib, Sayid Hasyir bin Muhammad Arif, Ki. Marogan, Syekh Abdullah bin Makruf, Sayid Ali, Sayid Abdullah, Sayid Sadiq, dll. Kepada guru utamanya, Sayid Hasyir (w.1875), ia belajar ilmu tasawuf dan mengambil ijazah Tarekat Sammaniyah. Ia telah hafal kitab suci al-Qur’an ketika usianya 10 tahun.
Dalam tahun 1858, ia tiga bersaudara, menunaikan ibadah haji yang pertama. Di tanah suci, ia juga menyempatkan diri memperdalam ilmu agama kepada ulama-ulama Arab maupun jaringan para ulama nusantara yang telah menahun di sana. Kemudian pada tahun 1868, ia pun kembali menunaikan haji untuk yang kedua kalinya.
Di Palembang, Sayid Abdurrahman mengisi waktu kesehariannya untuk kepentingan agama. Banyak sekali tugas dan jabatan yang dipikulnya, antara lain:
- Menjadi guru agama baik di masjid, langgar, rumah-rumah penduduk, majelis taklim dan bahkan sampai ke daerah-daerah Sumsel (Tebing Tinggi, dll).
- Pengurus Masjid Agung Palembang.
- Khatib Penghulu Lid Raad Agama Palembang (1888-1905).
- Hoofd Penghulu Palembang (1905-1916).
- Mufti Palembang.
- Penasehat Landraat Palembang (1905-1916).
- Syekh Mursyid Tarekat Sammaniyah.
- dll.
Haji Abdurrahman menggantikan penghulu sebelumnya, yakni Pangeran Penghulu Nata Agama Raden Mustafa (1895-1905). Dalam masa periodenya jabatan Pangeran Penghulu Nata Agama diganti menjadi Hoofd Penghulu (Penghulu Kepala).
Selaku Hoofd Penghulu, Haji Abdurrahman dibantu oleh staffnya yaitu 4 anggota Khatib Penghulu, mereka adalah:
Kms.H. Hasan, H. Hasyir, Kgs.M. Yusuf, dan Kms.H. Abdurrahman.
Dalam membina rumah tangga, Sayid Abdurrahman mempunyai 3 orang isteri, yaitu:
- Syarifah Khadijah bt Sayid Hasyir. Menikah th 1868 dan memiliki 2 puteri bernama Syarifah Aisyah dan Syarifah Uning.
- Nyayu Halimah bt Kgs. Sabaruddin Pandean, menikah di Tebing Tinggi th 1882, dan memperoleh anak: Sayid Ahmad, Syarifah Nur, Aminah, Masturah, Sayid Husin, Rukiah, Usman, Raudhah, Shalehah, dan Sayid Hood.
- Nyimas Fatimah asal Kampung Limbungan, mempunyai 4 orang anak, di antaranya Sayid Husin.
Sayid Abdurrahman Hoofd Penghulu wafat dalam tahun 1920. Jenazahnya dishalatkan di Masjid Agung dan selanjutnya dikuburkan ke ungkonan Candi Walang. Namanya diabadikan menjadi nama sebuah lorong yang melintas di kampung 19 ilir, dengan nama Lorong Datuk Aman.
Sedang murid utamanya yang diangkat sebagai khalifah dan mendapat ijazah Tarekat Sammaniyah di antaranya ialah Syekh Ki.Kms.H. Umar bin Kms.H. Abdurrahman 19 ilir (datukku).
Wallahu a’lam…
Sumber buku:
Mufti Palembang, 2018, Kms.H.Andi Syarifuddin, Rafah press, Palembang
No responses yet