Adalah Syaikh Ibrahim b. Hasan al-Kurani al-Madani (w. 1690), seorang ulama sentral dunia Islam yang berkedudukan di Madinah dan menyandang gelar “Mujaddid Islam Pada Zamannya”.

Dalam karya monumentalnya, Prof. Dr. Azyumardi Azra mengulas dengan panjang lebar sosok besar ini beserta dua orang ulama Nusantara yang menjadi muridnya, yaitu Syaikh Abdul Rauf Singkel (w. 1693) dan Syaikh Yusuf Makassar (w. 1699). Pun demikian Prof. Dr. Oman Fathurrahman, yang menyunting manuskrip karya al-Kurani yang berjudul “Ithaf al-Dzaki fi Syarh al-Tuhfah al-Mursalah ila Ruh al-Nabi” dan memiliki hubungan erat dengan wacana intelektual keislaman yang berkembang di Nusantara pada kurun masa abad ke-17 M.

Namun demikian, ternyata masih ada sejumlah ulama Nusantara lainnya yang menjadi murid langsung dari al-Kurani dan belum tereksplorasi (bahkan belum tersebut) dalam kajian Prof. Azra dan Prof. Oman. Dia antara mereka adalah Syaikh Abdul Syakur b. Abdul Karim al-Bantani dari Banten, Syaikh Muhammad b. Abdul Lathif al-Bantani dari Banten, dan Syaikh Abdul Mahmud b. Shalih al-Matharami dari Mataram Jawa.

Belakangan, intelektual muda Dr. Zacky K. Umam, dengan serius mengkaji sosok al-Kurani dan jaringan murid-muridnya dari Nusantara yang sebagian belum tereksplorasi itu.

Beruntungnya, ketiga nama ulama di atas meninggalkan jejak manuskrip. Sebagian tersimpan di PNRI Jakarta, dan sebagian lagi di Perpustakaan Arif Hikmet Effendi di Madinah (Saudi Arabia).

Seperti apa jejak murid-murid al-Kurani asal Nusantara yang “majhul” di atas? Mari temukan jawabannya di INC TV berikut ini:

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *