Tangsel, jaringansantri.com – Di Indonesia orang bangga menyebut mereka umat Islam moderat, apakah ini juga terjadi di negara lain seperti Amerika ? Hal ini dibahas dalam kajian Islam dan Kebangsaan oleh Dr. Ahmad Najib Burhani, di Sekretariat Islam Nusantara Center (INC). Sabtu, (25/11).
Najib mengutarakan beberala alasan, Pertama, untuk menghindari perang melawan terorisme. Kedua, alat untuk mengoreksi statement yang dibuat oleh Josh W. Bush ketika ia menyebutkan sebagai perang salib. Term “moderat itu dipromosikan”.
Ketiga, mengurangi beban dari Amerika melawan terorisme, membagi tugas dengan muslim moderat di dunia. Bahwa ini tanggungjawab bersama. Dimana orang islam moderat juga harus terlibat.
Najib yang juga Peneliti LIPI bidang Humaniora ini mengatakan “itu kenapa istilah ini agak politis, dan membuat beberapa orang Islam di sana enggan dianggap sebagai moderat Islam. Alasannya, jika disebut Islam moderat, seakan akan menunjukkan bahwa Islamnya kurang murni.”
Lalu, lanjut Najib, apa kriteria dari Islam moderat itu? 1) bagaimana pandangan orang tersebut dalam konteks melihat Israel, aljazair, Irak. 2) bagaimana pandangan dan posisinya terhadap al-Qur’an. Inilah yang membuat istilah ini menjadi kurang positif di Amerika. Mereka memandang Islam moderat sebagai kelompok muslim yang sudah terjual atau tergadaikan kepada negara.
Selanjutnya Najib menjelaskan bagaimana pergeseran makna yang terjadi pada Islam moderat dengan istilah “ummatan wasathan”. Berikut empat makna yang berbeda dalam sejarah Islam.
Pertama, ummatan wasathan diartikan sebagai komunitas orang-orang yang adil. “Umat Islam yang bertugas bertanggungjawab untuk menegakkan keadilan di dunia ini,” katanya.
Kedua, midle religion (agama tengahan), konteknya melihat kepada Yahudi dan Kristen. Maknanya seimbang, di tengah-tengah Yahudi dan Kristen. Ini yang diadopsi oleh Muhammad Abduh.
Ketiga, umat atau komunitas terbaik, ini bisa ditemukan dalam tafsir Ibnu Katsir. Dimana yang tengah, itu adalah pilihan yang terbaik. Ini kemudian berkembang di dalam komunitas kita.
Keempat, bukan sekedar the best. Ada tanggung jawab kepemimpinan dari umat Islam. Umat Islam harus memimpin dunia. Seperti dalam pandangan tafsir Sayyid khutub, abdul a’la al maududi.
Ini menjadi sangat politis.
“Jika diamati, ummatan wasathan itu lebih mengacu pada umat yang lain. Berbeda dengan belakangan seperti disuarakan oleh kalangan cendikiawan NU, lebih mengacu pada umat sendiri,” tandas Najib.
Mempromosikan Islam moderat itu sangat tergantung dengan siapa yang memberikan makna dan naiknya konservatif Islam dalam masyarakat Amerika.
Makna Islam moderat bisa disederhanakan dengan sikap terbuka, toleran, menghargai dan menghormati di tengah-tengah perbedaan. “Dalam konteks ini, jika melihat bagaiman sikap melihat Israel, bisa jadi Makna moderat Islam yang itu sangat tergantung pada siapa yang memberi definisi,” pungkas Najib. (Aditia).
Comments are closed