Dalam pengajian virtual kitab al-Futuhat al-Makiyyah yang diikuti kader2 Mahasiswa tarekat (MATAN) baik dari Jakarta, Lampung, Jogjakarta dan lainnya sangat hidup dan interaktif. Para peserta dapat berdialog langsung dengan mengajukan pertanyaan terkait tema pembahasan. Dalam muqadimah Shaykh Ibn Arabi menjelaskan prinsip-prinsip dasar para salik yang sudah hijrah secara subtantif (bukan hijrah aksesoris) harus menyiapkan diri untuk memperoleh limpahan rahasia dan ilmu ketuhanan.
Ada beberapa prinsip dasar yang harus menjadi landasan para salik dalam berhijrah menuju Allah.
Pertama, harus melazimkan khalwat dan zikir.
Kedua, harus mengosongkan pikiran dan hati dari warna warni duniawi.
Ketiga, harus bersimpuh di hadapan Allah sebagai seorang fakir.
(Penjelasan teknis ada dalan uraian pengajian). Ketika para salik bisa mengamalkan hal tersebut secara istiqamah maka akan memperoleh limpahan dan anugerah ilmu-ilmu batiniyah yang bisa memahami ilmu-ilmu dan rahasia-rahasia ketuhanan. Inilah yg disebut ilmu laduni yang sumbernya langsung dari Allah swbagaimana diperoleh oleh Nabi Hidir.
Shaykh Ibn Arabi memperkuat argumentasi ayat al-Quran surat al-Kahfi 64, surat al-Baqarah 282, surat al-Anfal 29, surat al-Hadid 28. Selanjutnya, Shaykh Ibn Arabi memperkuat bukti para sufi yang memperoleh anugerah ilmu-ilmu ketuhanan, seperti Shaykh Junaidi ketika ditanya, bagaimana anda bisa memperoleh limpahan ilmu ketuhanan ?
Shaykh Junaidi menjawab, setelah aku duduk pada maqam (salik) selama 30 tahun. Kemudian Ibn Arabi mengutip kalimat ektase Abi Yazid al-Busthami yang dikenal dengan konsep Ittihad,
اخذتم علمكم ميتا عن ميت واخذنا علمنا عن الحي الذي لايموت
Artinya: Engkau memperoleh ilmu yang mati dari yang mati, sedangkan aku memperoleh ilmu dari yang hidup yang tidak pernah mati.
Perlu dipahami posisi ungkapan tersebut sebagai kalimat ektase yaitu kalimat yang keluar dari seorang sufi setelah melakukan riyadhah mujahadah puluhan tahun kemudian memperoleh pencerahan ilmu-ilmu batiniyah sehingga tersingkap rahasia ketuhanan. Karena itu, bagi salik pemula harus memahami secara utuh tidak lantas “gaya-gayan” ikut mengutip kalimat tersebut seolah2 memposisikan diri pada level itu. Padahal zikir dan riyadhah mujahadah masih malas-malasan.
Selanjutnya, Shaykh Ibn Arabi membagi pengetahuan menjadi tiga: Pertama, ilmu akal yaitu ilmu yang diperoleh dengan cara belajar. Kedua, ilmu ahwal yaitu ilmu yang dirasakan (ilmu dzawq) setelah mengamalkan zikir, riyadhah mujahadah. Diibaratkan orang ingin tahu rasa madu harus minum madu. Ketiga, ilmu asrar yaitu ilmu rahasia ketuhanan di luar dimensi akal, ilmu ini semata2 anugerah Allah yang diberikan kepada para Nabi dan para Wali. Karena itu, bagi para salik yang bersungguh-sungguh dan istiqamah akan merasakan limpahan ilmu ketuhanan dan rahasia ketuhanan.
No responses yet