Tangerang Selatan, jaringansantri.com – Tahun 2018 merupakan tahun politik, pemilihan kepala daerah banyak digelar. Menghadapi isu nasional tersebut, Ahmad Zakaria menjelaskan konsep kepemimpinan yang disebut ‘’nggusu waru’’ oleh tradisi etnik Bima. Hal ini ia sampaikan dalam kajian rutin , Sabtu (20/01) di Islam Nusantara Center.
Ahmad Zakaria memaparkan bahwa nggusu waru cocok untuk kriteria pemimpin ideal masa depan.
“nggasu waru itu sudah dipraktekkan dan dijalani oleh masyarakat Bima sejak berabad-abad lalu sampai masa kesultanan juga,’’ ujarnya.
Ia menyebutkan bahwa nggusu berarti sudut dan waru berarti delapan.
‘’selain nggusu, ada istilah lain yaitu pote yang berarti ikatan. Jadi istilah nggusu waru atau pote waru itu bermakna delapan sudut kriteria kepemimpinan yang saling mengikat satu sama lain sehingga membentuk karakter pemimpin yang ideal,’’ ungkapnya.
Ia juga menjelaskan bahwa penyebutan seorang pemimpin di daerah Bima adalah ncuhi atau sangaji yang berperan sebagai hawo ro ninu (pengayom dan pelindung).
Kemudian ia menyebutkan delapan kriteria nggusu waru, pertama yaitu dou ma maja labo dahu dindai ruma Allahu ta’ala labo rasul ma to’a di ruma labo rasu yang artinya orang yang selalu malu, takut dan taat kepada Allah SWT dan RasulNya.
‘’Yang kedua yaitu dou ma bae ade artinya orang yang memiliki kapasitas intelektual serta kepekaan jiwa. Selanjutnya dou ma mbani labo disa artinya yang memiliki sifat berani melakukan perubahan yang lebih positif, ’’ terangnya.
Kriteria yang keempat ia sebutkan dou malembo ade ro nae saba, yaitu orang yang lapang dada dan sabar.
‘’Bisa juga dimaknai berjiwa demokratis dan akomodatif,’’ ungkapnya.
Selain empat kriteria tadi, masih ada empat kriteria lagi yaitu, dou ma ndinga nggahi rawi pahu artinya orang yang jujur atau yang Antara pikiran, perkataan dan perbuatan menyatu dalam satu kesatuan. Yang keenam, dou ma taho hid’i yang artinya orang yang memiliki integritas kepribadian kuat dan berwibawa. Selanjutnya ada dou ma d’I woha dou yang artinya orang yang selalu merasa terpanggil untuk mengambil tanggung jawab di tengah-tengah komunitasnya. Terakhir yaitu dou ma ntau ro wara yang artinya orang yang memiliki kekayaan bukan hanya materi tapi rohani juga.
(zainal)
Comments are closed