Beberapa hari yang lalu saya sempat singgah di Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah yang didirikan oleh Maulana Syaikh Sulaiman Arrasuli al-Khalidi Canduang (w. 1970, ulama yang fotonya sering dianggap sebagai Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau itu). Setelah berziarah, saya bertemu ramah dengan asatidz. Beberapa hal menjadi pembicaraan, mulai dari soal thariqat, silek, dan naskah kuno.
Dalam temu ramah itu saya dihadiahi salah seorang ustadz sebuah novel yang menarik, judulnya “Inyiak Sang Pejuang”, yaitu novel biografi Syaikh Sulaiman Arrasuli tersebut (novel ini sebenarnya telah saya inginkan sejak diterbitkan Februari lalu), dan juga sebuah manuskrip Ijazah Thariqat Syadziliyyah dari Sungai Naniang Suliki (mudah-mudahan dapat diulas dalam satu tulisan khusus).
Mengenai novel (terbitan Republika, Februari 2020) ini, sangat menarik bagi saya. Selain ditulis dengan alur sastra, juga dirujuk dari sumber-sumber sejarah yang tidak diragukan lagi. Seingat saya, novel biografi ulama Minang sangat jarang sekali. Ada biografi Syaikh Jamil Jaho yang ditulis indah oleh anak syaikh yaitu alm. Bachtiar Djamili bin Syaikh Jamil Jaho, namun bukan novel. Beberapa tahun yang lalu ada novel biografi Hamka, namun sosok Hamka sudah ulama yang, dalam kacamata saya, modern. Untuk ulama yang bersurau, memiliki pesantren, dan mengajarkan kitab berupa-rupa ilmu, baru novel Biografi Syaikh Sulaiman Arrasuli ini. Ini setahu saya saja (harap diralat apabila salah).
Novel ini, bagi anaksiak/ pakiah, begitu juga pemerhati sejarah Islam di Minangkabau, sangat layak untuk dibaca dan dikoleksi. Selain, menjadi bahan sejarah, juga menjadi motivasi bagaimana ulama-ulama besar dulu berjuang.
No responses yet