Kita semua tahu bahwa surat terpendek dalam al-Qur’an adalah surat al-Kautsar. Sementara surat yang terbanyak dibaca dan dihapal adalah surat al-Fatihah dan al-Ikhlas. Coba perhatikan ayat terakhir dari surat al-Kautsar itu:

اِنَّ شَا نِئَكَ هُوَ الْاَ بْتَرُ

“Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).”

(QS. Al-Kausar 108: Ayat 3)

Kalau kita baca beberapa kitab tafsir, kita jumpai penjelasan bahwa para pembenci Rasulullah, pembenci ajaran atau risalah yang dibawa oleh Rasulullah adalah orang-orang yang dijamin tak menemukan kebahagiaan dan ketenangan hidup. Bahkan, mereka pasti menjadi terhina sehina-hinanya dan jauh dari rahmat Allah SWT. Apakah Rasulullah terhina dengan hinaan para penghina? Oh tidak, malah semakin kelihatan nilai keagungan dan kemuliaannya. Allah yang menjamin dan menjaga beliau. Yang dihina tak menjadi hina, yang menghina justru semakin terhina. Semua kembali pada keaslian dirinya.

Mafhum mukhalafahnya, atau pemahaman sebaliknya, manusia-manusia yang mencintai Rasulullah dengan sepenuh cinta, mengikuti ajaran dan risalahnya dengan setulus cinta, maka pasti dijamin mulia bahagia, penuh dengan rahmat dan pertolongan Allah. Cintailah Rasulullah  maka kita pun akan dicintai banyak hamba Allah.

Pertanyaannya adalah sebesar apakah cinta kita kepada Rasulullah? Sebesar apa cinta dan dukungan kita kepada dakwah risalah Rasulullah? Ada banyak ukuran yang bisa kita gunakan sebagai patokan utama. Mari semakin kuatkan cinta kita kepada beliau dengan memperbanyak shalawat dan mempersembahkan yang terbaik dalam menjalankan dan mengembangkan ajakan dakwah Sang Rasul yang mulia.

Manusia Terbodoh Sedunia

Hampir semua orang yang tahu akan jumlah harta dan fasilitas hidup yang dimilikinya mengira bahwa orang yang saya ceritakan ini adalah orang yang paling berbahagia. Rumah yang ditempatinya mentereng, mobil yang dikendarainya mewah, pakaian dan asesoris hiasannya mahal dan berkelas. Kurang apa lagi?

Tak banyak yang tahu dan menduga bahwa hari dan malam yang dilalui orang itu ternyata dipenuhi oleh kegelisahan. Jarang dia terlihat tersenyum. Seringnya adalah terlihat kusut dan merengut. Kegelisahannya adalah karena ternyata di kampung dia tinggal ada beberapa orang yang rumah dan mobilnya lebih mewah, pangkat dan pekerjaannya lebih mapan.

Teringatlah saya pada dawuh para pujangga bahwa manusia paling bodoh adalah manusia yang bersedih melihat ada orang lain berbahagia atau bahkan lebih bahagia dibandingkan dirinya. Orang bodoh seperti ini sulit untuk bisa menikmati apa yang dimilikinya karena semua waktunya digunakan untuk iri hati dan dengki.

Berhentilah menjadi bodoh. Mulailah menjadi pintar dengan cara mendidik diri untuk terus bersyukur atas segala yang Allah berikan sebagai takdir dirinya. Belajar pulalah untuk ikut bahagia dengan kebahagiaan orang lain. Bahkan berdoalah untuk orang lain agar selalu bahagia dan semakin bahagia, maka akan ada “keajaiban” dalam hidup berupa bahagia hakiki yang Allah hadiahkan karena tulus bersyukur. 

Saya senang dan bahagia jika mendengar Bapak/Ibu pembaca tulisan ini sukses, kaya, jaya dan bahagia. Semoga terus diberikan kenikmatan, kesehatan dan perlindungan oleh Allah Yang Mahakaya dan Mahakuasa.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *