Biografi Sunan Giri
oleh: Yusup Eko Setyo Widodo dari Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma, Fakultas Teknologi Industri,
Penyebaran islam menggunakan 3 bidang yaitu Pendidikan, budaya, dan politik
Biografi Sunan Giri
Sunan Giri lahir pada 1442 M dengan nama Jaka Samudra. Ayahnya, Syekh Maulana Ishak adalah keturunan Rasulullah SAW melalui jalur Husein, putra Sayyidah Fatimah.
Sedangkan sang ibu, Dewi Sekardadu, adalah anak Raja Blambangan, Bhre Wirabhumi yang merupakan putra Maharaja Hayam Wuruk, penguasa Majapahit pada 1350-1389 M.
Sunan Giri dilahirkan dalam situasi yang kurang mendukung. Sebab, tak lama setelah dirinya lahir, suatu penyakit mewabah di Gresik. Dianggap mendatangkan bencana, Bhre Wirabumi, sang kakek, memerintahkan agar cucunya dibuang ke laut.
Sunan Giri ditemukan oleh Nyi Ageng Pinatih, seorang saudagar kaya raya di Gresik. Sunan Giri kemudian dirawat dan dibesarkan Nyi Ageng Pinatih hingga berusia 7 tahun.
Ketika berusia 7 tahun, Sunan Giri yang kala itu masih bernama Jaka Samudra dititipkan ke Pesantren Ampel Denta yang didirikan Sunan Ampel. Nama Jaka Samudra kemudian diganti menjadi Raden Paku oleh Sunan Ampel.
Di sanalah Sunan Giri belajar mengenai ilmu agama, Al Quran, hadits, fiqih, dan Tasawuf di bawah asuhan Sunan Ampel. Ia diberikan gelar Maulana Ainul Yaqin karena kecerdasannya menyerap ilmu agama.
Setelah beberapa tahun mengenyam pendidikan di pesantren, Sunan Giri berangkat ke Tanah Suci. Dalam perjalanannya itu ia menyempatkan diri untuk menemui Syekh Maulana Ishak di Aceh.
Oleh sang ayah, Sunan Giri disarankan untuk memperdalam ilmu agama dan diberi pesan untuk membangun sebuah pondok pesantren di daerah Gresik.
Sebelum membangun pesantren, Sunan Giri juga sempat menjalankan usaha-usaha dagang milik ibu angkatnya. Tak hanya di wilayah Jawa, ia juga menjangkau daerah-daerah lain, salah satunya Makassar. Sunan Giri memanfaatkan kesempatan itu untuk berdakwah dan menyiarkan agama Islam lebih luas lagi.
Teringat pesan sang ayah, Sunan Giri pun memutuskan untuk mendirikan pesantrennya sendiri yang diberi nama pesantren Giri Kedhaton.
Giri Kedaton didirikan di sebuah perbukitan di Gresik, pada tahun 1487 M. Seiring perkembangan Islam, Giri Kedaton tumbuh sebagai kota dan pusat pemerintahan sekaligus pusat penyebaran Islam.
Sunan Giri wafat pada tahun 1505 M. Ia dimakamkan di sebuah bukit di dusun Kedaton, Desa Giri Gajah, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Sunan Giri adalah salah satu anggota Wali Songo yang berasal dari Blambangan, Jawa Timur. Ia lahir dengan nama Muhammad Ainul Yaqin, dan memiliki nama lain Joko Samudro, Raden Paku, atau Prabu Satmata. Sebagai salah satu anggota Wali Songo sekaligus murid Sunan Ampel, daerah dakwah Sunan Giri masih di sekitaran Jawa Timur, tepatnya di Desa Giri, Kebomas, Gresik. Kendati demikian, pengaruh dakwah Sunan Giri tidak berhenti di Jawa saja, tetapi menjangkau Banjar, Martapura, Pasir, Kutai, Nusa Tenggara, hingga Maluku. Dalam penyebaran Islam, metode dakwah Sunan Giri meliputi tiga bidang utama, yakni pendidikan, budaya, dan politik. Berikut penjelasannya.
Dakwah melalui Pendidikan
Upaya Sunan Giri dalam berdakwah melalui pendidikan dilakukan dengan mendirikan pesantren. Aktivitas dakwahnya dimulai di daerah Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Di tempat ini, ia mendirikan pondok pesantren pertama di Gresik, yang kemudian berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan atau kerajaan yang disebut Giri Kedaton. Sejak didirikan pada akhir abad ke-15, Pesantren Giri menjadi pusat penyebaran agama Islam yang terkenal di Jawa dan pengaruhnya sangat kuat di wilayah Indonesia bagian timur. Bahkan santri-santrinya datang dari Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.Inti ajaran yang disampaikan Sunan Giri adalah tentang akidah dan ibadah dengan pendekatan fikih.
Dakwah melalui budaya
Meski telah membuka pesantren, Sunan Giri suka mendatangi langsung masyarakat dan menyampaikan ajaran Islam secara tatap muka. Setelah masyarakat terbiasa dengan kehadirannya, Sunan Giri mengadakan perkumpulan-perkumpulan seperti selamatan, di mana ia memasukkan unsur-unsur keislaman. Dengan cara seperti ini, Islam bisa masuk secara perlahan di masyarakat tanpa perlu adanya paksaan. Untuk memancing orang-orang berkumpul, Sunan Giri memanfaatkan seni pertunjukan, yang di dalamnya diselipkan pedoman hidup yang digali dari ajaran Islam. Salah satu contohnya, ia mereformasi seni pertunjukan wayang dengan mengubah isi cerita, lakon, dan suluknya menjadi bernafaskan Islam. Selain itu, Sunan Giri menciptakan beberapa gubahan sebagai media dakwah yang berjudul Asmarandana dan Pucung. Baca juga: Moh Limo, Ajaran Dakwah Sunan Ampel Di samping Tembang Macapat tersebut, hasil karya Sunan Giri berupa tembang dolanan (lagu-lagu permainan) anak seperti Cublak-cublak Suweng, dan lagu Jawa Islami seperti Padhang Bulan dan Gula Ganti. Media yang digunakan Sunan Giri dalam berdakwah juga berupa permainan anak-anak, seperti Jamuran, Jelungan, dan Delikan.
Dakwah melalui politik
Sunan Giri dikenal sebagai anggota Wali Songo yang ahli politik dan tata negara. Pasalnya, Sunan Giri adalah raja dari Giri Kedaton, yang terbiasa dengan kehidupan politik dan memimpin rakyat. Karena itulah, ia pun menjadi leluasa untuk menyebarkan Islam kepada rakyatnya di wilayah Gresik dan sekitarnya. Ketika Raden Patah mendirikan Kerajaan Demak, Sunan Giri juga bertindak sebagai penasihat dan panglima militer kerajaan. Sunan Giri menjadi salah satu penyusun kebijakan Kerajaan Demak yang didasarkan pada nilai-nilai Islam. Referensi: Bintang, M dan Tim Emir. (). Sunan Giri: Sang Ahli Tata Negara. Jakarta: Erlangga for Kids. Hakim, Husnul. (2022). Sejarah Lengkap Islam Jawa. Yogyakarta: Laksana.
No responses yet