Rasanya sudah males sekali untuk mengikuti perkuliahan terlebih harus gabung dengan kelas angkatan bawah. (Iya begitulah)

Menjadi lulusan dengan predikat terbaik, siapa sih yang tidak menginginkan hal itu, pastinya semua mahasiswa tidak perlu ditanyakan lagi, untuk sekedar dipersembahkan kepada orang tua atas hasil yang dicapai dan juga si dia yang setiap saat selalu setia menemani.

Nasi sudah menjadi bubur dan tak mungkin pula bisa dirubah menjadi nasi kembali, begitupun nasib kalau memang sudah nasibnya buruk (iya begitulah), hanya usaha dan tekad yang kuatlah, untuk dapat mengubahnya ke nasib yang jauh lebih baik lagi.

Menjadi mahasiswa aktivis, pastinya tak dapat diragukan lagi bentuk kesibukannya, bahkan waktu – waktu pentingnya saja mereka rela untuk dikorbankan, sehingga hal – hal tersebut menjadi sebuh kebiasaan, yang awalnya harus terpaksa melupakan jam masuk perkuliahan, akhirnya disetiap jam – jam perkuliahan yang lain benar – benar lupa beneran.

Akhirnya batas toleransi absen perkuliahan melebihi batas, sehingga terpaksa tidak bisa mengikuti ujian akhir semester dan harus mengulang di tahun depan bersamaan dengan angkatan dibawahnya, mungkin kalau dipikir – pikir hal tersebut gampang : kalau disuruh ngulang iya nglang, gitu aja kok repot, begitulah kiranya.

Akan tetapi, prakteknya ditahun depannya terlebih perkuliahan yang terpaksa diulang di masa – masa semester akhir, sungguh sangat merepotkan sekali, bukan karena malu ketemu dengan si dedek – dedek emes alias mengikuti kelas adek tingkat, melainkan mengontrol mood dan kemalesan sungguh butuh perjuangan yang sangat besar.

Belum lagi, dimana teman – teman yang lainnya yang satu angkatan pada focus skripsi, eh malahan ini di sambi semua : garap skripsi masih disambi dengan ngerjain makalah, bimbingan sama dosbing masih disambi dengan ngerjain tugas video, revision proposal masih disambi dengan tugas resum, kan jadi iri deh, yang menimbulkan mood itu tidak stabil.

Belum lagi masih harus ngurus di organisasi sebagai seorang senior dan juga amanah baru yang memiliki tanggung jawab yang lebih besar, jadinya perlu ketabahan dan kesabaran yang luar biasa.

Niatnya sebenarnya akan di prioritaskan untuk menyelesaikan skripsi, eh malah dapat jatah dosbing (kepanjangan dari dosen pembimbing yang ditunjuk oleh jurusan untuk membimbing mahasiswa menyelesaikan skripsinya) yang sangat luar biasa pula, ketika di saat melaksanakan bimbingan, si dosbing tidak perlu membaca baca isi dari skripsi, justru malah langsung di beri tugas yang aneh – aneh yang tidak sesuai dengan isi skripsi yang akan di bahasnya dan bahkan langsung di acc untuk segera mendaftarkan ke tahap sidang proposal.

Wal hasil, di dalam sidang langsung dimaki – maki oleh penguji habis – habisan, terlebih aturan sekarang seorang dosbing tidak boleh mengikuti kedalam sidang atau menguji dalam sebuah sidang baik proposal maupun skripsi. Revisi ini, revisi itu, dianggap belum paham, belum layak lah untuk di sidangkan dan masih banyak lagi ucapan – ucapan manis yang keluar dari mulut sang penguji.

Tidak lulus dan harus mengulang sidanglah kata – kata terakhir berita acara yang keluar dari mulut sang ketua penguji. Padahal sebelumnya, kemageran dan kemalesannya untuk mengikuti perkuliahan yang di ulang terpaksa di minoritaskan : belum lagi tugas – tugas uts dan uas yang belum dikerjakan.

Kalau kondisinya sudah seperti itu, down adalah jalan satu – satu nya bentuk respon tubuh atas kelelahan baik mental, fisik dan bahkan fikiran. Nyesal kenapa pas masih disemester bawah jarang untuk membaca buku pengetahuan apalagi belajar untuk menulis karya ilmiah, nyesal kenapa dulu sering lupa berangkat untuk kuliah, dan nyesal karena dulu sering berpikiran “hallah gampang pikir keri”.

Iya begitulah. Maka dari itu, pesan untuk kalian yang masih semester bawah, untuk terus semangat kuliahnya, perbanyak membaca buku – buku pengetahuan jangan hanya isu politik di instagram apalagi hanya chatnya sayang – sayangan dengan si dia. Menjadi aktivis di kampus tidak salah, akan tetapi, harus bisa menanggung resiko untuk terus memprioritaskan kuliah.

Andaikata waktu bisa di ulang ? tentunya jalan cerita hidupnya tidak seru dong hehe….

Iya begitulah.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *