Categories:

Oleh: Hana Salsabila Azzahra & Dina Silvi Irawan

Kesehatan mental menjadi semakin umum dibahas oleh jutaan orang di seluruh dunia, khususnya
gangguan mental seperti depresi. Seseorang yang memiliki depresi dapat menyebabkan kesedihan,
kurangnya semangat hidup, kesulitan tidur, dan berbagai gejala emosional dan fisik lainnya. Tidak
hanya mempengaruhi individu, depresi juga berdampak bagi antar individu, lingkungan pekerjaan,
serta kualitas hidup secara menyeluruh.
Beribadah memiliki peran penting bagi pengobatan yang efektif untuk mengatasi depresi. Ibadah
dalam konteks ini tidak hanya salat, tetapi juga berzikir, membaca Al-Qur’an, bersedekah,
berpuasa, dan lainnya. Dengan mendekatkan diri kepada Allah, seseorang dapat meningkatkan
kemampuan untuk menerima, bersabar, dan menghadapi kesulitan hidup. Namun demikian, meski
sebagian besar umat Islam secara rutin melaksanakan ibadah, tidak banyak yang mengetahui
hubungan antara beribadah dan kesehatan mental, terutama dalam depresi.

Kesehatan Mental
World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan mental sebagai suatu kondisi
kesejahteraan mental yang memungkinkan seseorang untuk menyadari potensi dalam diri, dapat
mengatasi tekanan hidup, dapat belajar serta bekerja secara produktif dan menghasilkan sesuatu
dari yang dikerjakan, serta mampu berkontribusi kepada komunitasnya. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia menyatakan bahwa kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin
kita berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati
kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar. Sebaliknya, orang dengan kesehatan
mental yang terganggu akan mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta kendali
emosi yang bisa mengarah pada perilaku kurang baik.
Seseorang dengan kesehatan mental yang terganggu akan mudah merasa lelah, kehilangan percaya
diri, kehilangan motivasi untuk melakukan sesuatu, sedih bahkan menangis yang berkepanjangan,
sampai memiliki pemikiran untuk menyakiti diri sendiri. Akan tetapi, untuk mengetahui apakah
mental kita sehat atau tidak, kita tidak boleh mendiagnosis sendiri. Perlu bantuan profesional untuk
mendiagnosa penyakit gangguan mental, karena bentuk penanganannya akan disesuaikan dengan
tingkat keparahan penyakit yang diderita.

Jika seseorang mulai menunjukkan gejala gangguan mental, selain mencari bantuan profesional,
memberikan dukungan emosional dari lingkungan sekitar juga membantu menurunkan risiko
masalah kesehatan mental. Misalnya dengan mengajaknya berbicara dengan santai dan tulus, serta
mendengarkan dengan empati tanpa memberikan kritik atau menyalahkan. Memberikan edukasi
tentang kesehatan mental, menciptakan lingkungan yang sehat, serta membantu meningkatkan rasa
percaya diri juga salah satu upaya untuk menurunkan risiko gangguan mental.

Ibadah sebagai Cara untuk Mengatasi Depresi
Ibadah adalah bentuk pengabdian diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai bentuk dari
suatu ketaatan yang dikerjakan dan dilaksanakan sesuai dengan apa yang diperintahkan. Ibadah
terbagi menjadi 3 yaitu ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Bentuk ibadah yang berkaitan
dengan hati (ibadah qalbiyah) adalah rasa takut (khauf), mengharap (raja’), cinta (mahabbah),
berserah diri (tawakkal), senang (raghbah), dan takut (rahbah). Sementara itu, ibadah seperti
tasbih, tahlil, takbir, tahmid, dan syukur yang dilakukan dengan lisan dan hati termasuk ke dalam
ibadah lisaniyah qalbiyah. Adapun ibadah seperti shalat, zakat, haji, dan jihad adalah bentuk
ibadah yang melibatkan fisik dan hati (ibadah badaniyah qalbiyah). Selain itu, masih terdapat
berbagai jenis ibadah lainnya yang mencakup amalan hati, lisan, dan badan.
Dalam Islam, ibadah tidak hanya dipandang sebagai kewajiban spiritual, tetapi juga memiliki
fungsi sebagai terapi psikologis yang mampu menghadirkan ketenangan bagi jiwa dan raga.
Hubungan yang erat antara seorang hamba dengan Tuhan-nya serta penerapan nilai-nilai agama
dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu individu dalam mengatasi stres, mengelola
kecemasan, menghadapi berbagai tantangan hidup dengan lebih efektif, menumbuhkan
ketenangan hati, mengembangkan potensi diri dan memperoleh kebahagiaan sesuai dengan janji
Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang setia, berupa kehidupan yang baik di
dunia serta ganjaran yang mulia di akhirat. Orang yang beriman selalu memiliki harapan dalam
hidup, karena ia meyakini bahwa ada Allah yang Maha Segalanya, Maha Melihat, Maha Tahu,
serta Maha Pengasih dan Penyayang, yang selalu siap memberikan petunjuk dan pertolongan.
Seperti dalam firman Allah QS. At-Talaq: 2-3:

َ“…..Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya
(2), Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa
bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya,
Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu (3).”

Seorang Muslim yang sedang merasa takut atau mengalami depresi dapat menemukan ketenangan
dengan beribadah, terutama dengan mendirikan sholat dan berdoa. Seperti yang terdapat dalam
firman Allah, QS. Al-Baqarah: 239:

“Jika kamu berada dalam keadaan takut, salatlah dengan berjalan kaki atau berkendaraan. Lalu,
apabila kamu telah aman, ingatlah Allah (salatlah) sebagaimana Dia telah mengajarkan kepadamu
apa yang tidak kamu ketahui”

Allah juga meminta hamba-Nya untuk meminta pertolongan kepada Allah serta meminta hamba-
Nya untuk bersabar atas segala hal yang terjadi dalam hidup. Karena sikap sabar dapat

meningkatkan terciptanya ketenangan pikiran dan kejernihan hati, bahkan membantu seseorang
untuk lebih damai. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah:153 :

“Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Penyebab Depresi
Depresi adalah gangguan mental serius yang dapat mempengaruhi cara seseorang berpikir,
berperilaku dan berkaitan dengan perasaan. Depresi ini bukan hanya sekedar perasaan kecewa atau
sedih sementara, tetapi merupakan kondisi yang dapat berlangsung lama jika tidak ditangani
dengan benar. Seperti halnya gangguan kesehatan mental lainnya, depresi juga dapat terjadi karena
berbagai faktor. Berikut ini beberapa faktor penyebab depresi yang harus disadari dan diantisipasi:

  1. Memiliki Tantangan Hidup yang Berat
    Cobaan hidup yang terlalu berat dapat menjadi salah satu penyebab depresi. Dalam hal ini,
    contohnya adalah seseorang yang tiba-tiba kehilangan salah satu anggota keluarga atau harta benda
    berharga. Pada saat-saat sulit seperti itu, mereka mungkin merasa tidak mendapatkan dukungan
    internal maupun eksternal.
  2. Terlalu Sibuk dengan Urusan Dunia
    Jika kita terlalu sibuk dengan urusan sehari-hari, kurangnya waktu untuk mencari ketenangan atau
    beristirahat bisa menimbulkan gejala depresi, karena kita tidak memiliki kesempatan untuk
    terhubung dengan hal-hal yang lebih bermakna.
  3. Skeptisisme agama
    Seseorang mungkin mulai bertanya-tanya mengapa Allah SWT memberikan kesedihan,
    penderitaan, bahkan kesengsaraan. Padahal dalam Al-Qur’an terdapat dalil yang menyatakan

bahwa setiap kesulitan pasti diikuti oleh kemudahan, seperti yang dijelaskan dalam Surah Al-
Inshirah, ayat 5-6:

ا
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (5). Sesungguhnya bersama kesulitan
ada kemudahan (6).”

Ayat ini menegaskan bahwa setiap kesulitan yang dihadapi oleh seseorang akan diikuti oleh
kemudahan. Hal ini mengandung makna harapan dan keyakinan bahwa dalam setiap situasi sulit,
akan ada jalan keluar atau solusi yang menyertainya. Selain itu, skeptisisme ini memiliki kekuatan
untuk menabur keraguan, yang pada akhirnya melemahkan iman kepada Allah SWT. Bagi
sebagian orang, hal ini bahkan dapat menimbulkan perasaan marah, kecewa, dan bahkan
meragukan kekuasaan Sang Pencipta.

  1. Kejadian Buruk dan Trauma
    Depresi dapat diakibatkan oleh trauma dan pengalaman buruk. Misalnya, seseorang yang pernah
    melakukan kesalahan dalam lingkungan agama mungkin merasa sulit untuk mempercayai bahwa

Allah SWT itu Maha Baik dan Maha Adil. Begitu pula dengan serangkaian pengalaman buruk
yang terjadi dalam hidup dapat menimbulkan keraguan tentang adanya kebaikan yang lebih besar.

Kesimpulan
Peran ibadah dalam mengatasi depresi dan meningkatkan kesehatan mental sangatlah penting,
terutama saat menghadapi rintangan hidup yang lebih sulit. Ibadah memberikan sarana untuk
terhubung dengan sesuatu yang lebih mendalam dan baik untuk menenangkan jiwa. Seseorang
dapat menemukan harapan dan ketabahan untuk mengatasi kesulitan dengan melalui praktik
ibadah seperti ibadah qalbiyah, lisaniyah dan badaniyah. Orang-orang yang memahami nilai
ibadah sebagai terapi psikologis lebih siap untuk menghadapi rintangan hidup, mencapai tujuan
hidup, dan menemukan kebahagiaan. Oleh karena itu, untuk membantu penyembuhan individu
yang menderita depresi, diperlukan edukasi mengenai manfaat ibadah dalam kaitannya dengan
kesehatan mental.

DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2024. Pengertian Ibadah, Syarat, Keutamaannya dalam Islam. Diakses pada 10 Desember
2024.
American Psychological Association. 2013. How to Help in An Emotional Crisis. Diakses pada
10 Desember 2024.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2022. Bahaya Melakukan “Self Diagnosis”
Gangguan Jiwa. Diakses pada 10 Desember 2024.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Pengertian Kesehatan Mental. Diakses pada
10 Desember 2024.
Lestari, Tri Yuniwati. 2024. Depresi Spiritual Membuat Orang Hilang Keyakinan. Diakses pada
14 Desember 2024.
Nasution, et al. 2024. Peran Ibadah dalam Mengatasi Kecemasan dan Depresi di Kalangan Gen-Z
Beragama Islam. Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran. 7(4). 14556-14561.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *