Suatu pagi saya bertamu ke rumah seorang sepuh yang asli Tambakberas. Beliau kelahiran tahun 1925, namanya Mbah Sholeh bin Ngarpani. Mbah Suroso mengaku bahwa orang itu lebih tua dari Mbah Suroso. Bedanya, Mbah Suroso masih kuat di masjid dan pendengaran serta penglihatan plus ingatan masih baik. Adapun si Mbah sepuh itu pendengaran, penglihatan sudah berkurang, tapi ingatan masih bagus.

M Mbah Sholeh bin Ngarpani saat saya datangi dan saya jelaskan bahwa saya menantu KH. Sholeh Abdul Hamid, beliau sangat bergembira dan merasa teringat dengan gus-gus teman bermain dulu seperti Gus Wajid, Gus Nadjib, Gus Sholeh, Gus Dulloh, Gus Malik dan Gus Fatih. Gus Aman katanya masih kecil.

Beliau banyak berkisah seperti saat sekolah di madrasah Tambakberas, masuknya Mbah Sholeh kr Hizbullah, dan cerita kesaktian Gus Wahib, juga yang penting, lelakon Mbah Chasbullah.

  • Mbah Sholeh sekolah Arab atau sekolah madrasah di lokasi yang saat ini menjadi gedung yayasan saat usianya 15 tahun, yakni sekitar tahun 1940-an. Beliau ingat saat itu ada kelas shifir awal dan shifir tsani. Diantara gurunya yang beliau sebut adalah KH. Chudlori Irfan. Beliau masih hapal lagu Madrasah hingga saat ini. Sayang saat mau saya rekam, kapasitas hp saya gak memadai karena telah merekam lagu saat di Hizbullah yang beliau lantunkan.

Lalu beliau ikut Hizbullah pada usia 20 tahunan. Kisahnya di masjid dan langgar diumumkan ada rekrutmen Hizbullah. Setelah Mbah Sholah tanya apa itu Hizbullah, dan dijawab tentara Tuhan, maka beliau langsung teken (daftar) di Kauman. Ker atau tesnya disuruh berdiri tegak dan ditendamg dari belakang, bila kuat, ikut. Tes kedua disodori Alquran dan koran, bila bisa baca akan lolos.

Mbah Sholeh lolos dan latihan 15 hari sebagai pasukan Hizbullah di masjid Kauman. Sampai saat ini masih ingat lagu yang dinyanyikan saat latihan Hizbullah (lihat videonya).

Lalu pada tahun 1946 beliau menjadi TNI dan saat itu mulai meninggalkan Tambakberas dengan melanglang buana bertugas di seluruh wilayah NKRI seperti ke Sumatra, Aceh, Irian untuk berperang melawan penjajah dan pemberontak. Kembali ke Tambakberas menjenguk keluarga hitungannya bukan tiap bulan, tapi sekian tahun sekali. Beliau yang berpangkat sersan ini masih ingat batalyonnya, yakni batalyon Jogo dan juga masih ingat nomor register 2267116. Beliau pensiun tahun1969.

  • Suatu saat, para gus-gus seperti Gus Wajid, Gus Nadjib, Gus Sholeh, Gus Dulloh, Gus Malik, Gus Fatih dan teman kampungnya seperti Kang Khusaini KangTohir, Kang Umar serta Kang Sholeh bermain obak ton di depan masjid pada jam 12 malam pada bulan purnama. Lalu datanglah Gus Wahib dan mengajak bermain kepada para remaja itu dengan berkata, “Nanti aku masuk masjid dan semua pintu masjid dan pintu jendela tutup dan kunci. Selanjutnya kamu semua menjaga tiap jendela dan pintu. Nanti kalau aku bilang coooool, golekono aku.”

Benar, Gus Wahib bilang coool , lalu para gus dan anak-anak kampung membuka pintu masjid dan mencari Gus Wahib sampai seperempat jam tidak ketemu. Ternyata Gus Wahib berteriak dari pondok panggung yang jaraknya cukup jauh dari masjid, dan Gus Wahib bilang, “Awakmu tak langkahi, tapi awakmu ora eroh.”

Pada jaman Jepang Gus Wahib pernah meminjam cikar atau gerobak milik Moik yang rumahnya di Tambakberas kidul. Gerobak dan sapinya dibawa ke depan ndalem Mbah Wahab, lalu Gus Wahib mendatangi gudang padi yang di kunci kuningan gede, dengan doa tertentu, gembok bisa dibuka dan Gus Wahib ambil tiga kuintal padi. Paginya para santri melapor ke Mbah Kiai Wahab bahwa pintu gudangnya telah dibuka orang. Mbah Kiai Wahab menebak dengan berkata, “Iki jelas Wahib.”

  • Mbah Sholeh saat usia 15 tahun pernah diberitahu Mbah Rifai (Brangkulon) bahwa dulu Mbah Chasbullah pernah berpuasa 21 tahun. Lalu ditiru oleh Mbah Wahab dengan berpuasa selama 21 tahun. Di dalam batin Mbah Sholeh kepengen meniru. Tapi ternyata masa mudanya belum bisa bepuasa, apalagi menjadi tentara yang melanglang buana.

Lalu setelah pensiun dan kembali ke Tambakberas, dan setelah istrinya meninggal, beliau memulai puasa sejak 2015. Hingga saat ini beliau tiap hari puasa. Lalu Mbah Sholeh memungkasi, “Kulo mboten kondo-kondo soale Jenengan tanya. Mboten usah dikandakne tiyang gih… Kulo mboten riya gih?” Tentu saya jawab, “Insya Allah mboten riya’ Mbah, kulo sampaikan dateng tiyang namung tujuane damel pelajaran supados wonten ingkang niru.” jawabnya, “Oh ngoten.”

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *