Jaringansantri.com -Cirebon. Pembangunan infrastruktur karakter bangsa, salah satunya bisa dicapai melalui pembangunan infrastruktur secara fisik. Pembangunan infrastruktur tersebut merupakan sebuah upaya pemerintah untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat.
Hal ini menjadi bahasan diskusi kebangsaan dengan tema “Berdikari Membangun Negeri ; Dari Fondasi Infrastruktur Hingga Pendidikan Karakter Bangsa” yang diselenggarakan oleh Pesantren Ma’had ‘Aly Al Hikamus Salafiyah Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon. Kamis, (28/09).
Diskusi ini untuk menguatkan pandangan-pandangan kang Zainal Abidin dalam buku “Berdikari Membangun Negeri”.
KH. Husein Mohammad sebagai pembicara pertama mengatakan “selain membangun infrastruktur secara fisik, Infrastruktur secara nalar dan spiritual penting dibangun terlebih dahulu”.
Kiai yang akrab dipanggil buya ini juga mengatakan bahwa Pesantren akan hancur jika gerakan-gerakan radikal tidak dicegah. “Ketegasan pemerintah terhadap kelompok transnasional yang ingin mengubah ideologi pancasila sudah tepat”, tandasnya.
Hadir juga pembicara lain seperti Arief Syahfa’at dari Kementrian Agama, Nuruzzaman (Densus 99 Ansor) dan Dr. H. Arwani Syaerozi (Mudir MAHS).
Arief Syahfa’at menyinggung tentang program Nawacita Presiden Jokowi. Bahwa progam tersebut tidak lepas dari konsep trisakti Soekarno. Ia menilai ada satu hal yang kurang dalam buku “Berdikari” tersebut.
“Ada yang kemudian tidak dibicarakan dalam buku ini yaitu tentang dampak dari pembangunan bagi masyarakat. Data-data dalam buku ini kurang dilengkapi dengan referensi”, ujarnya.
Sementara Nuruzzaman menekankan bahwa pendidikan Karakter itu sudah diterapkan lama di Pesantren. Program pendidikan karakter seharus mengacu pada nilai-nilai Pesantren.
Pembangunan saat ini memang harus diakui sangat luar biasa. Bandara Kertajati-Majalengka kalau sudah beroperasi tahun depan, NU bisa mengadakan Muktamar di Babakan, karena transportasi terfasilitasi.
“Tapi ada catatan penting yang perlu diperhatikan Pemerintah. yaitu dampak pembangunan tersebut, yaitu ideologi transnasional”, kata Komandan Densus 99 Ansor ini.
Pembangunan pasti banyak dampak ekonomi, sosial, politik, budaya, dsb. “Pembangunan bandara Kertajati-Majalengka misalnya, pasti akan banyak pabrik-pabrik dibangun, tempat hiburan, mall, hotel, banyak transaksi, dan tidak menutup kemungkinan ideologi transnasional masuk lewat sini.” tegasnya.
“Maka semua itu harus dicegah. Kuasai masjid masjid disekitar, sebelum menjadi tempat-tempat penyebaran ideologi transnasional”, imbuhnya.
Terakhir, Dr. H. Arwani Syaerozi menutup dengan menyampaikan pesan kepada santrinya. Santri harus fokus belajar mengembangkan khazanah keilmuan Islam, untuk menuju kebangkitan.
“Pokoknya santri harus bangkit dengan belajar tekun, selesai kan belajar di pesantren Babakan, tetap belajar kitab kuning dan Turats”, pesannya kepada ratusan santri Ma’had Aly.
“Jangan berfikir nanti akan jadi apa dan dapat income berapa. Inilah santri yang bisa hidup sampai kapanpun. Sholihun likulli zaman wa likulli makan”, pungkasnya.
Comments are closed