Acara Tadarrus ba’da salat Tarawih di Langgar tertua kampung Teluk Tiram, Banjarmasin, yang bernama Miftahussalam, ternyata diperkirakan sudah seabad bahkan lebih. Hal ini terungkap tatkala aku wawancara singkat dengan beberapa orang yang aktif ikut Tadarrus sejak remaja sampai sekarang ini sudah berusia 71 tahun. Mereka adalah Ustadz Rizali, Ismail dan Abubakar yang masih setia mengawal kegiatan Tadarrus dari masa ke masa dari generasi.ke generasi. Mungkin mereka bertiga saat ini sudah berbaur dengan generasi baru yang bisa dikatakan di dalam istilah kekerabatan sebagai cucu.
Dahulu, kata Rizali mulai ikut Tadarrus pada usia belia sekali dan Tadarus di Langgar Miftahussalam itu sudah lama sekali ada mungkin sudah berpuluh-puluh tahun silam Sayang, dia tidak bisa memastikan tepatnya berdiri dan mulai, ia hanya mengatakan sudah lama sekali. Tengarai Rizali ini didukung kawan seusianya Ismail dan Abubakar dengan menambahkan ceritera lama turun-temurun dari Tatuha (Sesepuh) kampung Teluk Tiram yang menegaskan hal itu.
Zaman dia masih muda dulu, kata Rizali lagi, kegiatan Tadarrus berada di lantai 2 Langgar Miftahussalam, atau di loteng dengan diawasi dan diarahkan oleh Tuan Guru H. Jarkasi, seorang ulama yang sangat sahih, fasih dan pandai ilmu Tajwid. Kalau ada yang salah membaca entah huruf, panjang-pendek, tebal-tipis, tanda berhenti dan semacamnya, saat keliling secara bergiliran, maka beliau tegur dan betulkan secara murni dan konsekwen sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jadi Tadarrus, tidak sekadar membaca, mendengar dan menunggu giliran saja, tapi juga menegur dan membetulkan mereka yang membaca keliru. Bisa dikatakan Tadarrus sebagai ajang saling mengajar dan saling belajar membaca Alqur’an yang benar sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu Tajwid. Terus terang, aku dahulu agak bisa ilmu Tajwid ini, banyak terbantu oleh acara Tadarrus di Langgar Miftahussalam ini.
Pertanyaannya, mengapa acara rutinitas Tadarrus di Langgar Miftahussalam ini bisa begitu awet bertahan hingga sudah satu abad bahkan lebih berjalan dengan segala dinamika dan segala suka-dukanya. Bisa jadi pewarisan nilai untuk terus melestarikan Tadarrus dari satu generasi ke generasi berjalan mulus tanpa ada rintangan dan rintangan yang berarti. Bisa juga, karena ada keinginan kuat untuk mengkhatamkan Alqur’an secara kolektif selama bulan Ramadan dari seluruh anggota Tadarrus. Mungkin pula, karena lingkungan seputar Langgar Miftahussalam yang kondusif dikelilingi rumah para Tuan Guru dan sangat agamis. Mungkin masih ada lagi faktor lain, seperti konsumsi yang berlimpah meskipun hanya berupa bermacam wadai basah yang membuat Tadarrus di Langgar Miftahussalam bukan saja terus lestari, tapi selalu penuh semangat dan menggairahkan dalam rangka menuju pencapaian ketepatan dan kebenaran dalam membaca Alqur’an.
Begitulah laporan hasil penelitian sekilasku pada riwayat Tadarus di Langgar Miftahussalam yang menurutku sangat legendaris. Aku yakin ini bisa menginpirasi tempat-tempat ibadah lain yang ada kegiatan Tadarrusnya. Horas, Langgar Miftahussalam yang punya Tadarrus sudah satu abad. Tabik.
No responses yet