Oleh: Muhammad Arief Junaydi
Tidak bisa kita pungkiri dan sudah menjadi rahasia umum bahwasannya mata rantai (sanad) keilmuan dalam agama Islam pasti tidak pernah keluar dan melenceng dari kalangan Dzurriyah Rasulullah SAW (Ahlul Bait) dari cabang/fan ilmu apa saja pasti masih lewat jalur beliau semua. Baik itu Dzurriyat Rasulullah dari jalur Sayyidina Hasan As bin Ali maupun Sayyidina Husain As bin Ali Kw wa Ra. Hal yang wajar dan pantas sekali tentunya jika beliau berdua sebagai mata air kelanjutan ilmu dari ayahanda dan kakek mulia beliau berdua. Sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra sendiri yang oleh Rasulullah SAW diberi gelar Babul Ilmi sedangkan Rasulullah SAW adalah Kota Ilmu.
Selain dari itu kalangan para sahabat juga merupakan pusat ilmu selain para ahlul bait Rasulullah SAW, sehingga kekayaan khazanah ilmu-ilmu agama yang pusat dan sumbernya langsung dari Rasulullah SAW bisa disebarkan ke seluruh penjuru dunia setelah wafatnya Rasulullah SAW, para sahabat yang komplit sisi keilmuannya karena bisa bertatap langsung dengan Rasulullah SAW dan bertanya langsung atas setiap permasalahan yang terjadi pada zaman itu, sedangkan Rasulullah SAW sendiri mendapat pengetahuan langsung dari Allah SWT melalui perantara Malaikat Jibril As sebagai mediator wahyu ilahi.
Kembali kepada sumber keilmuan dari jalur Ahlul Bait dan Dzurriyat Nabi, diantara yang paling banyak menjadi sumber ilmu atau guru dari para dzurriyat Nabi ialah dari jalur Sayyidina Husain bin Ali. Umumnya di bidang fiqh, aqidah, ilmu qur’an dan hadits, sementara tashawwuf dan thariqah lebih menonjol dari kalangan keturunan Sayyidina Hasan bin Ali terbukti dari banyaknya thariqah-thariqah yang sanadnya berujung pada Sayyidina Hasan bin Ali As, ilmu tashawwuf dan thariqah ini sebagai pelengkap dan penopang keilmuan syari’at islam agar keduanya sejalan beriringan.
Sayyidina Ja’far Ash-Shadiq Ra, merupakan guru dari Imam Nu’man bin Basyar atau yang masyhur dengan Abu Hanifah perintis madzhab Hanafiyah, sedangkan beliau sezaman dengan Imam Malik bin Anas perintis madzhab Maliki dan Imam Malik merupakan guru dari Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i al-Quraysyi perintis madzhab Syafii lalu beliau merupakan guru dari Imam Ahmad bin Hanbal perintis madzhab Hanbali. Dari para Aimmah Al-Arba’ah ini para Dzurriyaturrasul melanjutkan silsilah sanad keilmuan. Khususnya mayoritas dari kalangan Hanafiyah dan Syafiiyah meskipun juga ada dari Malikiyah dan Hanabilah.
Di abad ke tiga belas hijriyah semakin banyak para Dzurriyat Rasulullah yang menjadi palang pintu masuk ilmu-ilmu keagamaan bagi para ulama-ulama di belahan di dunia tak terkecuali dengan ulama yang hadir dari Nusantara untuk menimba ilmu. Setidaknya ada lima negara yang menjadi pusat object pengembaraan ilmu para ulama Nusantara di era awal abad belasan hingga saat ini, yaitu; Saudi Arabia dengan pusatnya di Makkah dan Madinah, Yaman dengan pusatnya di Tarim, Hadhramaut, Ribath dan San’a, Mesir dengann pusatnya di Al-Azhar Kairo, Maroko yang dulu masyhur dgn sebutan Maghrib dan terakhir adalah Iran dengan pusatnya di Teheran, Qum.
Selain di lima negara tersebut masih ada negara yg menjadi object menimba ilmu seperti; Syiria berpusat di Damaskus, Iraq berpusat di Baghdad dan Libanon berpusat di Bairut. Tidak sedikit para ulama Nusantara yg melanglang buana mengembara dalam menuntut ilmu ke wilayah negara-negara tersebut. Jadi tidak heran mereka sepulangnya dari pengembaran tolabul ilmi membawa segudang ilmu dan ijazah amaliah dan dzikir.
Diantara nama-nama yang masyhur sebagai sanad keilmuan Ulama Nusantara dari kalangan Dzurriyat Rasulullah yaitu:
Al-Imam Assayyid Murtadha az-Zabidi, diantara karyanya ialah “Ittihafu Sadatil Muttaqin syarh Ihya’ Ulumiddin”, Al-Imam Assayyid Al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad diantara karyanya ialah “Risalatul Mu’awanah”, Al-Imam Assyarif Abdul Wahhab Assya’rani diantara karyanya ialah “Al-Mizanul Kubra”, Assyaikh Assayid Al-Habib Abdurrahman al-Masyhur diantara karyanya ialah “Risalatul Mustarsyidin”, Assyaikh Assayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas al-Maliki diantara karyanya “Mafahim Yajibu An Tushahha, Abwabul Faraj, Haulul Ihtifal bi Dzikro Maulidin Annabawi Assyarif, Manhajussalafa fi Fahminnushus”, Assyaikh Assayyid Ahmad Zaini Dahlan diantara karyanya ialah “Syarh Jurmiyah Mukhtashar Jiddan, Adduraru Assaniyah fi Arraddi ‘ala Al-Wahhabiyah, Khulashatul Kalam fi Bayani Umarãi Al-Baladi Al-Haram, Siroh Annabawiyah dll, dan masih banyak lagi para Dzurriyat Rasulullah yang menjadi sanad keilmuan ulama Nusantara.
Khusus nama terakhir yaitu Assayyid Ahmad Zaini Dahlan al-Makki asy-Syafi’i al-Asy’ari, beliau lahir 1232 – wafat 1304 H. / 1817 – 1886 M. Siapa yang tak pernah kenal dan mendengar nama besar beliau, sangat janggal, ganjil dan aneh rasanya jika seseorang yang menisbahkan diri sebagai santri tapi tidak tahu menahu tentang beliau maka kurang berjasa rasanya jika tidak menyempatkan diri kirim fatihah kepada beliau, sebab beliaulah yang berjasa besar bagi semua santri di Nusantara di bidang ilmu-ilmu dasar gramatika bahasa arab alias baca kitab melalui kitab Mukhtashar Jiddan beliau sebagai Syarh Matn Jurmiyah, begitupula jasa besar beliau kepada seluruh muslim di Nusantara ini sebab beliaulah yang berjuang dan membentengi sekuat tenaga dan fikiran dalam membela aqidah Ahlussunah wal Jamaah al-Asya’iroh yang mana di masa itu fitnah besar dan kesemena-menaan kaum Wahhabi Mujassimah Musyabbihah meraja lela melanda tanah haram dua kota suci Makkah – Madinah dgn segala bentuk hasudan dan kekejiannya.
Adapun nasab beliau:
أحمد زيني دحلان (1232 – 1304 هـ) فقيه ومؤرخ وشيخ علماء الحجاز في عصره. تولى منصب الإفتاء وشيخ العلماء في مكة المكرمة عام 1288 هـ في أواخر الخلافة العثمانية. برع في العديد من الميادين العلمية والفكرية، باحثًا، ومدرسًا، وكاتبًا، ومؤلفاته في فنون متنوعة.
نسبه:
أحمد بن زيني بن أحمد بن عثمان دحلان بن نعمة الله بن عبد الرحمن بن محمد بن عبد الله بن عثمان بن عطايا بن فارس بن مصطفى بن محمد بن أحمد بن زيني بن قادر بن عبد الوهاب بن محمد بن عبد الرزاق بن علي بن أحمد بن أحمد بن محمد بن زكريا بن يحيى بن محمد بن عبد القادر الجيلاني بن موسى جنكي دوست بن عبد الله الجيلي بن يحيى الزاهد بن محمد المدني بن داود بن موسى الثاني بن عبد الله الرضا بن موسى الجون بن عبد الله المحض بن الحسن المثنى بن الحسن السبط بن الإمام علي بن أبي طالب، والإمام علي زوج فاطمة بنت محمد رسول الله صلى الله عليه وسلم.
Melalui hujjah-hujjah yang beliau sampaikan utk mencounter attack faham-faham Wahhabi yang menebar fitnah dan kedustaan terhadap ummat Islam lewat karya beliau “Adduraru Assaniyah fi Arraddi ‘ala Al-Wahhabiyah” sebagai kitab pedoman bagi seluruh muslim di Nusantara yang dipelajari kepada Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan agar tidak terpengaruh terhadap fitnah dan pemikiran kaum Wahhabi serta mempunyai pedoman baku dalam bermanhaj Ahlussunah wal Jamaah ‘ala Al-Asya’iroh sebagai madzhab aqidah yang diikuti secara mayoritas.
Dan melalui Syekh Nawawi Banten seorang ulama yang berdarah jawa asli sanad keilmuan dari Sayyid Ahmad Zaini Dahlan hingga tertanam kepada ulama Nusantara lainnya yaitu Syaikhuna Khalil Bangkalan dan Hadrotussyaikh Hasyim Asy’ari yang menjadi cikal bakal wadah terbesar aqidah Ahlussunnah wal Jamaah Al-Asya’iroh melalui organisasi yang penuh keridhoan Allah dengan hasil kucuran keringat, korban waktu, ijtihad para ulama se-Nusantara dan ilham secara nyata dari Rabbul Alamin.
Maka, bagi kita warga Nahdliyyin tak perlu ragu dan bimbang dgn organisasi yang kita ikuti dan perjuangkan, karena organisasi kita Nahdlatul Ulama sudah berada pada jalur atau rel yang benar berdasarkan pemahaman Ahlussunnah wal Jamaah di masa lampau hingga terus bersambung keilmuannya kepada Rasulullah SAW, min yaumina hādza ilā yaumin nahdlati. Allahumma uhsyurna mā’a zumratil ‘ulamāi wal auliyā’i wash shālihīna min ‘ulamā’i nahdlatil ulama’. Aamiiin Yaa Rabbal ‘Aalamiiina.
Alfatihah khushushan ila ruhi hadhratissyaikh Hasyim Asy’ari wa masyayikhihi wa talaamidzihi wa ahlihi wa shahbihi fi nahdlatil ulama wa man tabi’ahu fi nahdlatil ulama,
Alfatihah khushushan ila ruhi syaikhi masyayikhi ulama’i indonesia Assayyid Ahmad bin Zaini Dahlan wa Syaikh Nawawi Banten.
Allahumma ij’alhum min ahlil jannati waj’alil barakata wannaf’a bi’ulumihim lanā.
Salam Ngaji dan Ngamalkan
Sumenep, Madura 31/01/2021
Al-Faqir: Tukang Ngarit dan Macul