Ada orang yang menyedekahkan barang yang belum tentu orang butuh. Walau niat baik, kalo gak manfaat ya percuma. Atau hasil korupsi, trus disedekahkan. Itu kayak sedekah bangkai buat seseorang. Maka kalo kita mau sedekah, kita kudu cerdas dikit.
Misal mau bantu warga isoman yang udah megap-megap napasnya, ya jangan dikasi duit atau sembako. Butuhnya ya oksigen dan ambulan.
Makanya kita kudu observasi dulu kebutuhan orang yang mau disedekahi. Butuhnya apa saja. Lalu kita bayangkan jadi orang tersebut. Prioritas apa yang sangat dibutuhkan. Kira-kira apa yang bisa kita usahakan untuk ada. Lalu andaikan kita itu mereka, kita pasti ingin barang yang terbaik dan paling halal. Jadi gak asal sedekah.
Biar gak kena dawuh Gusti Allah
وَيَجْعَلُونَ لِلَّهِ مَا يَكْرَهُونَ
“Dan mereka menetapkan (menyedekahkan) di jalan Allah apa yang mereka sendiri membencinya (tidak membutuhkannya)” (An Nahl 62)
Gusti Allah juga dawuh
وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيثَ مِنْهُ تُنْفِقُونَ وَلَسْتُمْ بِآخِذِيهِ إِلَّا أَنْ تُغْمِضُوا فِيهِ ۚ
“Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya” (Al Baqarah 267)
Kanjeng Nabi Muhammad SAW dawuh
إن الله لا يقبل إلا الطيب
“Sesungguhnya Gusti Allah tidak menerima sedekah kecuali dari hal yang thoyyib (halal)”
Jadi kita harus punya mindset untuk memberikan yang terbaik yang bisa kita berikan. Dan juga harus bermanfaat. Imam Ghozali mengistilahkan “min athiibi amwaalika wa ajuudiha”. Hartamu yang paling halal dan paling bisa bikin orang senang. Dan manusia pasti lebih senang jika diberi sesuat yang sangat dia butuhkan.
Mugi manfaat.
#AyoNyarkub #ArbainFiUshuliddin #ImamGhozali
No responses yet