Oleh :  Lutfi Alfian Majid  (Mahasiswa Universitas Marsekal Suryadarama)

Mengenai  masuk  dan  berkembangnya  Islam  di  wilayah  Nusantara,  para ahli  masih  bersilang  pendapat.  Kapan  masuk  dan  oleh  siapa  Islam  dibawa  ke wilayah  Nusantara,  belum  ada  ahli  yang  menjawabnya  secara  pasti.  Namun, menurut  perkiraan  banyak  pihak  ,  Islam  mulai  masukdi  wilayah  Nusantara sekitar  abad  ke-8  M  melalui  para  pedagang  Islam.  Islam  sebagai  agama  masuk ke wilayah Nusantara diterima oleh penduduk setempat  atas kesadaransendiri tanpa ada paksaan. Masuknya Islam sebagai penutan telah memperkaya budaya asli Nusantara.

I. Proses Masukdan Berkembangnya Islam

1. Proses Masuk

Proses masuknya Islam di wilayah Nusantara tidak lepas  dari kegiatan perdagangan.  Kepulauan  Nusantara    yang  terkenal  berbagai  hasil  buminya, menjadi  daya  tarik    bagi  para  pedagang  dari  berbagai  bangsa.  Anara  lain  Cina, India,Arab, Persia. Mereka berdatangan ke Kepulauan Nusantara untuk berdagang. Kedatangan mereka melalui Selat Malaka yang lambat laun tumbuh dan  berkembang  sebagai  salah  satu  jalur  perdagangan  internasional2.  Melalui Selat Malaka para pedagang mengunjungi pusat-pusat perdagangan, antara lain  di  Pulau  Jawa,  misalnya  Jepara,  tuban,  Gresik.Dari  sana  pelayaran  dilanjutkan seperti    ke  Banjarmasin,Goa,Ambon,  dan  Ternate  yang  dikenal  sebagai  pusat penghasil rempah-rempah. dalam Pembekalan (couching) Penelitian Sejarah Perkembangan agama dan Lektur Keagamaan, 28 April 2005, diselenggarkan oleh Puslitbang Lektur Keagamaan (tahun anggaran 2005), Balitbang Depag,RI. 

2  Sejak  awal  abad  masehi  (yang  masih  pada  fase  peralihan  dan  zaman  pra )

sejarah  akhir  di  wilayah  Nusantara)    telah  ada  rute-rute    pelayaran  danerdagangan antar pulau  atau antara daerah. Barang perdagagan yang popular  ialah “Nekara Perunggu”.  Nekara  perunggu  berasal  dari  daerah  Dongson,  kini termasuk dalam wilayah Negara Vietnam. Nekara sebagai barang perdaganan memiliki jangkauan yang cukup  luas  dan  merata  ke  seluruh  Nusantara,  tidak  saja  di  bagian  barat  tetapi  sampai jauh menjangkau wilayah Maluku, dan NTT.  Melalui  hubungan  dagang  itulah,  pedagang  Persia,Arab,  Gujarat  yang telah  memeluk  agama  Islam  dapat  memperkenalkan  agama  dan  budaya    Islam kepada penduduk Nusantara. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masuknya Islam di Nusantara berlangsung secara damaimelalui hubungan perdagangan.  Hanya  saja  persoalan  “kapan”  agama  Islam  mula  pertama diperkenalkan  belum  dapat  diketahui  secara  pasti.  Hal  ini  sangat  berkaitan  antara lain soal keletakan setiap wilayah secara geografis. Misalnya, Selat Melaka,sudah dikenal sebagai jalur pelayaran dan perdagangan sejak berkembangnya Kerajaan Sriwijaya. Hal  ini  dapat dipastikan karena sejak abad ke-8  M,  sudah  banyak  pedagang  Muslim  yang  sudah  berdatangan  di  Malaka dan  Sriwijaya.  Mereka  menyebut  Sriwijaya  dengan  sebutan  Sribuza,  Zabay, Zabag. Sesudah Srwiajaya lemah, banyak Bandar melepaskan diri. Tindakan ini mengisyaratkan    bahwa  kedudukan  Bandar-bandar  para  pedagang  Muslim  itu sudah kuat, sehingga dalam Negara baru banyak pedagang Muslim yang mendapat tempat dan kedudukan.  Mereka itu menjadi penguasa di Bandar itu. Salah  satu  contoh  ialah  Negara  Samudera  Pasai3  dari  abad  ke-13  M.  Menurut Hikajat Radja-Radja Pasai da Sedjarah Melayu, antara lain menyebutkan bahwa Sultan  Malik  ash-Sholeh  sebagai  penguasa  pertama  Kerajaan  Samudera  Pasai4, ia wafat sebagaimana tertulis pada batu nisannya, Ramadhan 696 H/1297 M. Di Barus,  telah  ditemukan  makam  seorang  wanita  bernama  Tuhar  Amisuri,  wafat pada  10  Shofar  602  H5,  yan  berarti  96  tahun  lebih  tua  dari  makam  Malik  ash-Sholeh.  Bukti  ini  telah  memperkuat  pendapat  bahwa  di  Barus  sejak  permulaan ke-13 M, sudah ada pemukiman masyarakat Muslim. Kehadiran  dan  keberadaan  masyarakat  Muslim  di  Sumatera  ini  telah diperkuat oleh catatan perjalanan Marcopolo6 ke beberapa pelabuhan Sumatera                                                  

3 Samudera Pasai terletak antara Sungai Jambo Aye  (Krueng  Jambo Aye

dengan  sungai  Pasai  (Krueng  Pasai).  Saat  ini,  masuk  dalam  wilayah  administrative Meunasah Beringin, Kecamatan Samudera, Aceh Utara.  

4 A.H.Hill, “Hikajat Radja-Radja Pasai”, Journal of The Malayan  Branch Royal

Asiatic  Society,  vol  33,  1960;  T.Ibrahim  Alfian,  Kronika  Pasai,  (Yogyakarta:  Univrsitas

Gadjah Mada Press, 1973).  Di saat Kerajaan Samudera Pasai  secara pasti telah berdiri, kerajaan-kerajaan (dinasti) Islam di luar Nusatara justru sedang mengalami kemunduran    yang  luar  biasa.  Dinasti  Islam  di  Andalusia  sedang  didesak  , bahkan dinasti  Abbasiyah  di  Baghdaf  harus  mengalami  kehancuran  akibat  serbuan    porang-

orang Tar Tar di bawah komando Hulagu Khan, tahun 1258 M. 

5 Hasan M Abary,

 Awal Perkembangan Kerajaan Islam di Sumatera (Samudera Pasai dan Aceh)”, dalam Analisis Kebudayaan,tahun II/2, (Jakarta :Depdikbud, 1982).6 A.H.Hill, Op cit, hal. 9-10

 3 bagian  Timur.  Marcopolo  menyebut  sebuah  tempat  di  bagian  Barat  Sumatera, Fansur  dan  tempat-tempat  lain  yang  ia  kunjungi  sudah  terdapat    pemukiman masyarakat  Muslim.  Dalam  perjalanannya  dari  Tiongkok  kembali  ke  Negara asal  yakni  ke  Venesia  (Italy),  pada  tahun  1292  M,  ia  singgah  di  Aceh  bagian Utara.  Di  Peureula,  Marcopolo  menjumpai  penduduk  yang  beragama  Islam, juga banyak pedagang Gujarat7 yang giat menyiarkan agama Islam.

Mendasarkan pada catatan Marcopolo, memperkuat dugaan bahwa Islam sudah disebarkan  atau  didakwahkan  di  berbagai  tempat  di  Sumatera,  Semananjung

Malaka, dan beberapa daerah di Pulau Jawa.

 Walaupun pada abad ke-1 – 4 H/7-10 M Jawa tidak disebut-sebut sebagai tempat  persinggahan  pedagang-pedagang  Muslim,  agama  Islam  sudah  dianut oleh sebagian orang di Pulau  Jawa  sejak abad ke-11 M. Hal  ini terbukti dengan ditemukannya  sebuah  batu  nisan  tertulis,  di  Leran,  dekat  Gresik,  Jawa  Timur yang  memuat  keterangan  tentang  meninggalnya    seorang  wanita  Muslimah bernama  Fatimah  binti  Maimun8,  berangka  tahun  1082  M.  Angka  tahun  ini merupakan data peninggalan Islam tertua – yang ditemukan, di wiayah Nusantara.  Berikut disampaikan sebagian orang-orang yang berjasa dalam syiar Islam, yakni:

a. Masuknya Islam melalui Pedagang Gujarat

Keberadaan para pedagang Gujarat itu bertolak dari catatan perjalanan Marcopolo,  yang  mengatakan  bahwa  selama  kunjungannya  ke  Pureula,tahun 1292  M,ia  telah  menyaksikan  banyak  pedagang  asal  Gujarat    giat  menyiarkan agama  Islam.  Pendapat  itu  diperkuat  dengan  adanya    batu  nisan  Sultan  Malik ash-Sholeh.

b. Masuknya Islam melalui Pedagang Persia

Pendapat ini didukung oleh Umar Amin Husein,dengan alasan bahwa di Persia ada suku yang bernama Laren dan Jawi. Kemungkinan para pedagang dari dua duku  inilah  yang  mengajarkan  huruf  Arab  di  Pulau  Jawa  yang  dikenal  dengan huruf Pegon.ahli lain yang mendukung pendapat ini adalah Hossein

Djajadiningrat  yang  mengatakan  bahwa  terdapat  pasangan  dalam  bahasa  Arab yang disebut Jabar Jer. Istilah ini termasuk bahasa Iran yang dalam bahasa Arab disebut fathah kasrah. 

7  Gujarat  merupakan  kota  pantai  barat  India. 

Sejak  abad  13-14  M,  Gujarat menjadi  pelabuhan  yang  jauh  lebh  ramai  dari  sebelumnya  karena  pada  pedagang Muslim telah memindahkan pusat perdagangan ke sana.  8 Makam ini terdapat di kelompok makam di Leran, gresik,Jawa timur bersama-sama dengan beberapa makam yang tidak berangka tahun. 4 Selain  itu,  di  sebagian  wilayah  Nusantara  terdapat  tradisi  Muharram,  yang dihubungkan  dengan  Hussein  putra  Sayyidina  Ali  ra  meninggal  di  Karbala.  Di Persia, upacara peringatan meninggalnya Hussein ini ditandai dengan mengarak  peti  yang  disebut  tabut.  Oleh  karena  itu,  bulan  Muharram  dikenal  juga dengan sebutan bulan tabut dan diramaikan dengan perayaan yang semisal, oleh masyarakat antara lain Aceh dan Minangkabau. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh Persia. 

c. Masuknya Islam melalui Pedagang Arab

Pendapat ini datang antara lain dari Hamka,menurutnya :

(1) Raja-Raja

Samudera Pasai menganut madzab Syafi’i. Penganut madzab Syafi’I terbesar saat  itu  adalah  masyarakat Mesir.    Dan  Makkah.  Bila  agama  Islam  yang  masuk di Nusantara berasal dari Persia tentu banyak masyarakat Indonesia yang menganut  faham  Syiah  seperti  di  Persia.  Atau  bermadzab  Hanafi,  seperti  di India;

(2)  Gelar  al-Malik  yang  digunakan  oleh  raja-raja  Samudera  Pasai,

  berasal dari Mesir. Sedangkan gelar Syah yang berasal dari Persia, baru digunakan oleh raja-raja Malaka pada awal abad ke-15 M. Kapal-kapal dagang Arab sudah mulai berlayar ke wilayah Asia tenggara sejak  permulaan  abad  Masehi9.  Melalui  literature  Arab  terdapat  berita  tentang perjalanan  mereka  ke  Asia  Tenggara.  Sekalipun  sumber  berita  inimasih  harus dikaji  lebih  teliti,  berita  tersebut  umumnya  berkaitan  dengan  barang-barang dagangan  dan  rute  perjalanan,dan  hanya  sedikit  berita  tentang  penduduk  dan adapt-istiadatnya.  Paul  Weathly  mengemukakan  bahwa  di  antara  penulis  Arab hingga abad ke-14  M, hanya Abi Dulaf (abad ke-10 M) dan Ibnu Battutah yang benar-benar  melakukan  perjalanan  ke  Asia  Tenggara  sampai  ke  negeri  Cina. Adapun  penulis  yang  lain  hanya  berlayar  hingga  India  atau  di  sekitar  Teluk Persia. Ketiga  pendapat  tersebut  di  atas  masing-masing  memiliki  alasan.  Para pedagang  Muslim asal Persia,Gujarat, dan Arab sama-sama memiliki perandalam usaha penyebaran agama Islam di Nusantara.   

2. Nusantara dan Beberapa Jalur Perdagangan

Dari  daerah  pantai    selatan  Cina  kapal-kapal  dagang  melalui  Laut  cina Selatan, Selat Malaka, Teluk  Benggala,  ke  India.  DariIndia  dapat  ditempuh  dua jalan,  yaitu  melalui  laut  atau  darat.  Jalan  laut,  yaitu  laut  Arab,  Laut  Merah, Terusan Suez (Mesir),Laut  Tengah, Asia Kecil  (Turki). Ramainya jalan laut melalui Selat Malaka berarti juga melalui perairanNusantara, terutama Sumatera, Kalimantan, Riau Kepulauan. Akibatnya, melalui bentangan jalur-jalur laut tersebut, wilayah Nusantara  terlibat perdagangan internasional. Dalam kaitannya dengan penyebaran wilayah pengaruh Islam, umumnya mengikuti  jalur dan arus pelayaran perdagangan di sepanjang pantai. Dengan kata lain, Islam menyebar ke wilayah Nusantara    melalui  jalan  perdagangan  laut  dan  komunitas-komunitas  Muslim  mulai  berkembang  di  kota-kota  pelabuhan.  Maka  tidak    mengherankan    kalau pusat-pusat    kekuasaan Islam    juga  bermua  dibangun  di  kota-kota  pelabuhan. Sehubungan dengan itu, pemakalah akan mengutarakan :

A. Perkembangan Wialayah Pengaruh Islam di  Nusantara Proses perkembangan wilayah pengaruh Islam Nusantara dapat dilakukan antara lain melalui beberapa jalur, sebagai berikut :

1) Jalur perdagangan

Para pedagang Muslim dari Arab, Gujarat, Persia yang berdatangan di wilayah Nusantara umumnya tinggal selama berbulan-bulan di pusat-pusat perdagangan. Sambil menunggu  angina musim yang baik untuk berlayar kembali ke Negara asal,kesempatan itu dimanfaatkan  untuk mengadakan transaksi dengan para pedagang setempat.  Pusat  perdagangan  di  pantai  atau  pelabuhan  merupakan  terminal  dan tempat penghubung  dengan daerah-daerah pedalaman. Pelabuhan pada umumnya terletak di muara sungai, karenanya hubungan dagang dengan daerah  pedalaman  lebih  banyak  dilakukan  melalui  sungai.  Mula-mula  para pedagang  hanya menyebarkan Islam pada masyarakat pelabuhan, tetapi karena transaksi dagang masyarakat pedalaman dengan masyarakat pesisir berlangsung terus menerus,maka lama kelamaan dakwah Islamiyah dapat disampaikan  hingga  ke  wilayah  masyarakat  pedalaman.  Misalnya,  terdapatnya pemukiman masyarakat Muslim di lokasi berdirinya pusat pemerintahan Majapahit.  Indikator  adanya  masyarakat  Muslim  tersebut    ditemukan  komplek makam Muslim di Sentono Rejo, Troloyo, KecamatanTrowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Selain makam bertulisan Arab, terdapat batu-batu nisan bertuliskan  huruf  Jawa  berupa  angka  tahun    (wafat)  –  yang  tertua  1203  Caka atau 1281 M,sedangkan angka  (tahun wafat) yang termuda  sebagamana tertera pada  batu  nisan  1533Cakaatau  1611  M.  Daa  berupa  angka  tahun  dan  tulisan Arab  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa  kehadiran  pemukiman  masyarakat

Muslim  di  pusat  pemerintahan  Majapahit  ini  telah  berlangsung  sangat  lama, selama  lebih  dari  300  tahun,  yaki  dari  abad  ke  14  hingga  abad  ke  17  M  –  suatu bentangan  waktu  dimulai  awal  munculnya  kerajaan  Majapahit 10    hingga  masa kemundurannya,  bahkan  ketika  kerajaan  tersebut  hilang  sama  sekali  dalam percaturan politik di Jawa, abad ke-17 M.

2). Jalur Dakwah

Kehadiran  makam  Muslim  di  Trowulan  sebagaimana  tersebut  dalam  angka-angka tahun wafat di atas, telah menarik perhatian tentang kemungkinan adanya masyarakat Muslim di dekat pusat kekuasaan Kerajaan Majapahit.Pusat-pusat perdagangan di pesisir Utara Jawa, yakni Gresik, Jepara, Cirebon,  Banten,  sejak  akhir  abad  ke-15  M  dan  permulaan  abad  ke  16  M  telah menunjukkan  kegiatan  keagamaan  oleh  para  wali  di  Jawa,  hingga  kemudian lahirnya kerajaan Islam Demak. Sejak itu, erkembangan wilayah pengaruh Islam di Jawa telah dapat  berperan secara politik. 

 Sesuai dengan ajaran agama Islam, setiap Muslim adalah “dai”. Para

muballigh, 

guru  agama  Islam  mempunyai  tugas  khusus  menyiarkan  agama Islam . Keberadaan mereka secara khusus telah mempercepat  rposes berkembangnya wilayah pengaruh Islam, antara lain melalui strategi mendirikan  pesantren  Islam.  Di  Pulau  Jawa,  penyiaran  agama  Islam  dilakukan terutama  oleh  para  wali  yang  dikenal    dengan  sebutan  Walisongo.    Strategi dakwah  yang  mereka  terapkan  telah  berhasil  meluaskan  wilayah  pengaruh

Islam ke Banjarmasin, Hitu, Ternate, Tidore, serta Lombok.

 Sultan  Samudra  –  atas  bantuan  Demak,  sebagai  raja  pertama  kerajaan Banjarmasin  masuk  Islam.  Ia  kemudian  memakai  gelar  Maharaja  Suryanullah.  Ketika  Suryanullah  naik  tahta,  beberapa  daerah  sekitarnya  sudah  mengakui kekuasaannya, yaknidaerah Sambas, Batanglawai, sukadana, Kotawaringin, Sampit,,  Mendawi,  /sambangan.  Adapun    Lombok,  meurut  tradisi  diislamkan oleh Sunan Prapen, dari giri, Gresik, Jawa Timur.  Kesultanan  terbesar  di  Kepulauan  Maluku    abad  ke  14-16  M  adalah Kesultanan  Ternate.  Sejak  abad  ke-10  M  terkenal  sebagai  pusat  perdagangan rempah-rempah.Kapal-kapal dari Jawa, Malaka,dan Arab secara teratur berlayar ke  sana.  Pada  awalnya,  Kesultanan  itu  menganut  animisme.  Namun  setelah Sultan  Zainal  Abidin  (1486-1500),  raja  Ternate  ke-19  kembali  dari  Giri,  Gresik dan menyandang gelar Sultan, agama Islam menjadi agama resmi kerajaan.                                                 

10  Pendapat  Th  Pigeaud  dan  de  Graaf,  1976,  dalam  karyanya  Islamic  States  in Java 1500-1700, VKI,  70,antara lain mengatakan bahwa  kemunduran  hingga hilangnya Majapahit dalam percaturan politik di Nusantara dikaitkan dengan  mnculnya kerajaan Islam Demaksebagai penguasa Islam pertama di Jawa yang berhasil menyerang ibukota Majapahit – sebagai  pandangan/ tafsiran sejarah  yang menyesatkan. Daerah yang agak terlambat menerima perkembangan Islam selain tempat-tempat yang disebutkan di atas adalah Sulawesi kecuali beberapa tempat seperti Buton dan Selayar, berdasarkan tradisi setempat telah menerima  pengaruh Islam  dari Ternate pada pertengan abad ke-16 M. Sejak Gowa-Tallo11 atau  Makassar  tampil  sebagai  pusat  perdagagan  laut,  kerajaan  ini  menjalin hubungan yang baik dengan Ternate, suatu kerajaan pusat cengkeh, yang telah menerima Islam dari Gresik / Giri, di bawah kekuasaan Sultan Babullah, ternate mengadakan perjanjian persahabatan dengan Gowa Tallo. Ketika ini raja Ternate  berusaha  mengajak  penguasa  Gowa  Tallo  untuk  iku menganut  agama

Islam, tetapi gagal.aru pada waktu Dato’ ri Bandang12  datang  ke  Gowa  Tallo,

agama  Islam  masuk  ke  kerajaan  ini.  Sultan  Alauddin  (1591-1636)  adalah  sultan Gowa  Tallo  yang  pertama  menganut    Islam  pada  tahun  160513.  Dua  tahun berikutnya, rakyat Gowa dan Tallo diislamka seperti terbukti dengan dilakukannya  smbahyang  Jum.at  bersama    di  Tallo  pada  19  Rajab  1068  H/

3) Jalur Perkawinan

Semakin  berkembangnya  perdagangan,  semakin  banyak  pula  para  pedagang Islam  dari  Persia  ,  Arab,  Gujarat  yang  datang  ke  Nusantara,  bahkan  banyak  di antara mereka yang kemudian menetap di berbagai wilayah Nusantara. 

11  Letak  Kerajaan  Goa  Tallo  di  semenanjung  barat  daya  pula  Sulawesi  sangat strategis  dilihat  dari  sudut  perdagangan  rempah-rempah  di  Kepulauan  Nusantara  ini. Sebagai  suatu    daerah  pelabuhan  transito,  Kerajaan  Goa-Tallo  memainkan  peranan penting.  Di  sekitar  tahun  1600  M,rempah-rempah    yang  dapat  dibeli  di  pelabuhan  ini seringkali  lebih  murah  daripada  di  Maluku  sendiri.  Lihat  Meilink  Roelofs,asian  Trade and  European  Influences  in  the  Indonesian  Archipelago  Between  1500  and  about  1630, (The Hague : Martinus Nijhoff, 1962) 12  Tokoh yang kemudian dikenal Dato’ ri Bandang ini adalah salah seorang tokoh Ulama asal Minangkabau bernama Abdul Ma’mur  Chotib  tunggal  (abdurrazak Daeng patunru, Sedjarah Gowa, (Makassar, Jajasan Kebudajaan  Sulawesi Selatan,1969). Dua  temannya  Chotib    Sulaiman  yang  kemudian  bergelar  Dato’  ri  Pattimang, mengislamkan  daerah  Luwu  danseorang  temannya  lagi,chotib  Bungsu  mengajarakan Tasauf danmengislamkan daerah Tiro,sehingga ia lebih dikenal dengan nama Dato’ ri Tiro  (Ibid). Nama Dato’ ri Bandang  juga dikenal di uton, Selayar, ima,dan Lombok sebagai  penyebar  Islam  di  daeah  tersebut  (HasanMambary,  Menemukan  peradaban :Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia, (Jakarta ; Logos, 1998). 13 Mattulada,”Sulaesi  di  Sulawesi  Selatan”,  dalam  Taufik  Abdullah,  (ed.), Agama dan PerubahanSosial, (Jakarta : Rajawali Press, 1985). 14 Noorduyn, Islamisasi Makassar, (terj.), (Jakarta : Bhratara, 1972). 8 Daerah  pemukiman  mereka  disebut  Pekojan.  Banyak  di  antara  mereka kemudian  menikah  dengan  anggota  masyarakat  setempat.  Jika  wanita  yang dinikahinya  itu  berasal  dari  golongan  elite,  setidaknya  akan  berpengaruh  dan mendukung bagi proses dakwah Islamiyah terhadap masyarakat.

4).  Jalur Kesenian

    Penyebaran agama Islam dengan menggunakan sarana kesenian, disesuaikan denagan kondisi pada masanya. Saat itu kebudayaan pra Islam (pra Sejarah, klasik) masih sangat kuat dan menyebabkan para mubaligh memanfaatkan kesenian sebagai sarana syiar agama. Misalnya, di Jawa menggunakan wayang kulit, gamelan, dan sebagainya. Melalui  jalur-jalur  di  atas  setidaknya  proses  perluasan  wilayah  Muslim di  Nusantara  mengalami  perkembagan,  hingga  kemudian  Islam  sebagai  agama sebagai mayoritas panutan bagi masyarakat di wilayah budaya Nusantara.  Pengaruh penyebaran agama Islam yang berpusat di Pasai meluas ke Aceh dipesisir Sumatera, Semenanjung Malaka, demikian pula penyebaran agama  Islam  yang  berpusat  di  Demak  meluas  ke  Banjarmasin,  Lombok,  dan sebagainya. Barangkali tidak cukup hanya sebatas penulusuran untuk mendapat  kebenaran  atau  pembenaran,  namun  yang  lebih  penting  barangkali “bagaimanakah hal-hal  tersebut  diatas  dan  terkhusus  ikhwal  penyebaran  dan pengaruh Islam sejak abad ke 7 M hingga abad 17 M yang telah menjangkau di hampir  bentangan  gugusan  kepulauan  Nusantara  –  untuk  dapat dimengerti maknanya?”. Wallahu a’lam bishsawab 

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *