Di dalam manaqib Syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani disebutkan bahwa ada seorang pedagang bernama Abul Mudloffar Hasan bin Tamim al-Baghdadi sowan kepada Syaikh Hammad bin Muslim bin Darwah Ad-Dabbas pada tahun 521 H.

Pedagang itu berkata: “Wahai tuanku, telah disiapkan sebuah kafilah dagang ke Syam untukku dengan modal tujuh ratus dinar”.

Dari kisah ini kita mendapatkan hikmah berupa sowan dulu kepada orang sholih untuk meminta doa restu sebelum memulai sesuatu yang penting, semisal bekerja atau menikah.

Hal itu juga dilakukan oleh Sayyidina Jabir yang meminta izin menikah kepada Rosululloh dalam hadist:

عن جابر قال: غزوت مع رسول الله ‏ ‏صلى الله عليه وسلم، ‏ ‏قال: فتلاحق ‏بي النبي ‏صلى الله عليه وسلم ‏وأنا على ‏ ‏ناضح ‏ ‏لنا قد أعيا فلا يكاد يسير، فقال لي: ما لبعيرك؟. قال قلت: عيي، قال: فتخلف رسول الله ‏ ‏صلى الله عليه وسلم ‏فزجره ودعا له، فما زال بين يدي الإبل قدامها يسير فقال لي: كيف ترى بعيرك؟، قال قلت: بخير قد أصابته بركتك، قال: أفتبيعنيه؟، قال: فاستحييت، ولم يكن لنا ‏ناضح ‏غيره، قال: فقلت نعم، قال: فبعنيه، فبعته إياه على أن لي ‏فقار ظهره حتى أبلغ ‏المدينة. قال: فقلت يا رسول الله إني عروس فاستأذنته فأذن لي، فتقدمت الناس إلى ‏المدينة، ‏حتى أتيت ‏ ‏المدينة ‏ ‏فلقيني ‏خالي ‏فسألني عن البعير فأخبرته بما صنعت فيه فلامني. قال: وقد كان رسول الله ‏صلى الله عليه وسلم ‏ ‏قال لي حين استأذنته: هل تزوجت بكرا أم ثيبا؟، فقلت: تزوجت ثيبا، فقال: هلا تزوجت بكرا تلاعبها وتلاعبك. قلت: يا رسول الله توفي والدي أو استشهد، ولي أخوات صغار، فكرهت أن أتزوج مثلهن فلا تؤدبهن، ولا تقوم عليهن، فتزوجت ثيبا لتقوم عليهن وتؤدبهن …” البخاري.

Satu Dinar sama dengan empat gram emas. Modal perdagangan yang dibawa oleh pedagang itu adalah 700 × 4 gram = 2.800 gram, atau 2 kilo delapan ons emas.

Bila satu gram sekarang Rp 800.000, maka harta yang dibawa untuk modal perdagangan tersebut sekitar Rp. 2.240.000.000 (Dua miliar dua ratus empat puluh juta).

Itulah salah satu bentuk ekspor dari Baghdad Irak ke Syam (Halb, Syiria). Hal itu menunjukkan bahwa islam itu membawa kemuliaan.

ولله العزة ولرسوله وللمؤمنين ولكن المنافقين لا يعلمون

Ayat itu sering didawuhkan oleh Syaikhona Maimoen Zubair.

Kembali ke pedagang tersebut, kemudian Syaikh Hammad berkata: “Kalau kamu berangkat tahun ini (521 H), maka engkau akan terbunuh dan hartamu dirampas”.

Pedagang itupun kemudian pulang dalam keadaan susah. Di tengah jalan, ia bertemu dengan Syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani yang waktu itu pada tahun 521 H masih muda, yaitu berumur kurang lebih 50an tahun, karena Syaikh Abdul Qodir lahir tahun 471 H. 521-471=50.

وهو شاب يومئذ

Subhanallah…. Usia 50 masih disebut muda. Entah karena apa. Apakah karena masih ada gurunya yaitu Syaikh Hammad yang tentu tentu sepuh dari Syaikh Abdul Qodir. Saya kurang tahu. Yang jelas Syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani wafat usai 91 tahun.

Pedagang itu kemudian menceritakan kepada Syaikh Abdul Qodir tentang dawuh Syaikh Hammad.

Syaikh Abdul Qodir berkata: “Pergilah…!. Berangkat dengan selamat, Pulang membawa keberuntungan, dan aku yang menanggung”.

Pedagang itu akhirnya pergi ke Syam untuk berdagang. Kemudian benar-benar mendapatkan untung. 

Hal itu karena saat berangkat membawa modal 700 Dinar, saat pulang membawa keuntungan 300 Dinar. Sehingga modal dan untung berjumlah 1.000 Dinar.

4 × 300 = 1.200 gram. Kalau 1 gram itu 800.000, maka keuntungan perdagangan itu 800.000 × 1.200 = Rp. 960.000.000 (sembilan ratus enam puluh juta).

Suatu ketika saat ia berada di Kota Aleppo Suriah, ia pergi ke tempat air untuk buang hajat. Kemudian ia meletakkan uang 1.000 dinar itu di rak pada tempat air tersebut. Setelah selesai buang hajat, ia keluar dan lupa untuk mengambil kembali uang itu.

Ia kemudian pulang menuju tempat penginapan. Setelah sampai di penginapan, ia merasa ngantuk berat sehingga tertidur.

Dalam tidurnya, ia bermimpi seolah-olah ia bersama kafilah dagang. Kafilah itu dihadang oleh perampok yang merampas harta dan membunuh rombongan kafilah itu. Salah seorang perampok mendatanginya, kemudian perampok itu memukulnya dengan senjata tajam sehingga ia pun terbunuh dalam mimpi tersebut.

Ia pun lantas terbangun dan kaget. Ia merasakan sakit di lehernya dan di lehernya terdapat bekas darah. Ia lantas teringat dengan uangnya yang tertinggal. Dengan segara ia kembali ke rak tadi, dan uang itu pun masih ada di rak tersebut.

Kemudian ia pulang ke Baghdad. Setelah sampai di Baghdad, ia bergumam dalam hatinya: “Bila aku sowan terlebih dulu ke Syaikh Hammad, maka hal itu sangat pantas, karena Syaikh Hammad lebih sepuh. Bila aku sowan dulu ke Syaikh Abdul Qodir juga pantas, karena dawuh beliau yang benar terjadi”.

Dari sini kita mendapatkan pelajaran bahwa setelah pekerjaan atau hajat kita berhasil, hendaknya juga sowan kembali kepada orang sholih yang dulu dimintai do’a.

Tidak seperti sebagian orang: “Yen susah sowan, nek wis dadi lali”.

Hal ini juga dilakukan oleh para santri Al-Anwar. Sebelum menikah sowan meminta doa restu kepada Syaikhona Maimoen. Setelah menikah, santri tersebut sowan lagi ke beliau bersama istri.

Di tengah-tengah kebingungan itu, Abul Mudloffar sang pedagang bertemu dengan Syaikh Hammad di Pasar Kerajaan. 

Dari situ kita juga mendapatkan pelajaran bahwa seorang kyai tidaklah turun derajatnya karena belanja atau berdagang di pasar. Dulu Syaikhona Maimoen Zubair juga sebagai kepala pasar hewan di Kragan Rembang dan pernah juga menjadi kepala pelelangan ikan TPI di Sarang Rembang. 

Syaikh Hammad berkata: “Kamu sowanlah dulu ke Abdul Qodir, ia adalah wali dicintai. Ia berdoa untukmu tujuh belas kali, sehingga takdir terbunuhmu yang semula terjadi di alam nyata dirubah hanya terjadi di alam mimpi. Dan kefakiran karena perampokan berubah karena lupa”.

Dari sini kita mendapatkan hikmah bahwa para wali kadang tahu bahwa takdir seseorang bisa berubah karena doa wali lain. Dan juga pelajaran bahwa seorang guru juga mengakui keistimewaan yang dimiliki oleh murid. Hal itu karena Syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani mengaji ilmu Thoriqoh kepada Syaikh Hammad.

Pedagang itu kemudian sowan ke Syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani. Setelah bertemu, Syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani kemudian berkata terlebih dahulu: “Syaikh Hammad berkata kepadamu bahwa saya berdoa untukmu 17 kali. Demi ALLOH sesembahanku, sesungguhnya saya berdoa untukmu 17 kali dan 17 kali, sampai 70 kali saya berdoa untukmu, sehingga terjadilah apa yang diceritakan oleh Syaikh Hammad”.

Dari kisah itu, kita mendapatkan pelajaran bahwa doa Syaikh Abdul Qodir yang terdeteksi oleh Syaikh Hammad hanya 17 kali. Sedangkan doa yang sebenarnya dipanjatkan adalah 70 kali. Berarti ada doa sirr atau fi dlohril Ghoib yang dilakukan oleh Syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani.

Dari situ kita juga mendapatkan pelajaran bahwa agar doa itu dipanjatkan berkali-kali, bahkan sampai 70 kali, agar do’a terkabul. Padahal doa yang dipanjatkan untuk kepentingan orang lain, bukan kepentingan pribadi.

إن تستغفر لهم سبعين مرة لن يغفر الله لهم

Walaupun engkau (wahai Rasulullah) memintakan ampun untuk mereka tujuh puluh kali, maka ALLOH tidak pernah akan mengampuni mereka.

Mengapa demikian?

Karena orang yang dimintakan ampunan bukan orang yang beriman. Orang yang didoakan bukan orang yang mukmin.

Dari ayat ini kita mengambil hikmah bahwa dengan berdoa sampai tujuh puluh kali, maka ALLOH akan mengabulkan doa kita orang yang beriman.

Dalam Thoriqoh Ahli Hadist dalam kitab Maslakut Tanassuk karya Syaikh Maimoen Zubair juga bahwa setelah sholat dua rakaat, kemudian membaca istighfar tujuh puluh kali.

Begitu juga disebutkan dalam Asas Thoriqoh Idrisiyyah yang disebut dalam Takmilah Maslakut Tanassuk, salah satu amalan siang hari Asas Thoriqoh Idrisiyyah adalah membaca istighfar Kabir tujuh puluh kali.

Begitu juga dengan Dzikir Asas Thoriqoh Idrisiyyah malam hari, salah satunya adalah membaca wirid berikut tujuh puluh kali:

لا إله إلا الله 

tujuh puluh kali.

Dan 

لا إله إلا الله محمد رسول في كل لمحة ونفس عدد ما وسعه علم الله

tujuh puluh kali.

Dulu saya sering diperintah oleh Syaikhona Maimoen Zubair untuk mendoakan calon, mulai calon bupati, calon gubernur, calon dpr sampai calon presiden.

Beliau memerintahkan untuk mendoakan calon itu selama empat puluh hari, biasanya sudah ada tanda terkabulnya doa, seperti berupa mimpi. Bila belum ada tanda, maka beliau memerintahkan untuk meneruskan dalam berdoa selama tujuh puluh hari, atau tiga bulan berturut-turut tiap malam. Untuk calon presiden periode ini, beliau memerintahkan untuk mendoakan sampai enam bulan berturut-turut.

Dari kisah di atas, kita juga mendapatkan pelajaran bahwa doa itu bisa merubah takdir, baik dirubah menjadi mimpi. Walaupun takdir itu tetap berjalan, dengan bukti adanya rasa sakit di leher dan bekas darah. Akan tetapi takdir itu bisa dirubah dengan doa sehingga kepastian perampok dan pembunuhan di alam nyata berubah hanya berada di alam mimpi.

Dari situ juga kita dapatkan pelajaran bahwa orang yang berani menabrak suatu prediksi atau hitungan, hendaknya berdoa atau meminta doa kepada sholih.

Ditulis di Majlis Ta’lim Sabilun Najah

Kramatsari III Pekalongan.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *