Sultan-sultan Palembang Darussalam selain menjadi umaro juga dikenal sebagai ulama. Bahkan di dalam beberapa manuskrip Palembang disebutkan para sultan di jaman Kesultanan Palembang Darussalam adalah pemimpin yang shaleh, alim dan termasuk dalam jajaran para waliyullah.
Sultan Muhammad Bahauddin (1776-1803) bin Sultan Ahmad Najamuddin misalnya, tercatat dalam sejarah Palembang selain sebagai raja yang kharismatik, adil dan bijaksana juga dikenal sangat taat, alim, dermawan dan mendalami ilmu agama terutama tasawuf, seorang sufi yang mengamalkan Tarekat Sammaniyah.
Bahkan Sultan Palembang ini turut membantu wakaf pembangunan Zawiyah Tarekat Sammaniyah di Jeddah dalam tahun 1777 dengan mentransfer dana sebesar 500 Riyal waktu itu.
Selanjutnya dalam tahun 1780 Sultan Muhammad Bahauddin membangun pula keraton baru Palembang yang dikenal dengan Benteng Kuto Besak (BKB). Pada masa pemerintahannya ini Kesultanan Palembang Darussalam menjadi negeri yang aman, makmur dan sentosa.
Di samping itu, baginda juga memahami bidang ilmu pengobatan (tabib). Salahsatu naskah Melayu Palembang menerangkan tentang pengobatan tradisional ala Keraton Palembang yang diajarkan oleh Sultan Muhammad Bahauddin kepada Syekh Muhammad Akib bin Hasanuddin al-Palembani (w.1849) tentang racikan (resep) obat sakit lutut, sakit tulang atau salah urat. Dalam manuskrip Melayu pengobatan Palembang disebutkan:
“فصل سباكي لاكي سواة رجيكن ترلالو بائيك كفد لاكي2 اتو فرمفون سام ادا
ساكيت ددالم تولغ اتو لوتت اتو عورة هندقله مندي تيك….
درفد مندي ايت ممينم دي انيله رجيكنث فرتام كونيغ تلور دان مادو
دان تمولاواق دان فاجر يغ امفت فركار اين برسمأن تاكرث يائيت
سباثق كونيغ تلور ايتوله دكرجاموزنث دان جينتن هيتم دان لاد هيتم
دان كموكوس يعني ساهغ بونتوة سمو ايت برسمأن يائيت قدر سجمفوة
تمت اين اجاران سلطان محمد بهاؤالدين كفد شيخنا محمد عاقيب”
“Fasal, sebagai lagi suatu racikan terlalu baik kepada laki-laki atau perempuan, sama ada sakit di dalam tulang atau lutut atau urat. Hendaklah mandi tiga…. daripada mandi itu meminum dia, inilah racikannya: Pertama kuning telur, dan madu, dan temulawak, dan pacar. Yang empat perkara ini bersamaan takarnya yaitu sebanyak kuning telur itulah dikerja mauzunnya, dan jinten hitam, dan lada hitam, dan kemukus yakni sahang buntut, semua itu bersamaan yaitu kadar sejemput. Tamat, ini ajaran Sultan Muhammad Bahauddin kepada Syeikhuna Muhammad Akib.”
Wallahu a’lam
Palembang, 12 Juli 2020
No responses yet