Syekh Junaid mengenakan marga Al-Betawi saat menetap di Makkah
Mungkin belum banyak yang tahu bahwa sejak abad ke 18 ada banyak sekali orang Indonesia menjalankan ibadah haji ke Makkah. Masyarakat Betawi termasuk salah satu kelompok dengan jumlah jamaah haji terbajak di kala itu. Tentu saja pergi ke tanah suci bukanlah hal mudah untuk nenek moyang kita. Itulah mengapa kemudian banyak sekali dari mereka yang memutuskan untuk menetap di Makkah dan tak kembali ke Indonesia.
Untuk masyarakat yang bermukim di Makkah, sudah menjadi kebiasaan menjadikan nama daerah asalnya sebagai marga atau nama keluarga. Misalnya saja untuk masyarakat Betawi yang tinggal di sana akan secara seragam menggunakan marga Al-Betawi. Itulah mengapa kemudian ulama kenamaan Syekh Junaid dikenal dengan sebutan Syekh Junaid Al-Betawi di berbagai majelis dalam negeri maupun luar negeri.
Syekh Junaid Al-Betawi adalah orang Indonesia pertama yang menjadi imam Masjidil Haram
Pada awal abad ke 19, Syekh Junaid Al-Betawi disebut-sebut menjadi poros silsilah ulama Betawi. Pria kelahiran daerah Pekojan, Jakarta ini merupakan satu-satunya tokoh agama kenamaan dari Betawi yang memiliki pengaruh sangat besar di dunia islam kala itu. Nama Syekh Junaid jadi tersohor semenjak beliau menjadi imam Masjidil Haram. Selain sebagai imam, beliau juga ternyata menjadi pengajar di sana.
Hebatnya lagi murid-murid Syekh Junaid Al-Betawi tidak hanya berasal dari orang-orang Indonesia yang menetap di sana, tetapi juga jamaah dari negara lain. Ulama ini dikenal sebagai guru dari para guru yang namanya sungguh tersohor di lingkungan islam sunni serta mazhab Syafi’i di sepanjang abad ke 18 serta 19.
Murid-murid Syekh Junaid juga berhasil menjadi tokoh agama terkemuka
Saat mengajar di Masjidil Haram, ternyata Syekh Junaid memiliki murid yang merupakan bibit-bibit unggul penyebar agama islam. Sebut saja Syekh Nawawi al-Bantani al-Jawi yang dikenal sebagai pengarang Tafsir Al-Munir serta puluhan kitabnya diajarkan di pesantren dalam dan luar negeri. Bahkan sampai sekarang setiap ada haul Syekh Nawawi, para jamaah juga tak lupa membacakan Al-Fatihah untuk Syekh Junaid.
Murid Syekh Ada juga Syekh Ahmad Khatib bin Abdul Latif al-Minangkabawi yang juga sebaga khatib, imam, serta guru besar Masjidil Haram. Syekh Ahmad Khatib juga dikenal sebagai Mufti Mazhab Syafi’i di abad ke 19 dan 20, sekaligus pengarang kitab-kitab terkenal. Syekh Junaid juga memiliki beberapa murid berdarah Betawi yang menjadi pemuka agama fenomenal seperti Syekh Mujitaba yang kemudian menjadi menantunya, ada pula Guru Mirshod yang tak lain merupakan ayah dari Guru Marzuki Cipinang Muara.
Seluruh anggota keluarga Syeikh Junaid dihormati sampai saat ini
Ulama kenamaan dari Betawi ini dikaruniai empat orang anak, di antaranya dua perempuan dan dua laki-laki. Salah satu puterinya kemudian dinikahkan dengan Abdurrahman Al-Mishri dan puteri yang lainnya menikah dengan Imam Mujtaba yang berasal dari daerah Bukit Duri, Jakarta. Pernikahan puteri sang ulama dengan Imam Mujtaba kemudian dikaruniai seorang anak yang merupakan ulama besar Betawi, guru dari para pendiri perguruan islam ternama.
Konon Syeikh Junaid juga begitu dihormati di Tanah Hijaz. Itulah mengapa hingga saat ini keturunan sang pemuka agama Betawi ini begitu dikenal. Bahkan di antaranya ada yang menjadi pedagang di toko-toko Makkah, ada pula yang berprofesi sebagai pengusaha hotel. Menurut cerita, para pedagang Makkah yang sering menyebutkan nama ‘Siti Rohmah’ untuk menyapa para perempuan haji terinspirasi dari istri Syekh Junaid yang bernama Siti Rohmah.
Sangat membanggakan memang saat mengetahui bahwa ternyata ada ulama asli Indonesia yang melebarkan sayap sampai ke tanah suci. Syekh Junaid Al-Betawi merupakan ulama Betawi pertama dari Indonesia yang menjadi imam di Masjidil Haram serta guru bagi para ulama terkemuka di seluruh dunia.
Sumber : LDNU Jaksel
No responses yet