Selain Sammaniyah, salahsatu tarekat muktabarah yang mendapat tempat dan populer pula di Palembang sejak masa Kesultanan Palembang hingga sekarang adalah Tarekat Naqsyabandiyah. Sebagaimana dimaklumi, sendi agama Islam itu tersusun dari 4 pilar, yaitu: Syari’at, Tarekat, Hakekat, dan Makrifat. Tarekat merupakan aplikasi dari inti ajaran dan pengamalan tasawuf, sedang orangnya disebut dengan sufi. Kata tarekat berasal dari bahasa Arab Thariqah, yang secara harpiah berarti “jalan”. Sedang difinisi menurut istilah antara lain, Tarekat adalah jalan yang ditempuh oleh hati dengan maksud untuk menuju akhir perjalanan, yaitu menuju Allah Ta’ala.
Tarekat Naqsyabandiyah diasaskan kepada Syekh Muhammad Bahauddin an-Naqsyabandi (1318-1389), seorang waliyullah asal Bukhara (Rusia). Dalam perkembangannya Tarekat Naqsyabandiyah ini memiliki cabang-cabangnya, seperti: Naqsyabandiyah Ahrariyah, Muzhariyah, Khalidiyah, Mujaddadiyah, ‘Izziyah, dan sebagainya, yang juga terdapat di Palembang.
Di Kesultanan Palembang Darussalam posisi Tarekat Naqsyabandiyah sangat berperan. Para sultan Palembang, seperti Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo (1724-1757) dan lainnya mengamalkan Tarekat Naqsyabandiyah. Di Palembang, Tarekat Naqsyabandiyah masuk dan berkembang sangat suburnya, terutama di era abad ke-20. Terdapat paling tidak beberapa tokoh ulama Naqsyabandiyah antara lain: Ki.Merogan (w.1901), Syekh Muhammad Izzi Nuqthojamim (w.1969), Prof.KH. Zainal Abidin Fikri al-Mujaddadi (w.1990), Syekh A.Jabbar Malik, Syekh Matcik Akhir al-Khalidi (w.2000), dll.
Dalam tahun 1962, salah seorang guru mursyid asal Betawi, Syekh Muhammad Izzi bin Ahmad (w.1969), mensyiarkan Tarekat Naqsyabandiyah pula di Palembang. Banyak sekali yang mengambil talkin-bai’at kepada Syekh Muhammad Izzi. Ratusan jemaah yang terdiri pula dari alim ulama Palembang mengambil ijazah tarekat zikir ini.
Tarekat Naqsyabandiyah al-‘Izziyah ini dikenal pula dengan nama singkatan NUQTHOJAMIM, merupakan gabungan dari ajaran 5 tarekat, yaitu: Naqsyabandiyah, Qadiriyah, Anfasiyah, Junaidiyah, dan Muwaffaqoh/Sammaniyah.
Syekh Muhammad Izzi mengambil ijazah Tarekat Naqsyabandiyah Nuqthojamim ini kepada guru mursyidnya yakni Syekh al-Habib Hamzah as-Suthuh (w.1941) yang bermukim di Surabaya.
Selain zikir qalbi/sir wirid zikir harian yang dibaca sebanyak 4000x setiap harinya, didawamkan pula membaca wirid zikir Jum’atan beberapa ratib, seperti: Ratib Samman, Ratib Haddad, Ratib Qadiriyah, Ratib Barokah, Ratib Istighfar, Ratib Adani, Ratib Taqwa, Ratib Shalawat, Ratib Futuh al-‘Arifin, dan Ratib Empat Belas.
Syekh Muhammad Izzi mengangkat muridnya, Syekh H. Hasanuddin bin Abdul Roni (w.1986) sebagai Syekh Badal (wakil syekh) untuk wilayah Palembang. Selain itu, diangkat pula sebagai ketua-ketua cabang tarekat zikir bagi beberapa para pemuka alim ulama di setiap posko kampung. Ayahku dan saudara-saudaranya semua pada tahun 1962 mengambil pula ijazah Tarekat Naqsyabandiyah ini, seperti: Ki.Kms.H. Ismail Umary bin Ki.Kms.H. Umar (ketua posko Kampung 19 ilir, wafat 1971), Syekh Kms.H. Ibrahim Umary (ayahku), Kms.H. Salim Umary, Kms.H.M. Siddiq Umary dan lainnya.
Hingga saat ini, Tarekat Naqsyabandiyah Nuqthojamim masih eksis di Palembang.
Silsilah Tarekat Naqsyabandiyah al-‘Izziyah Nuqthojamim di Palembang:
1. Allah Swt
2. Jibril as
3. Nabi Muhammad Saw (w.632)
4. Sayidina Abubakar Siddiq (w.634)
5. Salman al-Farisi (w.657)
6. Qasim bin Muhammad bin Abubakar Siddiq (w.727)
7. Jakfar Shodiq (w.765)
8. Musa al-Kazhim (w.799)
9. Ali Ridho (w.813)
10. Makruf al-Karkhi (w.815)
11. Abi Yazid al-Bustami (w.874)
12. Muhammad al-Maghribi (w.911)
13. Abu Yazid al-‘Isyqi
14. Abul Muzaffar at-Thusi
15. Abu Hasan Ali al-Kharqani (w.1034)
16. Abu Ali al-Fadhal bin Muhammad at-Thusi (w.1084)
17. Abu Yusuf al-Hamdani bin Ayub al-Husaini (w.1140)
18. Abdul Khaliq al-Ghajduwani (w.1220)
19. Arif ar-Riyukuri (w.1259)
20. Mahmud al-Anjiri Faghrawi (w.1272)
21. Ali ar-Ramitni al-Azizan (w.1321)
22. Muhammad Baba as-Samasi (w.1354)
23. Sayid Amir Kulal (w.1371)
24. Muhammad Bahauddin an-Naqsyabandi (w.1389)
25. Muhammad Alauddin al-Khawarizmi (w.1400)
26. Ya’cub al-Jarakhi an-Naqsyabandi (w.1434)
27. Mashiruddin Ubaidullah as-Samarqandi al-Ahrari (w.1490)
28. Muhammad Zahid al-Ahrari (w.1524)
29. Darwisy Muhammad as-Samarqandi al-Ahrari (w.1562)
30. Muhammad al-Khawajaki as-Samarqandi (w.1599)
31. Muhammad al-Baqibillah al-Ahrari (w.1603)
32. Ahmad al-Faruqi as-Sirhindi al-Mujaddadi (w.1625)
33. Muhammad Maksum al-Mujaddadi (w.1668)
34. Muhammad Saifuddin al-Mujaddadi (w.1684)
35. Nur Muhammad al-Badawani (w.1723)
36. Syamsuddin Habibullah Jan Janani (w.1781)
37. Abdullah Dahlawi al-Alawi (w.1824)
38. Abu Said Ahmadi (w.1835)
39. Sayidi Mala Musa.
40. Maulana Khalid an-Naqsyabandi (w.1924)
41. Habib Hamzah as-Suthuh (w.1941)
42. Syekh Muhammad Izzi bin Ahmad (w.1969)
43a. Syekh H. Hasanuddin (w.1986)
43b. Ki.Kms.H. Ismail Umary (w.1971)
43c. Syekh Kms.H. Ibrahim Umary (w.2004).
Wallahu a’lam… Palembang, 23-5-2020
No responses yet