Asal mau tawakal pada Gusti Allah, kita gak akan gelisah urusan rejeki.
Seperti firman Gusti Allah
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“Dan siapa saja yang bertawakal kepada Gusti Allah, niscaya Dia akan menjadikan rasa kecukupan dalam batinnya. Urusan datangnya rizki, Gusti Allah pasti melaksanakan urusan sesuai yang dikehendaki-Nya. Karena Gusti Allah benar2 telah menentukan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Ath Tholaq 3)
Jadi misal kita udah berusaha dan beramal, gak usah ngotot kudu dapet sesuai keinginan. Jangan cemaskan bakal dapat apa, dawuh Sayyidina Ibnu Abbas RA saat menafsiri ayat ini. Sehingga kita merasa tenang dan merasa cukup atau bermental kaya.
Bahkan oleh Imam Qusyairi, saat sudah membulatkan tekad untuk bertawakal, jangan pernah muncul keraguan. Yakin pasti Gusti Allah memberi kita ketenangan dalam hidup.
Caranya, dawuh Imam Ibnu Arobi, jangan merasa faqir di hadapan selain Gusti Allah. Merasa faqir dan merendah hanya pada Gusti Allah.
Kita merasa faqir karena sebenarnya tiap sesuatu itu sudah ada ketentuannya sesuai qodho’ qodar Gusti Allah. Sekeras apapun usaha kita, gak bisa jadi alasan untuk memajukannya atau memundurkannya. Semua usaha lahir batin, tidak akan bisa menambah atau mengurangi jatah rejeki kita. Artinya, kita gak bisa ngatur rejeki kita sendiri.
Kalo sadar hal itu, kita bisa tenang. Karena ternyata hidup kita sudah diurus oleh Gusti Allah, bukan oleh manusia yg banyak luputnya. Tandanya ada ketenangan, dawuh Imam Qusyairi, kita gak sambat/ngeluh dan gembira dengan hidup kita, perspektif hidupnya gak bergantung pada makhluk. Dan ini adalah paling nikmatnya kenikmatan.
Jadi yg namanya tawakal itu amal batin yg bikin hidup tenang gara2 punya mental kaya, gak bergantung makhluk. Mau banyak duit atau lagi miskin duit, semua serba senang dan hati merasa cukup dengan yg halal. Semua keruwetan mikir dapet apa, diserahkan pada Gusti Allah sehingga gak stress.