Salah satu rencana buku yang akan saya tulis adalah “the Qur’an and Liberalism.” Sedikit sekali karya akademis yang secara khusus mengkaji tema ini.
Umumnya, kaum Muslim menolak kata liberal terhadap Islam. Bahkan dicap haram, bid’ah, atau subhat, salah satunya karena liberal itu istilah Inggris, bukan istilah bahasa Arab. Liberalisme juga dipahami lahir dari imperialisme dan kapitalisme Barat. Mainstream orang Barat juga tidak menerima ada unsur liberal dalam ajaran Islam yang dianggap agama penyerahan diri dan komunalisme semata. Ada perbedaan dan pertentangan dan ada banyak faktor mengapa Islam dan liberalisme dipahami bertentangan oleh banyak orang.
Di sisi lain, dan perspektif lain, Al-Quran memiliki banyak tafsir dari dulu hingga sekarang, dan liberalisme juga punya banyak makna dan perwujudan. Masing-masing tidaklah tunggal. Jika Al-Quran dikaji secara luas, dan liberalisme juga dikaji secara luas, ada banyak titik temu khususnya dari segi nilai atau substansi, seperti shura dan demokrasi, keadilan, kemuliaan manusia, kebebasan, hak asasi manusia, hak beragama dan tidak beragama, keragaman ras dan bangsa, kesetaraan jender, hak-hak perempuan, hak-hak kaum lemah dan tertindas, tiadanya ayat tentang bentuk formal agama dan politik, perlindungan alam dan lingkungan, dan tanggung jawab individual. Apa yang dikembangkan sebagai maqasid al-syariah seperti hifz al-din, al-nafs, al-aql, al-mal, al-nasl, dan al-bi’ah, juga mengandung nilai-nilai makna dan wujud liberalisme.
No responses yet