“Taudhîh Tîjân”: Syarah Berbahasa Sunda Pegon atas “Risâlah al-Syaikh al-Bâjûrî fî al-Tauhîd” Karya KH. Choer Affandi Manonjaya (1402 H/1980 M)
Berikut ini adalah kitab berjudul “Taudhîh Tîjân” karya KH. Choer Affandi (1923-1994), seorang ulama besar Tatar Sunda dari Pesantren Miftahul Huda Manonjaya, Tasikmalaya (Jawa Barat). Kitab ini merupakan syarah (penjelasan) berbahasa Sunda aksara Arab (Sunda Pegon) atas teks (matan) “Risâlah al-Syaikh al-Bâjûrî fî al-Tauhîd”.
“Risâlah al-Syaikh al-Bâjûrî fî al-Tauhîd” sendiri merupakan teks berbahasa Arab berisi kajian ilmu teologi Islam (akidah) karangan seorang ulama agung dunia Islam yang pernah menjabat sebagai Grand Syaikh Al-Azhar, yaitu Syaikh Ibrâhîm al-Bâjûrî (w. 1860).
Syaikh Ibrâhîm al-Bâjûrî tercatat memiliki sejumlah murid yang berasal dari Nusantara, di antaranya adalah Syaikh Ahmad Khatib Sambas (w. 1876), Syaikh Nawawi Banten (w. 1897), Syaikh Shohih Bunikasih Cianjur (w. 1886), Syaikh Khalil Bangkalan Madura (w. 1925) dan lain-lain. Bahkan, konon penyebab Syaikh Ibrâhîm al-Bâjûrî menulis teks “Risâlah al-Bâjûrî fî al-Tauhîd” adalah karena diminta oleh salah satu muridnya yang berasal dari Nusantara.
Dalam kitab berjudul “Fâidah al-Muhtâj” karya Muhammad Dahyatullâh yang berisi biografi KH. Syathibi Gentur (w. 1947), seorang mahaguru ulama Tatar Sunda di paruh pertama abad ke-20 M, disebutkan jika KH. Syathibi Gentur adalah murid dari Syaikh Shohih Bunikasih. Disebutkan pula di sana jika Syaikh Shohih Bunikasih adalah sosok yang memotivasi Syaikh Ibrâhîm al-Bâjûrî untuk menulis teks “Risâlah al-Syaikh al-Bâjûrî fî al-Tauhîd” yang disebutnya dengan “thalaba minnî ba’dh al-ikhwân” (telah meminta kepadaku sebahagian dari kolegaku untuk menulis teks ini) (Dahyatullâh, tt: 19).
Seorang murid dari Syaikh Ibrâhîm al-Bâjûrî yang lain, yaitu Syaikh Nawawi Banten, menulis sebuah karya berbahasa Arab yang menjelaskan (syarah) kandungan teks “Risâlah al-Bâjûrî fî al-Tauhîd”. Karya Syaikh Nawawi Banten tersebut berjudul “Tîjân al-Darârî fî Syarh Risâlah al-Bâjûrî” yang diselesaikan penulisannya di Makkah pada 7 Rabi’ul Awwal 1297 Hijri (bertepatan dengan 18 Februari 1880 Masehi).
Hingga saat ini, teks “Risâlah al-Bâjûrî fî al-Tauhîd” beserta penjelasaannya yang ditulis oleh Syaikh Nawawi Banten (Tîjân al-Darârî) masih digunakan sebagai bahan ajar, kajian dan rujukan dalam bidang ilmu teologi Islam di pelbagai institusi pendidikan Islam tradisional di seluruh penjuru dunia Islam, termasuk halnya di Nusantara.
* * * * *
KH. Choer Affandi, ulama besar Nusantara dari Tatar Sunda yang hidup di abad ke-20 M, juga mengajarkan teks kitab “Risâlah al-Bâjûrî fî al-Tauhîd” ini kepada murid-murid dan jemaahnya di Pesantren Miftahul Huda yang didirikannya di Manonjaya, Tasikmalaya. KH. Choer Affandi juga menulis sebuah penjelasan berbahasa Sunda Pegon atas karya tersebut, yang diberi judul “Taudhîh Tîjân”.
Dalam muqaddimahnya, KH. Choer Affandi menulis:
إي رسالة دي نميئان توضيح تيجان هرتوسنا “فرتيلائن تيجان كلاوان بهسا سوندا” أنو آسينا نراڠكن علم عقائد. إي توضيح تيجان كاويتنا تنا كلية جسم كوريڠ دي فيونن فرا سنتري كمفولن تي فراڠ فراڠ فسنترين دينا وقتوس فسران (فنديديكان كيلات). فرا مريد ڽتتكن آسي ايت كلية جاغيليك ڠاجدي توضيح تيجان
(Ieu risalah dinamian “Taudhîh Tîjân”, hartosna “Pertela’an Tîjân kalawan Bahasa Sunda”. Anu eusina negrangkeun elmu ako’id. Ieu “Taudhîh Tîjân” kawitna tina kuliah jisim kuring di payuneun para santri kumpulan ti pirang-pirang pasantren dina waktos pasaran/ pendidikan kilat. Para murid nyatetkeun eusi eta kuliah jagalek ngajadi “Taudhîh Tîjân” [Risalah ini dinamakan “Taudhîh Tîjân”, artinya “Penjelasan Tîjân dengan Bahasa Sunda”. Adapun isi dari risalah ini menerangkan ilmu akidah. Risalah ini pada mulanya berasal dari penjelasan saya di hadapan para santri gabungan dari pelbagai pesantren pada waktu mengaji pasaran/pendidikan kilat. Para murid menuliskan isi penjelasan tersebut lalu jadilah risalah “Tadhîh Tîjân” ini]).
KH. Choer Affandi lalu menjelaskan, bahwa sumber rujukan risalah yang dihimpunnya ini berasal dari berbagai macam kitab yang bermacam-macam. Beliau mengutipnya baik secara tekstual atau secara kontekstual. Beliau menulis:
إي توضيح تيجان آسينا كيڠيڠ ڠابنتونان تنا كتاب كتاب أنو سيجين. بوه سچرا نص أتوا مفهوم. مقصد سوفدوس لڠكوڠ منفعة كاعوام
(Ieu “Taudhîh Tîjân” eusina kenging ngabantunan tina kitab- kitab anu sejen. Boh sacara nash atawa mafhum. Maksad supados langkung mangpaat ka awam [“Taudhîh Tîjân” ini isinya dapat mengutip dari kitab-kitab yang lain. Baik secara tekstual atau pun secara mafhum kontekstual. Maksud darinya adalah agar lebih dapat bermanfaat untuk orang-orang awam]).
Dalam titimangsa, didapati keterangan jika karya ini diselesaikan penulisannya oleh KH. Choer Affandi di Manonjaya pada 10 Ramadhan tahun 1402 Hijri (bertepatan dengan 2 Juli 1980 Masehi).
Saya sendiri mendapatkan naskah kitab “Taudhîh Tîjân” ini dari KH. Ali Murtadho (Kang Dodo) Abul Kethof Markotoff, cucu menantu dari KH. Choer Affandi yang saat ini mengepalai Ma’had Aly Pesantren Miftahul Huda Manonjaya, saat saya dan rombongan dosen Pascasarjana UNUSIA Jakarta melakukan muhibah “Anjangsana Pesantren-Pesantren Tatar Sunda” awal tahun 2020 lalu. Naskah tersebut merupakan versi cetakan yng dikeluarkan oleh Pesantren Miftahul Huda Manonjaya, dengan jumlah keseluruhan halaman 91 halaman.
KH. Ali Murtadho sendiri adalah alumni dari Pesantren Lirboyo Kediri (Jawa Timur). Sementara Ma’had Aly Miftahul Huda Manonjaya yang diampunya memiliki program takhassus (spesialisasi) bidang kajian akidah dan falsafah Islam.
Wallahu A’lam Bogor, Ramadhan 1442 Hijri/Mei 2021 Masehi
No responses yet