“Sebaik apa pun rencana manusia,

rencana Tuhan pasti yang terbaik”

(Didi Junaedi)

Penulis yakin bahwa kita semua tentu pernah merasakan kekecewaan. Rencana yang gagal, masalah yang datang bertubi-tubi, musibah yang menimpa, hingga kenyataan yang tidak sesuai harapan. Semua itu adalah sumber kekecewaan.

Pertanyaannya, apa sikap yang biasanya kita ambil ketika menjumpai serangkain hal tersebut? Apakah meratapi nasib, mengutuk keadaan, menyesali kenyataan, bahkan mempertanyakan keadilan Tuhan? Ataukah kita menyikapinya penuh kedewasaan? Melihat ke dalam diri, mengambil hikmah dari peristiwa tersebut, kemudian bangkit untuk menyusun kembali semangat hidup dengan penuh optimisme disertai keyakinan bahwa rencana Tuhan adalah yang terbaik?

Jika opsi pertama yang kita ambil, maka bersiap-siaplah menderita sepanjang masa. Karena semua jalan terlihat buntu. Langit tampak gelap pekat. Masa depan suram tak tentu arah. Tetapi, jika opsi kedua yang kita pilih, maka bersiap-siaplah menyongsong fajar baru kehidupan yang lebih cerah dan bercahaya.

Yakin, rencana Tuhan pasti yang terbaik. Itulah kata kuncinya. Dengan keyakinan semacam itu, maka kita akan menyiapkan mental ketika rencana yang sudah kita susun secara matang, kemudian berakhir dengan kegagalan. Kita akan lapang dada ketika kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan harapan. Kita akan selalu berpikir positif tentang segala hal yang terjadi dalam hidup kita. Karena kita yakin, selalu ada pelajaran di balik setiap kejadian, selalu ada hikmah di balik setiap peristiwa. Selalu ada pesan tersembunyi yang ingin disampaikan Sang Ilahi kepada kita.

Meyakini bahwa rencana Tuhan adalah yang terbaik akan membuat kita tenang dan berbesar hati atas apa pun yang terjadi pada kita. Bukankah Tuhan mengatakan, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui” (Q.S. Al-Baqarah : 30). Simak pula penegasan Tuhan dalam salah satu firman-Nya, “Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah : 216)

Tuhan memberikan yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Jika setiap yang kita inginkan dapat kita miliki, bagaimana kita bisa belajar ikhlas. Jika setiap yang kita cita-citakan segera terwujud, bagaimana kita bisa belajar sabar. Jika setiap doa selalu dikabulkan, bagaimana kita bisa belajar ikhtiar.

Tuhan yang menciptakan kita, tentu yang paling tahu kebutuhan kita. Dia yang menghadirkan kita ke dunia ini, tentu sudah mempersiapkan apa saja yang kita perlukan untuk menjalani hidup ini. Tidak perlu mendikte Tuhan. Dia Mahatahu segala-galanya. Tidak perlu mempertanyakan keadilan Tuhan. Dia Mahaadil. Tidak perlu menyangsikan kekuasaan Tuhan. Dia Mahakuasa. Tidak perlu menggugat Tuhan. Dia Mahasempurna.

Bertanyalah pada diri sendiri. Kita ini tidak tahu apa-apa, tetapi seringkali sok tahu. Kita ini tidak pernah berlaku adil, tetapi merasa paling adil. Kita ini tidak punya kuasa apa-apa, tetapi sok berkuasa. Kita ini banyak kelemahan, tetapi seringkali merasa sempurna.

Yakinlah, rencana Tuhan pasti yang terbaik. Dia tidak pernah berbuat zalim kepada hamba-hamba-Nya. Kita inilah yang menzalimi diri sendiri. Semua yang terjadi pada kita adalah akibat ulah kita sendiri.

Yakinlah, rencana Tuhan pasti yang terbaik. Tuhan yang Mahahebat, tidak mungkin menjadikan makhluknya biasa-biasa saja. Ketika rencana kita gagal, cita-cita kita tak kunjung terwujud, impian-impian kita tak jua tercapai, yakinlah Dia tengah mempersiapkan yang terbaik untuk kita, yang lebih hebat dari rencana kita, yang lebih tinggi dari cita-cita dan mimpi-mimpi kita.

Yakinlah, rencana Tuhan pasti yang terbaik. Dia yang Mahamengetahui kadar kemampuan hamba-Nya. Jika kualitas diri kita masih seukuran gelas, tidak mungkin Tuhan memberikan rezeki atau ujian kepada kita sebesar ember. Karena pasti tidak akan dapat tertampung. Bukankah Tuhan tidak membebani hamba-Nya, kecuali sesuai dengan kemampuannya?

Rezeki yang berlimpah tetapi kualitas diri sangat rendah, justru akan menjadi sumber masalah. Alih-alih menjadi berkah, justru akan menghadirkan musibah.

Ujian yang berat tetapi pribadi tidak kuat, justru akan menjadikan seseorang berbuat nekad. Alih-alih iman meningkat, justru semakin menjauh dari akhirat.

Yakinlah rencana Tuhan pasti yang terbaik. Dialah sebaik-baik pembuat rencana.

* Ruang Inspirasi, Senin, 24 Agustus 2020.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *