Hari ini saya berkesempatan menjadi narasumber seminar nasional yang diadakan oleh Universitas Zainul Hasan Genggong. Tema yang diusung adalah tentang Penguatan Pendifikan Karakter di Era Disrupsi. Walau lewat online, keakraban tetap terasa. Ketika hati sudah terkait menyatu, jarak dan keterpisahan jasad bukan sebuah isu terpenting. Senyum dan tepuk tangan mengembang mengikuti rasa hati. Saya bahagia.

Beberapa poin saya sampaikan lengkap dengan referenai terkini. Era disrupsi adalah era penuh perubahan. Secara waspada ia dianggap sebagai era penuh gangguan dan kekacauan. Begitu Francis Fukuyama mendefinisikannya. Secara positif, era disrupsi dibaca sebagai era perubahan untuk maju pesat. Kecanggihan teknologi dan informasi menjadi sesuatu yang kita alami dan rasakan semua. Ada tawaran kemudahan hidup yang ditawarkan.

Namun, kalau kita teliti pola dan gaya hidup masyarakat juga banyak mengalami perubahan atau pergeseran. Pola hubungan dengan saudara dan sahabat bergeser dari perjumpaan fisik ke perjumpaan maya. Pengajian juga banyak yang disampaikan secara daring atau online. Mungkin saja ada perubahan ikatan rasa antara murid dan guru, santri dan kiai, anak dan orang tua. Nuansa lebaran berubah, tradisi mudik berubah dan banyak lagi yang berubah.

Haruskah kita ikuti semua perubahan? Bahwa hidup di dunia ini penuh perubahan adalah iya. Ini bagian dari sunnatullah, hukum alam. Tapi tak adakah yang harus tetap tak berubah? Para tokoh menyampaikan teori tentang ” al-tsabit wa al-mutaghayyir” yakni yang tetap dan yang berubah. Komitmen tauhid tak boleh berubah, komitmen etika tak boleh berubah. Bentuk pola hubungan boleh berubah, karakter sebagai prinsip harus dikuatkan penanaman dan pengembangannya.

Pendidikan karakter menjadi keharusan semua lembaga pendidikan. Pesantren menjadi lembaga yang paling representatif untuka hal yang satu ini. Menghadapi era disrupsi ini, karakter menjadi sangat penting dan utama. Francis Fukuyama menyebutnya dengan istilah modal sosial atau social capital.  Butuh diskusi panjang jntuk paham benar penjelasan tentang ini. Salam, A.I. Mawardi

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *