Selain soal Tarekat, kesamaan Umat Islam Ahlissunah di Minangkabau dengan NU adalah Amaliah ziarah kubur dan makam ulama.

Di sini, makam ulama khususnya para pendiri Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) dan ulama Tarekat sangat terawat dan diziarahi.

Seperti biasa, saat memasuki area makam kami awali dengan membaca Fatihah seperti dalam Fatwa Mujtahid Mutlaq:

ﻗﺎﻝ اﻟﻤﺮﻭﺫﻱ: ﺳﻤﻌﺖ ﺃﺣﻤﺪ ﻳﻘﻮﻝ: ﺇﺫا ﺩﺧﻠﺘﻢ اﻟﻤﻘﺎﺑﺮ ﻓﺎﻗﺮءﻭا ﺑﻔﺎﺗﺤﺔ اﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭاﻟﻤﻌﻮﺫﺗﻴﻦ، ﻭﻗﻞ ﻫﻮ اﻟﻠﻪ ﺃﺣﺪ، ﻭاﺟﻌﻠﻮا ﺛﻮاﺏ ﺫﻟﻚ ﺇﻟﻰ ﺃﻫﻞ اﻟﻤﻘﺎﺑﺮ؛ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﺼﻞ ﺇﻟﻴﻬﻢ، ﻭﻛﺎﻧﺖ ﻫﻜﺬا ﻋﺎﺩﺓ اﻷﻧﺼﺎﺭ ﻓﻲ اﻟﺘﺮﺩﺩ ﺇﻟﻰ ﻣﻮﺗﺎﻫﻢ؛ ﻳﻘﺮءﻭﻥ اﻟﻘﺮﺁﻥ.

Al-Marwadzi mendengar bahwa Ahmad bin Hambal berkata: “Jika kalian masuk ke pemakaman maka bacalah Fatihah, Al-Falaq, An-Nas dan Al-Ikhlas. Kemudian jadikan pahalanya untuk ahli kubur, pahala itu sampai pada mereka. Kebiasaan Sahabat Ansor adalah mendatangi orang-orang mati di antara mereka dan membaca Al-Qur’an -di kuburnya-” (Mathalib Uli Nuha, 1/936)

Itukan Mazhab Hambali, sementara kalian Mazhab Syafi’i? Kata Salafi. Baik, berikut kita sampaikan dari kitab Imam An-Nawawi yang sering dikaji oleh Salafi yaitu Riyadh Ash-sholihin (295)

ﻗﺎﻝ اﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺭﺣﻤﻪ اﻟﻠﻪ: ﻭﻳﺴﺘﺤﺐ ﺃﻥ ﻳﻘﺮﺃ ﻋﻨﺪﻩ ﺷﻲء ﻣﻦ اﻟﻘﺮﺁﻥ، ﻭﺇﻥ ﺧﺘﻤﻮا اﻟﻘﺮﺁﻥ ﻋﻨﺪﻩ ﻛﺎﻥ ﺣﺴﻨﺎ.

Asy-Syafi’i berkata: Dianjurkan membaca bagian dari Al-Qur’an di dekat kuburnya. Jika mengkhatamkan Al-Qur’an di dekatnya maka bagus.

Karena kitab ini dicetak oleh Salafi maka diberi catatan kaki yang menuduh ini bukan perkataan Asy-Syafi’i. Padahal penjelasan ini juga terdapat dalam kitab Al-Majmu’.

•] Dalam status saya in sya Allah akan memuat kesamaan dalil-dalil antara NU, Perti dan pengamal Tarekat di Padang. Jika Anda ingin tahu kesamaan sanad keilmuan antara kiai-kiai NU dan Buya-buya di Padang terdapat dalam status Buya Dr. Ahmad Ginanjar Sya’ban

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *