Beliau adalah ulama kharismatik Aceh Selatan yang lahir di Kruengkalee Pasie Raja, dan berkiprah secara luas di Teupin Gajah Aceh Selatan, sehingga masyarakat menyebut beliau dengan sebutan Abu Daud Teupin Gajah. Dalam diri Abu Daud Teupin Gajah mengalir darah pejuang, karena kakeknya Ismail bin Haji Yusuf syahid dalam perang Aceh. Semenjak kecil Abu Daud Teupin Gajah telah nampak bakat menjadi seorang ulama berpengaruh, ditandai dengan semangat dan kesungguhan beliau dalam menuntut ilmu pengetahuan, terutama ilmu agama.

Setelah menjadi seorang alim, Abu Daud Teupin Gajah membangun lembaga pendidikan yang dinamakan dengan Dayah Madinatuddiniyah Babussa’adah pada tahun 1984, yang cikal bakalnya dimulai dengan pembangunan TPA di tahun 1972, sepulangnya beliau dari pengembaraan ilmunya di Dayah Blang Bladeh Bireuen. Mengawali pendidikannya, Abu Daud Teupin Gajah yang lahir pada tahun 1936 belajar di SR atau Sekolah Rakyat yang beliau selesaikan pada tahun 1951. Walaupun sekolah SR tersebut jauh dari kampungnya, namun Abu Daud Teupin Gajah bersungguh-sungguh-sungguh untuk hadir ke sekolah, meskipun hujan, becek dan jarak yang jauh. Melihat kepada semangat beliau inilah yang kelak mengantarkan Abu Daud Teupin Gajah menjadi seorang ulama yang memiliki tekad baja dan pantang menyerah.

Abu Daud Teupin Gajah merupakan salah satu murid dari Ulama besar Aceh yaitu Abuya Syech Jailani Musa Kota Fajar. Beliau dan Abu Muhammad Yunus Thaiby dan beberapa ulama lainnya adalah murid generasi pertama dari Abuya Jailani Kota Fajar. Abuya Jailani ialah ulama lulusan Dayah Bustanul Huda Abu Syech Mud Blangpidie dan termasuk murid generasi awal dari didikan Syekh Muda Waly, satu Angkatan dengan Abu Adnan Bakongan, Abu Qamaruddin Teunom dan para ulama lainnya. Disebut pula bahwa Abuya Jailani Kota Fajar sempat belajar kepada ulama yang berasal dari Siem Aceh Besar Abu Muhammad Ali Lampisang, pendiri Madrasah Khairiyah di Labuhan Haji kurun 1921 sampai 1930.

Abu Daud Teupin Gajah mulai belajar kepada Abuya Haji Jailani Kota Fajar pada tahun 1954 di Dayah Bustanuddin Kuala Ba’u Aceh Selatan. Namun ketika Abuya Jailani pulang ke kampungnya Kota Fajar dan mendirikan Dayahnya Darussa’adah pada tahun 1957, Abu Teupin Gajah pun ikut untuk terus belajar dari sang ulama itu. Sekitar lebih kurang sepuluh tahun kebersamaan antara guru dan murid yang disayangi, pada tahun 1964 Abuya Jailani Kota mendapat undangan khusus untuk menghadiri acara di Dayah ulama kharismatik Aceh Abu Tu Muhammad Amin Mahmud atau yang dikenal dengan Abu Tu Min, juga salah satu murid Abuya Syekh Muda Waly yang selesai belajar di Darussalam Labuhan Haji sekitar tahun 1959, dimana tahun 1958 kakak kelasnya satu tingkat Abu Abdul Aziz Shaleh atau Abon Samalanga pulang, dan satu tahun sebelumnya telah pulang kampung ke Tanoh Mirah Abu Abdullah Hanafi Tanoh Mirah, yang ketiga-tiganya telah mengikat komitmen untuk mengabdikan ilmunya kepada umat Islam khususnya Aceh.

Abu Tu Min juga merupakan generasi ketiga yang memimpin Dayah Madinatuddiniyah Babussalam Blang Bladeh. Sebelumnya dayah tersebut dibangun oleh kakeknya Teungku Tu Hanafiyah, yang kemudian dilanjutkan oleh ayah Abu Tu Min Teungku Tu Mahmud Syah, dan dayah ini maju dan berkembang secara pesat semenjak Abu Tu Min pulang dari Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan pada tahun 1959. Kepada Abu Tu Min, Abu Daud Teupin Gajah memperdalam kajian keilmuannya yang telah beliau perolehan sebelumnya dari guru besar Abuya Syech Jailani Kota Fajar.

Abu Daud Teupin Gajah dapat digolongkan sebagai ulama yang merupakan lulusan pertama dari dua orang ulama kharismatik Aceh tersebut. Setelah menjadi seorang yang alim dan rasikh ilmunya, Abu Daud kemudian mulai merintis lembaga pendidikan agama yang kemudian di kenal oleh masyarakat Aceh Selatan dengan Dayah Madinatuddiniyah Babussa’adah. Melihat dari sisi penamaan dayah, nama Madinatuddiniyah bertafaul kepada Madinatuddiniyah Blang Bladeh, sedangkan Babussa’adah mengambil berkat kepada nama Darussa’adah Kota Fajar.

Selain mencintai dan menghormati gurunya, Abu Daud Teupin Gajah juga dikenal sebagai ulama yang murah senyum dan mudah akrab dengan siapapun. Sehingga karena pembawaannya yang menyenangkan dan Luwes tersebut, maka dakwah beliau dimana-mana, disebutkan hampir dua puluh empat majelis taklim yang beliau ajarkan ilmu yang tersambung kepada guru-gurunya. Selain sebagai ulama dan guru bagi masyarakat Pasie Raja, para ulama di Aceh Selatan sangat menghormati Abu Daud Teupin Gajah, sehingga beliau pernah memimpin Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh Selatan selama dua periode, mengawal pemahaman keagamaan secara amanah dan bertanggung jawab.

Abu Daud Teupin Gajah telah berkiprah secara luas untuk masyarakatnya. Bahkan disebutkan bahwa selain masyarakat, anak-anak beliau juga umumnya pendiri dan pimpinan dayah lainnya. Beliau juga seorang murabbi masyarakatnya dengan kajian tasauf dan suluk yang beliau buka di Bulan Ramadhan. Abu Daud Teupin Gajah memaknai hidupnya untuk terus mengajarkan masyarakatnya ke jalan keselamatan. Sehingga di hari wafatnya beliau, dalam usia 82, tepatnya dua tahun yang lalu merupakan kehilangan yang besar bagi masyarakatnya secara khusus dan bagi Aceh secara umum. Karena kehilangan seorang yang alim adalah satu kekurangan yang tidak mampu ditutupi hingga hari kiamat. Rahimahullah Rahmatan Wasi’atan. Alfaatihah.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *