Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani dikenal sebagai ulama besar abad 21 yang dilahirkan di kota suci Makkah. Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani masyhur akan keilmuannya yang diperoleh dari ayahandanya Sayyid Alawi Al-Maliki Al-Hasani, guru-gurunya di Universitas Al-Azhar, Kairo, belum lagi posisi beliau yang sempat menjadi dosen di Universitas Ummul Quro’ Pengajian di Masjidil Haram maupun Pesantrennya di Rusaifah, Makkah. Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani juga terkenal akan kedemawanannya yang hal ini banyak dirasakan oleh muridnya dan juga tamu-tamunya yang berkunjung kepadanya, salah satunya Almaghfurlahu KH. Abdul Hamid, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah, Kota Pasuruan.
Sekitar awal tahun 80-an atau akhir 70-an, KH. Ihsan Nur, Malang diajak oleh KH Abdul Hamid untuk pergi Haji ke Tanah Suci dan sowan ke Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani. Ketika menemukan waktu yang tepat maka berangkatlah keduanya ke Kota Suci kelahiran Rasulullah SAW ini
Sesampai di Makkah, kemudian beliau berdua menuju Rusaifah untuk bersilaturrahmi ke Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Maliki Al-Hasani. Melihat kedatangan tamu dari Indonesia ini, Abuya Maliki menyambutnya dengan tangan terbuka dan memintanya untuk masuk ke rumahnya. Beliau begitu senang dengan Indonesia karena beliau sempat berkunjung ke Indonesia sekitar tahun 1975 dan mengunjungi banyak pesantren disana. Selain itu, banyak juga santri-santri beliau yang berasal dari negeri yang dulunya bernama Nusantara ini seperti KH. Ihya Ulumuddin Malang, Habib Zein bin Hasan Baharun Bangil, Habib Sholeh bin Ahmad Alyadrus, Malang, KH. Lutfi Bashori, dan lain-lain.
Sebelum pulang, KH. Hamid pun bersalaman kepada Abuya seraya memberikan uang sebesar 100 Riyal Saudi. Melihat uang pemberian yang saat ini bernilai sekitar 400.000 rupiah ini, diterimalah oleh Abuya dengan tangan terbuka. Begitulah Abuya meski terkenal kaya raya, namun tak sungkan menerima pemberian dari orang lain.
Namun secara tak terduga, kemudian Abuya bergantian memberikan uang kepada KH. Hamid 500 Riyal (sekitar 2 Juta Rupiah). Melihat hal itu, KH. Hamid kemudian mengembalikan uang tersebut untuk diberikan kembali Abuya, dan uang tersebut kembali diterimanya. Setelah itu Abuya pun membalas memberikan uang kepada KH. Hamid sebesar 1000 Riyal atau senilai kurang lebih 4 juta rupiah.
Dari situlah KH Hamid berkata kepada santrinya, (KH. Ihsan Nur):
*San,Sayyid Muhammad iki teko LOMAN e thok wes diangkat dadi wali karo Gusti Alloh*
*San, Sayyid Muhammad ini dari kedermawanannya saja sudah diangkat menjadi Wali oleh Allah SWT*
Dari kisah diatas saja sudah tersingkap rahasia kewalian Abuya yang diungkap oleh seseorang yang terkenal akan kewaliannya ini _La Ya’rifu Wali Illa Wali_ (Tiada yang tahu wali, kecuali dia sendiri wali). Dari sini saja hijab tersebut sudah terbuka, belum lagi jika kita ditilik dari keilmuan, dzikir, tahajjjud, dakwah atau statusnya sebagai dzuriyyah Rasulullah SAW dari garis keturuan cucunya Sayyid Hasan bin Ali. Sungguh betapa besar kemuliaan yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang soleh ini.
Begitulah sepercik kisah keteladanan Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani dari kedemawanan dan penghormatannya kepada tamu-tamunya. Teriring doa mengiringi peringatan Haul Abuya Sayyid bin Muhammad Maliki Al-Hasani ke-14 (Beliau wafat pada hari Kamis, 15 Ramadhan 1425 H dan dikebumikan di Pemakaman Ma’la, Makkah, samping Sayyidah Khadijah, Istri Rasulullah SAW) Semoga kita mampu untuk mensuri tauladani jejak intelektual, dan perjuangan dakwah almarhum. Semoga kita terciprat keberkahan ilmu dan dikumpulkan di surga-Nya bersama Abuya dan datuk beliau yang menjadi junjungan kita Rasulullah SAW.
*Disarikan dari Sambutan KH. Ahmad Mukhlis, Santri Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki dari Gresik dalam Peringatan Haul Abuya Sayyid Muhammad ke-14 di Ma’had Nurul Haromain, Pujon 15 Ramadhan 1439 H*
No responses yet