Beliau merupakan ulama Aceh yang memaknai seluruh hidupnya dengan ilmu dan pengabdian. Teungku Muhammad Isa Pereupok adalah ulama yang bisa digolongkan istiqamah dalam menuntut ilmu, dan istiqamah pula dalam mengajarkan ilmunya kepada masyarakat. Teungku Muhammad Isa anak dari Teungku Burhanuddin yang silsilah keturuannya disebutkan berasal dari India Gujarat.
Sedangkan dari pihak ibunya juga keturunan para teungku yang menjadi pengayom keagamaan di wilayahnya. Bahkan paman beliau Teungku Hamzah adalah ulama yang membuka pengajian di desanya. Semenjak usia belia Teungku Muhammad Isa Pereupok telah dididik dan ditempa dengan ilmu agama. Pada usia 12 tahun, mulailah beliau mengembara menuntut ilmu di berbagai dayah yang kemudian mengantarkan beliau menjadi ulama yang diperhitungkan. Mengawali pengembaraan ilmunya, beliau belajar di Dayah Blang Jrun selama empat tahun hingga tahun1943.
Mengingat kondisi yang masih berkecamuknya perang baik Belanda maupun Jepang yang terus ingin berkuasa di Aceh, maka perlawanan dari masyarakat terus-menerus untuk mengusir para penjajah tersebut, sehingga Teungku Muhammad Isa pun ikut berjihad di medan peperangan dalam beberapa tahun. Setelah beberapa tahun beliau di kampung halaman, Teungku Muhammad Isa Pereupok kemudian melanjutkan pengajiannya yang sempat terhenti beberapa tahun. Beliau kemudian belajar ke Dayah Cot Trueng yang dipimpin oleh seorang ulama yang bernama Teungku Abu Bakar Cot Kuta yang dikenal dengan Abu Cot Kuta. Abu Cot Kuta merupakan murid dari Teungku Ibrahim Pulo Reduep dan Teungku Haji Idris Tanjungan yang pernah belajar sebelas tahun di Mekkah.
Setelah lima tahun beliau belajar kepada Abu Cot Kuta, Teungku Muhammad Isa Pereupok selanjutnya menuju ke Aceh Besar dan belajar kepada beberapa ulama terpandang di Aceh Besar seperti Abu Ishaq Ulee Titi dan Teungku Syekh Saman Siron, Teungku Muhammad Saleh Lambaro, kepada dua nama ulama terakhir beliau mempelajari ilmu falak. Selain itu beliau juga belajar kepada Abu Kruengkale pada waktu yang bersamaan. Sekitar satu tahun berada di Ulee Titi, kemudian beliau di tahun 1957 melanjutkan pengajiannya kepada Abuya Syekh Muda Waly di Dayah Darusslam Labuhan Haji.
Pada masa beliau di sana, beberapa ulama yang menjadi dewan guru yang dianggap senior seperti Abu Tanoh Mirah, Abon Samalanga dan tentunya Abuya Muhibbuddin Waly. Karena pada masa 1957, umumnya para ulama yang mengaji kepada Abuya Syekh Muda Waly sudah banyak yang pulang kampung terutama di tahun 1956 seperti Abu Imam Samsuddin dan Abu Aidarus Padang serta ulama lainnya. Sedangkan Abu Tanoh Mirah pulang kampung pada tahun 1957 dan Abon di tahun 1958. Di Darussalam Labuhan Haji Teungku Muhammad Isa Pereupok belajar selama tiga tahun.
Pada tahun 1960, beliau kemudian melanjutkan belajarnya kepada ulama besar di Idi Cut Teungku Syekh Muhammad Thaib dengan Dayahnya Darut Thaiyibah. Beliau belajar di Dayah ini selama dua tahun. Genaplah 15 tahun beliau berguru dengan banyak para ulama besar, maka di tahun 1962 mulailah beliau membangun dayahnya yang diberi nama dengan Dayah Darul Falah.Dengan segenap kesungguhan beliau menyebarkan ilmunya kepada masyarakat, sehingga banyak muridnya yang kemudian melanjutnya estafet keilmuannya menjadi para ulama terpandang. Sebut saja beberapa di antara mereka adalah Abu Kasem TB, Abu Mukhtar Teupin Raya, Abu Tanjong Bungong dan para ulama lainnya.
Perkembangan Dayah Darul Falah semakin berkembang dan maju, sehingga pengaruh beliau sebagai ulama pun semakin luas dirasakan oleh masyarakat. Di antara murid yang melanjutkan kajian ilmu falak yang menjadi keahlian beliau adalah muridnya adalah Teungku Abdullah Ibrahim yang dikenal dengan Abu Tanjong Bungong, yang dianggap sebagai tokoh representatif ilmu falak di Aceh kontemporer. Selain mengajar di dayah, beliau juga mengajar di berbagai majelis taklim masyarakat, sehingga banyak masyarakat yang tercerahkan dengan ilmu yang beliau sampaikan.
Sebagai ulama dayah, beliau juga terlibat aktif dalam organisasi PERTI. Setelah wafatnya Abu Tanoh Mirah tahun 1989, beliau kemudian dipilih sebagai ketua umum PERTI di Aceh Utara dan amanah tersebut terus beliau emban selama enam tahun. Beliau juga aktif di keanggotaan majelis ulama Aceh Utara bahkan beliau termasuk ulama senior selain Abu Tanoh Mirah.
Selama tiga puluh lima tahun Abu Muhammad Isa Pereupok mengabdikan dirinya untuk mengajarkan para santri dan masyarakat dengan menanamkan ilmu dan hikmah dalam diri mereka, terhitung dari tahun 1962 sampai 1997 beliau telah mengabdi tanpa pamrih. Karena pada 1997 tepatnya di bulan Ramadhan dalam usia 70 tahun, wafatlah ulama yang telah mengabdikan ilmunya secara tulus ikhlas itu. Tentu wafatnya beliau kehilangan besar bagi ummat Islam Aceh. Rahimahullah Rahmatan Wasi’atan.
No responses yet