Beliau adalah salah satu murid Abuya Syekh Muda Waly yang dikenal ahli dalam kajian keilmuan ushul fikih. Kehadiran Abu Tanoh Mirah dalam perkembangan keilmuan di Aceh dirasakan begitu penting. Mengingat banyak para ulama yang berhasil dikader oleh Abu Abdullah Hanafi yang dikenal oleh masyarakat Aceh dengan sebutan Abu Tanoh Mirah. Abu Tanoh Mirah merupakan pendiri Dayah Darul Ulum Tanoh Mirah yang sangat dikenal pada masanya dan seorang Syekhul Masyayikh terbilang.
Mengawali pengembaraan keilmuannya, Abu Tanoh Mirah dibekali dengan ilmu dasar keislaman oleh orang tuanya yang juga seorang yang taat dan cinta agama. Semenjak kecil Abu Tanoh Mirah telah nampak pada dirinya talenta akan menjadi seorang ulama dan panutan masyarakat. Beliau dikenal dengan kesungguhannya dalam belajar, ketekunan dan kecerdasan yang menonjol yang begitu melekat pada sosok Abu Tanoh Mirah. Sehingga tidak mengherankan bila kemudian beliau menjadi salah satu ulama besar yang diperhitungkan dalam kancah keilmuan di Aceh.
Memasuki usia sebelas tahun, Abu Tanoh Mirah mulai melakukan pengembaraan intelektual. Ditandai dengan singgah dan belajar di beberapa dayah yang ada di Aceh. Dayah yang pertama yang beliau singgahi dan belajar adalah Dayah Blang Bladeh yang dipimpin oleh Teungku Tu Mahmud Syah murid dari Abu Kruengkalee. Kepada ulama Teungku Tu Mahmud Syah beliau belajar beberapa tahun untuk memperdalam kajian keilmuan Islam. Teungku Tu Mahmud Syah adalah ulama generasi kedua yang memimpin Dayah Blang Bladeh, melanjutkan estafet kepemimpinan sebelumnya yang dipimpin oleh Teungku Tu Hanafiyah yang merupakan kakek dari ulama kharismatik Aceh Abu Tu Muhammad Amin Blang Bladeh atau yang dikenal sebagai Abu Tumin Blang Bladeh. Abu Tumin sendiri adalah ulama lulusan Dayah Darussalam Labuhan Haji yang lahir sekitar tahun 1931, dan ketika beliau di Darussalam Labuhan Haji, beliau adik kelas dari Abu Tanoh Mirah dan Abon Samalanga beda satu tingkat.
Setelah beberapa tahun belajar kepada Teungku Tu Mahmud Syah, selanjutnya Abu Tanoh Mirah mengembara ke daerah lain, tepatnya beliau belajar di Dayah Leupung Aceh Besar. Di Dayah Leupung beliau semakin memperdalam kajian keilmuannya sehingga telah menjadikan beliau seorang alim yang rasikh ilmunya. Beberapa tahun di Dayah Leupung beliau melanjutkan ke Dayah Lancok, dan akhir dari pengembaraan beliau ialah di Dayah tersohor pada masanya Dayah Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan yang dipimpin oleh Abuya Syekh Muda Waly al-Khalidy.
Di Labuhan Haji, Abu Tanoh Mirah ‘mematangkan’ berbagai cabang keilmuan Islam, mulai dari Fikih, Tasauf, Tauhid, Nahwu, Sharaf, Balaghah, Mantiq dan Ushul Fikih. Namun untuk ilmu ushul fiqih, beliau dikenal sangat pakar. Karena umumnya murid-murid Abuya Syekh Muda Waly memiliki spesialisasi ilmu masing-masing seperti Abu Keumala yang dikenal sebagai ahli tauhid, Abu Imam Syamsuddin dan Abon Samalanga yang dikenal ahli dalam ilmu mantik, Abu Adnan Bakongan, Abu Jailani Kota Fajar, Abu Qamaruddin dikenal ahli dalam ilmu tasauf dan tarekat. Demikian pula Abu Tanoh Mirah dikenal dengan ilmu ushul fikihnya. Sehingga tidak mengherankan saat belajar di Darussalam Labuhan Haji, Abu Tanoh Mirah sering berdebat ilmiyah dengan guru besarnya Syekh Muda Waly, guna menggali berbagai ilmu yang terpendam dari Syekh Muda Waly yang juga ahli dalam ilmu ushul fiqih dan ilmu-ilmu lainnya.
Sekitar enam tahun Abu Tanoh Mirah memperdalam kajian keilmuan di Dayah Darussalam Labuhan Haji telah mengantarkan Abu Tanoh Mirah sebagai ulama yang mendalam ilmunya. Karena ketekunan dan kesungguhan dalam belajar, ketika di Darussalam beliau ditunjuk sebagai ketua pendidikan Dayah Darussalam yang mengawasi proses belajar-mengajar di dayah agar berjalan secara normal dan semestinya. Setelah menjadi alim besar, pada tahun 1957 Abu Tanoh Mirah memohon izin kepada gurunya Syekh Muda Waly untuk pulang kampung dan melanjutkan pengembangan ilmu di wilayahnya Tanoh Mirah. Sepulang ke kampung halamannya Tanoh Mirah, Abu mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang dikenal dengan Dayah Darul Ulum Tanoh Mirah.
Semenjak berdirinya pada tahun 1957, Abu melalui Dayah Darul Ulum Tanoh Mirah telah mengkader begitu banyak para ulama yang menjadi pengawal agama di daerah masing-masing. Abu Tanoh Mirah telah berhasil mencetak murid-muridnya menjadi ulama-ulama yang mendalam keilmuan sehingga menjadi guru dan pengayom agama di tempat mereka. Di antara sekian banyak murid Abu Tanoh Mirah yang menjadi pengawal agama adalah: Abu Sofyan Arongan, Abuya Ruslan Waly, Abu Abdullah Tanjong Bungong, Abu Kamaruddin Aluebu, Abu Keunire, Abu Athaillah Ishaq Ulee Titi, Abu Keude Dua, Abati Babah Buloh, Waled Tanoh Mirah Teungku Haji Muhammad Waly dan banyak lulusan Dayah Darul Ulum Tanoh Mirah lainnya yang telah menjadi ulama dan teungku pelanjut estafet keilmuan dari guru besar mereka Abu Tanoh Mirah.
Selain sebagai ulama yang telah mencetak banyak kader ulama, Abu Tanoh Mirah semasa hidupnya juga sebagai ulama yang sangat dihormati. Berbagai organisasi keislaman di Aceh menempatkan beliau sebagai salah satu ulama yang dituakan. Beliau juga sebagai Tokoh PERTI di Aceh Utara yang diemban amanah tersebut sampai beliau wafat, yang kemudian dilanjutkan oleh Abu Muhammad Isa Pereupok. PERTI adalah sebuah organisasi keislaman yang berhaluan Ahlussunnah Waljama’ah, didirikan pertama kali oleh Syekh Sulaiman al-Rusuli dan Syekh Jamil Jaho di Padang, yang kemudian dibawa pulang ke Aceh oleh Abuya Syekh Muda Waly, dan disambut oleh Abu Syekh Hasan Kruengkalee.
Setelah berkiprah secara luas, dengan berbagai kontribusi positif untuk ummat, baik dalam bidang pendidikan, pengkaderan ulama, organisasi keislaman, wafatlah ulama besar yang luas ilmunya, tawadhu’ dan rendah hati ini pada tahun 1989 dalam usia sekitar 63 tahun. Rahimahullah Rahmatan Wasi’atan.
No responses yet