Sering kita jumpai orang yang gelisah bukan karena tak memiliki apa-apa melainkan karena mengharap apa-apa yang tak kunjung datang padanya. Menunggu dan mengharap memang seringkali menjadi memicu awal galaunya pikiran. Tak jarang ini mrngantarkan pada amarah tak beralasan dan depresi tak bersebab jelas.

Orang-orang yang malang seperti itu biasanya adalah karena ingin menentukan sendiri semua yang harus terjadi pada dirinya. Apa, kapan dan dimana serta bagaimana keinginannya ditundukkan pada ego dirinya yang super dominan. Andai saja semua harapan dipasrahkan kepada Allah, maka pasti hidup akan lebih indah dan membahagiakan. Bukankah Allah adalah Sang Mahapengatur yang paling cerdas, canggih dan bijak?

Coba kita renungkan ayat berikut ini:

وَلَمَّا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَا سْتَوٰۤى اٰتَيْنٰهُ حُكْمًا وَّعِلْمًا ۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ

“Dan setelah dia (Musa) dewasa dan sempurna akalnya, Kami anugerahkan kepadanya Hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
(QS. Al-Qasas 28: Ayat 14)

Pangkat dan kenabian diberikan Allah kepada nabi Musa menunggu kesiapan jasmani dan ruhaninya. Dewasa maknanya adalah berusia 33 tahun menurut sebagian ahli tafsir, sempurna akalnya maknanya adalah saat berusia 40 tahun. Mengapa harus menunggu? Ada hikmah besar dibalik pilihan Allah, baik pilihan waktu atau tempat. Kalau begitu, tak usahlah terburu-buru mengejar harapan. Cukuplah kepada kita berbuat yang terbaik, lain-lainnya biarlah Allah yang atur.

Coba perhatikan bagian akhir ayat tersebut di atas “Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” Potongan ayat ini mengisyaratkan bahwa siapapun yang senantiasa berbuat baik, pastilah bernasib baik. Allah yang akan menjalankan dirinya menuju yang terbaik, janganlah ragu. Pertanyaanya tersisa satu: “Sudahkah kita mempersembahkan yang terbaik dalam setiap detik kehidupan kita?”

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *