Disusun oleh : Faizatul Mufida dan Maulidina Nur Fatimah (Mahasiswi Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.)
Kesehatan mental merupakan aspek utama dalam kehidupan sehari-hari. Kitab suci Al-Qur’an terdapat banyak nilai nilai dan tuntunan kehidupan kita, tetapi terkadang banyak orang sulit untuk memahami maknanya. Kesehatan mental dalam Al-Qur’an mengemukakan beberapa gangguan penyakit mental yang disebabkan karena jauhnya seorang hamba dari Tuhan-Nya. Dalam teori evolusi psikologi menjelaskan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Masalah dianggap sebagai pendorong untuk mengembangkan mekanisme adaptasi psikologis agar dapat bertahan dan berkembang.
Dalam salah satu ayat di dalam Al-Qur’an yang berbunyi:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ ١
“Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar”. (QS : Al baqarah ayat 155).
Dijelaskan dalam tafsir Kementrian Agama RI bahwa Qs. Al-Baqarah ayat 155 menyatakan bahwa kehidupan manusia memang penuh cobaan. Dan kami pasti akan menguji kamu untuk mengetahui kualitas keimanan seseorang dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Bersabarlah dalam menghadapi semua itu. Dan sampaikanlah kabar gembira, wahai nabi Muhammad, kepada orang-orang yang sabar dan tangguh dalam menghadapi cobaan hidup, yakni orang-orang yang apabila ditimpa musibah, apa pun bentuknya, besar maupun kecil, mereka berkata, inna’ lilla’hi wa inna’ ilaihi ra’ji’un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka berkata demikian untuk menunjukkan kepasrahan total kepada Allah, bahwa apa saja yang ada di dunia ini adalah milik Allah; pun menunjukkan keimanan mereka akan adanya hari akhir. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk sehingga mengetahui kebenaran.
Dari tafsir ayat di atas, dapat kita simpulkan bahwa semua manusia akan diuji oleh Allah sesuai batas kemampuannya. Dan sebaliknya, Allah tidak menguji melebihi batas kemampuan hamba-Nya. Terkadang orang sering bertanya-tanya apa yang harus disyukuri ketika mereka hidup atau masih menderita. Manusia tidak menyadari bahwa saat itu kesabaran mereka diuji. Jika seseorang selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah, termasuk kesulitan sekalipun, maka Allah akan memberi kita banyak kebahagiaan.
Sebaliknya, kesabaran adalah hasil dari ketakwaan terhadap Allah. Sabar adalah sikap konsistensi seorang mukmin (umat beragama) dalam menjalani cobaan hidup dan ketentuan Allah. Sikap ini akan mendorong setiap mukmin untuk tetap berpegang teguh pada kitab Allah, bukan melepaskannya karena cobaan yang berat. Perilaku sabar ini akan membuat orang semakin dekat dengan Tuhan-Nya. Namun, jika seseorang diberi ujian kemudian dia mengeluh atau menangis dan melakukan hal-hal yang negatif, maka sikap menunjukkan belum ikhlas atau perilaku sabar. Padahal Allah sudah menjelaskan dalam surat Al-Insyirah bahwa dibalik kesulitan ada kemudahan. Pada qur’an surah Al-Insyirah dinyatakan:
Artinya:
1. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,
2. Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu,
3. yang memberatkan punggungmu?
4. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu .
5. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
6. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”
8. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
Kandungan surat diatas membangun pemikiran manusia untuk selalu optimis dalam menghadapi ujian dari Allah. Disebutkan juga dalam sumber yang sama, ayat ini merubah paradigma berfikir manusia yang meyakini bahwa “Dalam Satu Kesulitan Terdapat Satu Jalan Keluar” menjadi paradigma berfikir yang meyakini bahwa “Di Balik Satu Kesulitan Ada Banyak Jalan Keluar.” Itulah spirit inna ma’al ‘usri yusra (sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan) yang terdapat dalam surat Al Insyirah.
Dijelaskan pula pada Qs. Al-Baqarah ayat 214
اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ
Yang artinya: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan) sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.
Menurut tafsir Jalalayn, maksud dari ayat di atas yang berkaitan dengan kesulitan yang menimpa kaum muslimin: “Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu seperti yang datang kepada orang-orang yang beriman sebelumnya dengan berbagai cobaan, lalu kamu bersabar sebagaimana mereka bersabar?” kalimat ini menjelaskan perkataan sebelumnya, “malapetaka”, yang berarti kemiskinan yang memuncak, “kesengsaraan”, yang berarti penyakit, dan “dan mereka diguncang” atau dikejutkan oleh berbagai bala’ “Hingga berkatalah” baris di atas atau di depan menunjukkan bahwa Rasul dan orang-orang yang beriman yang bersamanya telah bersabda bahwa pertolongan Allah akan datang sesuai yang Ia janjikan.
Menurut tafsir Tahlili: Ada beberapa pendapat mengenai sebab turunnya ayat ini. Pertama, pendapat dari Qatadah, as-Suddi, dan kebanyakan ahli tafsir yang mengatakan bahwa ayat ini turun pada waktu perang Khandak ketika kaum Muslimin mengalami bermacam-macam kesulitan dan tekanan perasaan, sehingga mereka merasa gentar dan ketakutan. Kedua, pendapat lain yang mengatakan bahwa ayat ini turun pada waktu perang Uhud, ketika kaum Muslimin dipukul mundur oleh pasukan musuh. Dalam peperangan itu, Sayyidina Hamzah tewas dianiaya, dan Nabi pun menderita luka. Ketiga, pendapat golongan lain, bahwa ayat ini turun untuk menghibur hati kaum Muhajirin ketika mereka meninggalkan kampung halamannya, dan harta kekayaannya dikuasai oleh kaum musyrikin, dan kaum Yahudi memperlihatkan permusuhan kepada Rasulullah saw secara terang-terangan dan kesulitan-kesulitan lain yang dialaminya di Medinah. Ayat ini secara tidak langsung, memperkuat ayat-ayat sebelumnya, yaitu agar kaum Muslimin selalu tabah dan sabar dalam perjuangan. Allah swt berfirman: Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (al-Baqarah/2: 155) dan firman-Nya: Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? (al-‘Ankabut/29: 2) Makin berat dan makin tinggi cita-cita yang akan dicapai, makin besar pula rintangan dan cobaan yang akan dialami. Untuk mencapai keridaan Allah dan memperoleh surga, bukan suatu hal yang mudah dan gampang, tetapi harus melalui perjuangan yang gigih yang penuh rintangan dan cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu. Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, nabinya dibunuh, pengikutnya disiksa sampai ada di antara mereka digergaji kepalanya dalam keadaan hidup atau dibakar hidup-hidup. Oleh karena cobaan dan penderitaan yang dialaminya dirasakan lama, sekalipun mereka yakin bahwa bagaimanapun juga pertolongan Allah akan datang, maka rasul mereka dan pengikut-pengikutnya merasa gelisah lalu berkata, “Bilakah datang pertolongan Allah,” pertanyaan itu dijawab oleh Allah, “Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” Pada saatnya nanti mereka akan menang dan mengalahkan musuh, penganiaya dan orang-orang zalim.
KESIMPULAN
Sudah sangat jelas bahwasannya kita akan selalu di uji dengan harta, pekerjaan,lingkungan,keluarga,maupun pertemanan. Namun, Allah tidak akan menguji seorang hamba-Nya di luar batas yang tidak bisa ia lalui, bersabarlah dan ikhlas dengan segala sesuatu ujian yang sedang Allah berikan. Dan ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu ada dan nyata!
Psikologi kesehatan mental atau resilince menyoroti pentingnya menghadapi kesulitan dalam membangun ketahanan psikologis. Individu yang mampu mengatasi masalah cenderung memiliki tingkat ketahanan yang lebih tinggi terhadap stress maupun tahanan secara psikologis.
Psikologi yang positif akan menunjukkan bahwa hidup yang penuh dengan variasi emosi, termasuk salah satu tantangan dan kebahagiaan dan dapat menciptakan keseimbangan psikologis yang sehat dan tanpa masalah. Karena psikologis yang sehat mampu menghargai kebahagiaan dan mengapresiasi dirinya sendiri.
REFERENSI
Jaya, A., Abubakar, A., & Khalid, R. (2021). Manajemen Sabar Menghadapi Musibah dalam Perspektif Al Qur’an. Jurnal Mirai Management, 6(3), 72-81.
Menurut Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili didalam tafsir al-wajiz yang diterbitkan dalam https://tafsirweb.com/12837-surat-al-insyirah-ayat-5.html
No responses yet