Mila Marlina (Mahasiswi Ipmafa-Pati)
Pademi COVID-19 membuat manusia harus berdiam diri di rumah. Padahal, sifat dasar manusia adalah makhluk sosial yang harus berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Manusia tidak mungkin hidup secara individual, manusia tidak mungkin memenuhi kebutuhannya sendiri. Misalnya ketika seseorang ingin makan; harus ada petani yang menanam bahan pokok makanan, dan pedagang yang menjual makanan. Hidup sejatinya rantai interaksi sosial yang saling berkesinambungan.
Dewasa ini manusia diuji dengan COVID-19 atau virus Corona, yang mengakibatkan banyak perubahan. Kondisi demikian menuntut manusia beradaptasi agar bertahan hidup. Balada Corona tidak hanya merusak kesehatan, tetapi juga memorakporandakan stabilitas ekonomi, pendidikan, psikologi, dls. Saat semua sektor terpapar, maka meminimalisir resiko penulularan menjadi pilihan utama yang harus dilakukan. Sekali lagi, manusia akan beradaptasi untuk tetap bertahan. Menurut Hardestry, ada 2 macam perilaku adaptif; (1) periaku yang bersifat idiosyncratic (individu yang menyelesaikan masalah dengan cara unik), (2) adaptasi budaya yang bersifat dipolakan, dibagi sama rata antara anggota kelompok dan tradisi.
Global virus abad ini menjadi cermin penting bagi manusia untuk bagaimana melakoni lanjutan hidup personal dan habitus komunal. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan pemerintah sebagai upaya menekan penularan virus COVID-19. Saat ini pemerintah RI tidak menggunakan istilah “new normal” yang kerap digunakan selama COVID-19. Istilah tersebut telah diganti menjadi “adaptasi kebiasaan baru” atau AKB. Masyarakat bisa beraktivitas kembali secara produktif, namun tetap menerapkan langkah pencegahan COVID-19.
Dalam aturan baru yang harus dipatuhi masyarakat saat hendak bepergian adalah penting memerhatikan kondisi kesehatan. Pastikan kondisi Anda dalam keadaan fit saat hendak keluar rumah. Jika sedang kurang sehat, sebaiknya tunda dulu berpergian ke luar rumah dan beristirahatlah sampai Anda benar-benar pulih. Adapun cara sederhana yang dapat dilakukan untuk meminimalisir penularan COVID-19 adalah:
- Cuci Tangan
Sebab tangan adalah salah satu anggota tubuh yang menjadi sumber penyakit. Cuci tangan minimal durasi 20 detik untuk membunuh kuman menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir. Lalu keringkan dengan kain kering atau tisu.
- Memakai Masker
Memakai masker dapat meminimalisir penularan virus Corona. Sebab, virus Corona dapat menyebar melalui droplets dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui selaput lender seperti mata, mulut, dan hidung.
- Hindari Sentuh Wajah
Seperti diketahui bahwa tangan dapat menjadi sumber penyakit sebab sering terjadi kontak dengan benda maupun orang lain.
- Hindari Interaksi Langsung
Menghindari kontak fisik seperti; berjabat tangan, berpelukan dls., dapat mengurangi penyebaran virus Corona.
- Hindari Berbagi Barang Pribadi
Barang pribadi milik orang lain bisa meningkatkan resiko penularan virus Corona. Meskipun tidak tampak gejala, virus ini dapat menginfeksi tubuh manusia hingga berstatus sebagai silent carrier yang membawa dan menularkan virus Corona kepada orang lain.
- Sosial Distancing
Dengan menjaga jarak antara satu sama lain dipercaya dapat mengurangi resiko penyebaran virus Corona. Selalu perhatikan jarak fisik minimal 1 meter.
Maka demi visi penyelamatan kehidupan di Bumi, adaptasi di masa pandemi harus dilakukan. Kuncinya adalah kesadaran diri masyarakat untuk bersinergi dengan pemerintah menerapkan adaptasi baru tersebut. Kita tidak pernah tahu kapan pandemi ini berakhir. Namun, berkah berupa akal dan insting menjadi bukti bahwa manusia adalah pembelajar sejati. Belajar menyesuaikan diri dengan hal baru di masa pandemi.
No responses yet