Ketika buku ini tiba dari percetakan dengan selamat, sehat-walafiat, dan tak kurang suatu apa. Malam harinya, saya menandatangani puluhan buku untuk dikirim kepada teman-teman yang sudah mendukung dan terlibat, termasuk mereka yang bersedia membeli dan membaca buku ini.
Agar tak salah sangka macam apa isi buku ini ada baiknya saya tuliskan di sini kata pengantar buku dan informasi daftar isi. Anda tak kecewa, saya tenang.
—
Sekadar Pengantar
Bagi banyak orang menyaksikan keseharian yang itu-itu saja mungkin membosankan. Apalagi dialami bertahun-tahun sesuai jalannya usia: pergi pagi hari, pulang selepas magrib dengan komuter yang jalan dan jaraknya tak berubah-ubah boleh jadi bikin hidup mati rasa; melihat kerumunan orang yang tergesa-gesa di stasiun kereta, di bandara, dan pusat-pusat keramaian; menyaksikan jalan yang macet; kendaraan yang pergi melesat di jalan bebas hambatan; menghadiri satu rapat ke rapat lainnya; seminar ini seminar itu; berkumpul dengan anak-istri; atau bercengkerama dengan tetangga.
Tapi, jika dipikir-pikir lagi, pengalaman keseharian itu pada umumnya tak pernah sama. Asal saja kita jeli menangkap dan merenungkannya. Itulah keyakinan saya hingga sekarang ini. “Engkau tak dapat turun dua kali di sungai yang sama,” begitu kata Herakleitos, filosof Yunani sebelum Masehi. Maksudnya, kenyataan itu tak pernah tetap, tetapi berubah-ubah. Hanya perubahan, kata Herakleitos, yang abadi.
Ada yang gampang dipahami dari timbunan pengalaman tadi. Ada pula yang sulit dipahami dan seharusnya tak begitu. Pengalaman semacam itu hingga kini tetap menjadi rahasia yang tuhan sembunyikan entah di kolong langit bagian mana. Saya mengalami orang-orang tersayang meninggal lebih cepat dari yang saya duga, gagal mendapat beasiswa keluar negeri lantaran nilai bahasa Inggris kurang dari yang disyaratkan, atau menyaksikan kesengsaraan manusia dari jarak beberapa depa.
Bukankah hidup demikian? Di luar yang bisa dijamah, ditebak, dipahami, dan dirasakan, hidup seringkali menyimpan misteri, rahasia, atau hal-hal yang belum kita mengerti. Jika semua misteri dan rahasia dalam hidup ini terungkap dan terbongkar begitu saja, mungkin hidup kita bakal hambar seperti hidup orang menganggur bertahun-tahun.
Pengalaman-pengalaman itulah yang saya tulis dan tempelkan di dinding Facebook. Menarik atau tidak bagi yang membaca tak jadi pikiran saya. Perkara saya adalah bagaimana menuliskannya. Baru saya sadar belakangan jika tulisan-tulisan yang rutin saya buat kini sudah mencapai ratusan. Temanya beragam. Nah, di buku ini tema-tema yang dipilih tentang tema keseharian.
Kebanyakan tulisan ini saya buat saat saya di atas komuter dalam kota dari dan menuju kantor. Selebihnya dalam kendaraan menuju bandara, di rumah, atau di tempat lainnya. Dengan menulis, saya bisa membunuh kesepian selama perjalanan; membuat pikiran dan perasaan lapang.
Menulis adalah cara berbagi dan berkomunikasi dengan orang lain. Apalagi tulisan yang saya lempar di dinding Facebook juga sering mendapat komentar dari teman-teman Facebook. Komentar itu adalah kebahagiaan penulis. Semoga saja tak ada orang dan teman-teman yang tersinggung lantaran namanya disebut dalam tulisan.
Dengan menulis pula saya terdorong untuk mengasah kemampuan saya menulis. Memilih kalimat pembuka, membuat alur, memilih diksi, juga menggali informasi yang relevan. Ringkasnya, menulis punya banyak manfaat seperti pengumuman pada spanduk pedagang jus buah. Tak ada yang sia-sia. Jika pembaca menganggapnya tak ada gunanya, bukan urusan saya lagi.
“Sebab Aku Memilikimu” yang menjadi judul buku ini merupakan sebuah judul dalam puluhan judul yang tersedia. Saya tulis ketika tengah melakukan perjalanan luar kota dengan kereta. Tulisan ini terinspirasi dari kisah dalam film keluarga yang diputar selama perjalanan. Judul ini sepertinya mewakili perasaan yang sangat beruntung memiliki Tenggara. Bukan hanya itu, saya juga beruntung bisa memiliki hidup ini dengan segala pengalaman dan ceritanya.
Buku ini tak bisa terbit tanpa bantuan beberapa orang. Mereka adalah Aldilla Septerina, kemenakan perempuan saya yang bersedia menjadi penyunting buku ini dan Nanda yang mengemas sampul dan halaman buku.
Kepada Noviyana dan Tenggara Makhzanul Hikam, dua orang yang berusaha menerima saya apa adanya. Kepada mereka, kumpulan ini saya persembahkan. Saya berharap buku ini juga berguna bagi Anda, pembaca.
Kalimulya, 14 Maret 2020
Pesan buku Klik DI SINI
No responses yet