Penulis: James Winston Morris

An Ocean without Shore: Ibn ‘Arabi, the Book and the Law. Michel Chodkiewicz (trans. D. Streight), SUNY Press, Albany, NY, 1993, 184 hlm.  

Dalam sebagian besar bidang keilmuan ada satu atau dua buku yang begitu unik dan kaya akan kedalaman wawasan, luasnya pemahaman, dan kekayaan ekspresi serta ilustrasi sehingga bahkan catatan kaki masing-masing menjadi, seolah-olah, benih seluruh isi penelitian untuk generasi selanjutnya.  

Karya pendek yang menghanyutkan ini, yang dengan begitu cakap memadatkan buah dari studi intensif dan refleksi selama beberapa dekade tentang Ibn ‘Arabî (serta murid-muridnya dan ahli warisnya di seluruh dunia Islam) jelas merupakan tengara atau inspirasi dalam studi  ‘Akbari’ (pemikiran Ibn ‘Arabî).  

Tema pemersatu dasarnya – cukup akrab bahkan untuk pembaca pemula Ibn ‘Arabî hari ini – adalah inspirasi Alqur’an (dan kenabian) dan tujuan dari semua tulisan Shaykh al-Akbar ((Ibn ‘Arabî).  Tetapi di sini Profesor Chodkiewicz, terutama mengacu pada ‘lautan’ al-Futûhât al-Makkîya serta sejumlah teks dan komentar lain yang tidak diterjemahkan (dan sering tidak diedit), telah secara sistematis mengembangkan tema itu hingga ke kedalaman yang jauh melampaui filologi akademis dan cukup menggambarkan kekuatan transformasi mendalam dari ‘hermeneutika spiritual’ Alquran (dalam perspektif) Ibn Arabi sendiri.  

Bagi mereka yang tertarik dengan kehidupan Shaykh yang luar biasa itu sendiri, buku ini juga menyoroti beberapa akar yang lebih dalam dari klaim pribadinya sehubungan dengan ‘realisasi’ Alqur’an dan dimensi batin kenabian, tema-tema yang diteliti secara lebih rinci dalam dua studi lain yang baru-baru ini diterjemahkan, The Seal of the Saints/Penutup Para Wali (oleh penulis yang sama) dan biografi Claude Addas, The Quest for the Red Sulphur.  Maka, tidak ada keraguan bahwa buku ini dalam banyak hal merupakan ‘karya lanjutan, hampir merupakan agenda (juga sebagai karya referensi yang sangat diperlukan) untuk studi masa depan: memang sangat sedikit sarjana modern yang dapat dengan jujur ​​mengklaim penguasaan bahasa Arab Alqur’an dan hadis, dan dari begitu banyak tulisan yang berbeda dari Shaykh dan murid-muridnya yang dalam buku ini sering diandaikan.  

Di sisi lain, peneliti serius tentang Ibn ‘Arabi akan mengenali banyak tema akrab dari karya-karya yang tersedia dalam terjemahan, dan – sambil mengakui seberapa banyak ‘lautan’ ini masih belum diselami – pasti akan ditantang untuk membaca ulang dan menelusuri kembali teks-teks yang tersedia dari perspektif baru.  

Pengantar penulis (hal. 1-18) adalah ilustrasi yang sangat mencolok dari proses itu.  Pada bacaan pertama, Pendahuluan mungkin tampak seperti tidak lebih dari sejarah: survei yang sangat padat tentang manifestasi karya Ibn Arabi selama berabad-abad di seluruh dunia Islam, dengan fokus terutama pada penelitian terbaru oleh penulis (serta banyak kolega dan mahasiswanya dari Prancis dan dunia Arab) yang telah membantu memunculkan basis sosial aktual (tarîqah, pedoman etika, dll.) untuk penyebaran populer wawasan Ibn Arabi, terutama pada periode Ottoman, jauh melampaui barisan murid dan komentatornya yang diakui.  

Akan tetapi, pada saat seseorang telah selesai membaca buku ini, akan sangat jelas bagaimana dan sejauh mana data historis yang sama itu juga dimaksudkan untuk menjelaskan sifat dan keseriusan klaim meta-historis Shaykh mengenai ‘Penutup Para Wali’ dan hubungan batinnya yang khusus dengan Alqur’an dan ‘Realitas Muhammad’. 

Masing-masing dari lima bab buku ini dengan kaya menggambarkan, pada tingkat ekspresi dan makna yang semakin dalam, inspirasi Alqur’an penuh dari semua karya Ibn Arabî.  Tidak mengherankan, dua bab pertama menyoroti tema dan metode khas penafsiran kitab suci—seperti fokus konsisten ‘Ibn Arabî pada wahyu bahkan dalam wawasannya yang tampaknya paling orisinal (atau keterlaluan);  penekanannya pada ‘warisan abadi’ yang terus-menerus dari makna batin Alqur’an di dalam setiap hati yang dimurnikan;  atau universalitas metafisik Alqur’an dan Sumber segala kenabian – yang seharusnya akrab bagi sebagian besar yang pengkaji Fusûs al-Hikam dan karya-karya lain yang tersedia secara luas.  

Bab kedua juga mencakup ringkasan yang sangat jelas dan dapat diakses dari penelitian Profesor Chodkiewicz tentang dua topik utama dalam ajaran Shaykh: diskusinya tentang berbagai jenis dan peringkat dan fungsi ‘para wali Allah’ (dari Bab 73 Futûhât), dan pemahamannya yang unik tentang prinsip-prinsip fiqh, dengan kepraktisan dan kecerdasannya yang menarik serta elevansinya dengan dunia Islam kontemporer.

Dua bab berikutnya, bagaimanapun, menjelajahi wilayah yang sampai sekarang sebagian besar masih belum dipetakan, setidaknya dalam kesarjanaan Barat.  Bab 3 menunjukkan secara rinci dan meyakinkan – berfokus pada Fasl al-Manazil yang panjang dalam Futûhât – banyak cara yang tepat di mana urutan, struktur batin, dan bahasa serta gaya Alqur’an mendasari pengaturan dan makna yang sesuai dari semua magnum opus Ibn ‘Arabî, al-Futûhât al-Makkîyah, termasuk ribuan bagian atau kiasan yang secara misterius tetap tak terbaca tanpa ‘kunci’ esensial ini.  

Bab 4 memperluas pendekatan yang sama untuk mengungkapkan baik struktur internal karya-karya besar lainnya (seperti Kitâb. al Isra’, Kitâb al – ‘Abådila, Kitâb al-Tajalliyât), dan, bahkan lebih signifikan, untuk menyarankan ‘jaringan’ atau ‘konstelasi’ kiasan Alqur’an yang membentuk keterkaitan mendasar – baik inspirasi maupun penjelasan referensial – antara bab atau bagian Alqur’an, Futûhât, dan masing-masing karya pendek Ibn Arabî tersebut.  

Sementara itu, (Chodkiewicz), peneliti karya-karya (Ibn ‘Arabî) yang tidak diterjemahkan (dan sering tidak diedit ) ini mungkin secara intuitif merasakan, dan bahkan menguraikan, beberapa koneksi dan kiasannya seperti (dapat dilihat) yang secara sistematis hasil dari metode Profesor Chodkiewicz ini berikut contoh-contoh (koneksi dan kiasan)-nya dalam buku ini (dirangkum dalam 35 halaman catatan padat) yang cukup kaya untuk mengarahkan penelitian beberapa generasi sarjana masa depan.  

Memang siapa pun yang telah bergulat secara langsung dengan rentetan rahasia yang terus berulang dan bagian-bagian buram yang dapat ditemukan di seluruh tulisan Shaykh al-Akbar Ibn ‘Arabî mungkin menganggap kedua bab ini sebagai semacam ‘Batu Rosetta’ (b. Arab hajar rashîd, batu yang berisi kunci-kunci untuk menerjemahkan aksara hieroglif Mesir-penj.) dalam penguraian bertahap karya Ibn ‘Arabî.

 Bab terakhir, dengan fokus pada hubungan integral antara praktik keagamaan dan realisasi spiritual dalam semua tulisan Shaykh, kembali ke topik dan ilustrasi (dari Fusûs al- Hikam dan karya terjemahan lainnya) yang akrab bagi khalayak yang lebih luas.  Sekali lagi analisis dan sinopsis terperinci di sini – tentang interaksi antara amal saleh dan pencapaian karamah dalam kitab Mawâqi ‘ al- Nujam;  tentang peran Tuhan dan jiwa individu dalam salat dalam kitab Tanazzulât Mawsilîya;  atau singgungan konstan terhadap dimensi batin salat di seluruh ‘pertanyaan spiritual’ Tirmidhî yang terkenal dalam Bab 73 dari Futûhật – sepenuhnya menunjukkan penguasaan penulis atas seluruh korpus (karya)  ‘Akbari’ dan kekayaan spiritual dari banyak teks ini yang masih menunggu terjemahan untuk dapat dijangkau khalayak yang lebih luas yang layak mereka dapatkan saat ini.  

Setiap penjelasan singkat tentang buku Profesor Chodkiewicz, dengan ilustrasinya yang masif tentang dampak Alqur’an dan (selektif) hadis pada setiap dimensi tulisan Ibn ‘Arabî, hampir tak terelakkan menunjukkan semacam pendekatan terstruktur dan sempit ‘apologetik’, sebuah niat – baik dari Shaykh atau penafsir modernnya – yang sebenarnya hampir bertentangan dengan keadaan sebenarnya.  

Pembaca yang hanya mengetahui banyak studi Barat modern yang menekankan ‘universalitas’ pandangan Shaykh, khususnya, mungkin akan menemukan pendekatan ini agak mengejutkan.  Tetapi paradoks yang nyata ini bukanlah misteri bagi sarjana yang akrab dengan tulisan-tulisan Ibn ‘Arabî sendiri: seperti yang mereka ketahui dari pengalaman mereka sendiri, hal itu mudah dipecahkan begitu seseorang mulai menghargai ‘Realitas’ (Haqîqah) (menggunakan ungkapan Syekh sendiri) yang menjadi tujuan Ibn Arabî. Ungkapan Ibn Arabî sendiri sebenarnya mengacu pada bahasa Arab.  Dan beberapa studi sekunder di bidang ini membawa pembaca lebih dekat dengan pengalaman Alqur’an yang terus-menerus mengungkapkan, lebih dari intelektual, karya yang luar biasa ini.  

Karya-karya Ibn ‘Arabî sendiri merupakan ilustrasi luar biasa dari ‘kenaikan makna’ (mi’raj al-kalimah, meminjam ungkapan Souad al-Hakim) yang secara unik menggambarkan gaya dan pendekatan Ibn Arabî sendiri terhadap wahyu.  Terjemahan bahasa Inggris, yang mencakup indeks substansial dari ayat-ayat Alqur’an dan istilah-istilah teknis (tetapi sayangnya, tidak untuk referensi hadis), cukup mudah dibaca secara keseluruhan, suatu pencapaian yang sangat terpuji mengingat begitu banyak teks asli Prancis ini terdiri dari terjemahan bahasa Ibn ‘Arabî yang terkenal kompleks dan (buku Chodkiewicz) ini merupakan studi mendalam tentang linguistik Arab yang sulit, ekspresi agama dan gramatika.  

James Winston Morris Dipublikasikan dalam Journal of the Muhyiddin Ibn ‘ Arabi Society, vol.  16, p.  87-90 , 19

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *