Categories:

Oleh Is Arya Shaf (mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syariah Hukum, Jurusan Perbandingan Madzhab)

Dalam sejarah telah tercatat,bahwa dilingkungan masyarakat islam dari abad-abad permulaan sampai sekarang terdapat Firqah-firqah dalam i’tiqad yang pahamnya berbada atau bahkan bertentangan secara tajam antara satu dengan yang lain. Ini sudah menjadi fakta yang tak dapat dipungkiri lagi,karna hal yang serupa itu sudah pernah terjadi bahkan hingga sekarang masih ada yang tersisa.Mungkin ada hikmah yang diciptakan Allah yang tidak kita ketahui.Firqah-firqah dalam i’tiqad itu adalah :

-Syiah  (Abdullah bin Saba’)        -Musyabbihah (Abdullah bin Hamid)

-Khawarij (Abdullah ar Rasyidi)  -Bahaiyah (Mirza ‘Ali Muhammad)

-Mu’tazilah (Washil bin ‘Atha)    -Ahmadiyah(Miirza Ghulam Ahmad)

-Qadariyah (Ma’bad al Juhani)     -Ibnu Taimiyah (Ahmad Taqiyuddin)

-Jabariyah (Jahm bin Shafwan)     -Wahabiyah (Muhammad bin A.Wahab)

-Najariyah (Husain bin Muhammad an Najar)

Disamping Firqah / Mazhab Ahlussunnah Wal Jama’ah yang masyhur dengan sebutan lain Sunni, yaitu Firqah / Mazhab jumhur (Mayoritas) ummat islam yang banyak didunia hingga saat ini.

Siapa yang membaca Kitab-kitab Ushuluddin , terutama kitab dalam bahasa Arab,niscaya akan menjumpai paham Firqah / Mazhab tersebut, yang mana antara satu dengan yang lainnya saling bertentangan[1]

Istilah-Istilah Umum

     Dalam memahami soal-soal i’tiqad dalam islam, alangkah baiknya kita ketahui terlebih dahulu istilah-istilah yang terpakai dalam ruang lingkup ini.

      Ushuluddin artinya Pokok Agama.

      Ilmu Ushuluddin artinya Ilmu yang membahas Pokok-pokok agama.

      Didalam Ilmu ushuluddin dibicarakan soal-soal I’tiqad yang menjadi pokok bagi Agama,yaittu :

a.Kepercayaan yang berkorelasi langsung dengan Ketuhanan (Uluhiyyah).

b.Kepercayaan yang berkorelasi dengan Kenabian (Nubuwwah).

c.Kepercayaan yang berkorelasi dengan soal-soal yang ghaib, seperti Akhirat , Surga, Neraka, Dan lain-lain (Sama’iyyah).

d.Dan lain-lain yang ada hubungannya dengan kepercayaan.

      Ilmu ushuluddin terkadang dinamai Ilmu Kalam,yakni Kalam tentang Tuhan karna didalamnya banyak dibicarakan sifat-sifat Tuhan.Ulama dan ahli ilmu Kalam disebut dengan Mutakallimun atau Mutakallimin.

      Ada juga yang menamai ilmu ini dengan ilmu Tauhid, ilmu Aqaid, ilmu Sifat dua puluh.Tetapi, intinya, seluruh nama tersebut bermuara kepada muara yang satu, yaitu ilmu yang dibahas didalamnya soal-soal yang menyangkut kepercayaan.[2]

Arti, Pendiri, Dan Manhaj Aswaja.

        Harfiahnya, arti Ahlussunnah adalah Pengikut sunnah Nabi.Wal jama’ah Adalah Penganut i’tiqad sebagaimana i’tiqad jama’ah sahabat-sahabat Nabi.Kaum Aswaja adalah kaum yang menganut i’tiqad sebagaimana i’tiqad yang dianut oleh Nabi Muhammad Saw dan sahabat-sahabat beliau.

        I’tiqad Nabi dan para Sahabatnya itu telah termaktub dalam alquran dan hadits dengan catatan masih secara terpencar-pencar.Belum tersusun secara rapih dan teratur, tetapi kemudian dikumpulkan dan dirumuskan dengan sistematis oleh seorang ulama ushuluddin yang besar, yaittu Imam Abu Hasan Ali al Asy’ari (Lahir di Basrah tahun 26o H.- wafat dikota yang sama pada tahun 324 H. Dalam usia 64 tahun).

       Karna itu ada orang yang memberi sebutan Aswaja dengan sebutan kaum Asy’ariyyah, dinisbatkan kepada Imam Abu Hasan Ali Al Asy’ari. Sebagaimana dikatakan didalam kitab Itttihaf Saadatul Muttaqin karangan Imam Muhammad bin Muhammad al Husni az Zabidi,yaitu syarah / penjelas dari kitab Ihya ulumiddin karangan Imam Ghazali, pada jilid II , halaman 6 yaitu :

اذا أطلق أهل السنة فاالمراد به الأشاعرة و المتردية                  

         إتحاف سادات المتقين  ج 2 ص 6

Artinya :

 Apabila disebut kaum Aswaja , Maka yang dimaksud adalah orang orang yang mengikuti Manhaj imam Asy’ari dan Manhaj Imam alMaturidi[3].

Siapa Abu Mansur al Maturidi ?

       Abu Mansur al Maturidi adalah seorang ulama Ushuluddin yang manhaj i’tiqadnya hampir sama bahkan serupa dengan manhaj Abu Hasan al Asy’ari.Beliau wafat disebuah desa bernama Maturidi – Samarqand, di Asia Tengah pada tahun 333 H, 9 tahun setelah wafatnya imam Abu Hasan al Asy’ari.

[4]

Firqah firqah Dalam Islam

        Dalam Sejarah Islam telah tertulis adanya firqah (golongan) dilingkungan umat islam itu sendiri, yang bahkan antara satu sama lain saling bertentangan pahamnya secara tajam yang sulit untuk didamaikan, apalagi untuk disatukan.Hal ini sudah menjadi fakta sejarah yang tidak bisa dipungkiri.

        Dan barang siapa yang membaca kitab-kitab Ushuluddin baik yang kuno maupun yang kontemporer akan menjumpai didalamnya nama-nama seperti, Syi’ah, Khawarij, Mu’tazilah, Qadariyah, Jabariyah, Mujassimah, Bahaiyyah, Ahmadiyyah, Dan lain sebagainya.

         Umat islam, khususnya mereka yang mumpuni dalam ilmu agama tidak akan heran menjumpai perbedeaan tersebut, karna Nabi Muhammad Saw sudah mengabarkan kabar ini pada masa beliau masih hidup.

Diantara hadits-hadits tersebut :

         Bersabda Nabi Muhammad Saw.:

فإنه من يعش منكم من بعدي فسيري إختلافا كثيرا فعليكم بسنتي و سنة الخلفاء الراشدين المهديين تمسكو بها وعضو عليها بالنواجز.رواه ابو داود. جزءالرابع صحيفة 201

       Artinya :

          “Maka bahwasannya siapa yang hidup lama diantaramu, niscaya akan melihat perselisihan (paham yang banyak. Ketika itu peganglah teguh Sunnahku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin Yang diberi hidayah.Pegang teguhlah itu dan gigitlah dengan gerahammua”(Hadits riwayat imam Abu Daud,Dll.Sunan Abu Daud Juz 5 , halaman 201)

[5]

          Bersabda Nabi Muhammad Saw.:

إن بني إ سراءيل تفرقت علي ثنتين و سبعين ملة و تفترق أمتي علي ثلاث و سبعين ملة كلهم في النا ر الا ملة واحدة , قالو : و من هي يا رسول الله ؟ قال : ما أ نا عليه  و أصحا بي . رواه الترمزي

Artinya :

            “Sesungguhnya Bani Israil telah tercerai berai sebanyak 72 golongan, dan Umatku akan tercerai berai sebanyak 73 golongan, semuanya masuk neraka kecuali satu.” Sahabat yang mendengar ucapan ini bertanya : “Siapakah yang satu itu ya Rasulallah?” Nabi menjawab : “Yang satu ialah orang yang berpegang (beri’tiqad) sebagaimana peganganku dan pegangan Sahabat-sabatku”(Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi,Shahih Tirmidzi Juz 10,halaman 109)[6]

          Bersabda Nabi Muhammad Saw :ا

والذي نفس محمد بيده لتفترق أمتي علي ثلاث و سبعين فرقة واحدة في الجنة وثنتان و سبعون في النار, قيل : من هم يا رسول الله ؟ قال : أهل اسنة و الجماعة. رواه الطبراني

Artinya :

            “Demi Tuhan yang jiwa muhammad berada dalam genggamanNya, akan bercerai berai ummatku sebanyak 73 golongan , yang satu masuk surga dan yang lain masuk neraka”.Bertanya para Sahabat : “ Siapakah firqah (yang tidak masuk neraka) itu Ya Rasulallah?”.Nabi Menjawab : “AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH”.(Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Thabrani).[7]

         Hadits serupa juga bisa ditemukan didalam kitab “Al Milal wan Nihal” Juz 1 Halaman 11, karangan Syahrastani (Wafat:548 H).

         Dan sekarang siapapun yang meneliti sejarah perkembangan islam baik dari zama dahulu maupun hingga kontemporer hingga saat ini maka akan menjumpai kenyataan tersebut.

         Tertera didalam kitab Bughyatul Mustarsyidin, karangan Mufti Syaik Sayyid Abdurrahman bin Muhammad bin Husein bin Umar, yang terkenel dengan gelar Ba’Alawi, pada halaman 398, cetakan Mathba’ah Amin Abdul Madjid Cairo, bahwa 72 firqah yang sesat itu berpokok pada 7 firqah, yaitu :

1. Kaum Syi’ah, kaum yang menDewakan Sayyidina Ali Ra. Mereka tidak mengakui Khalifah selain sayyidina Ali. Kaum Syi’ah terpecah menjadi 22 aliran.

2. Kaum Khawarij, yaitu kaum yang berlebihan dalam membenci sayyidina ali.Bahkan, Diantaranya ADA YANG MENGKAFIRKAN SAYYIDINA ALI. Firqah ini berfatwa bahwa bahwa orang orang yang berbuat dosa besar menjadi kafir.

3. Kaum Mu’tazilah, yaitu kaum yang berpaham bahwa tuhan tidak punya sifat,manusia membuat pekerjaannya sendiri tanpa ada campur tangan kuasa tuhan,bawha tuhan tidak bisa dilihat dengan mata didalam surga,orang yang mengerjakan dosa besar diletakkan diantara dua tempat,dan Mi’raj Nabi Muhammad Saw hanya dengan ruh saja, dan lain lain. Kaum Mu’tazilah berpecah menjadi 20 aliran.

4. Kaum Murjiah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa berbuat ma’siyat tidak memberikan pengaruh apapun kalau sudah beriman, sebgaimana kebajikan tidak berpengaruh apapun jika kafir.

5. Kaum Najariyah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa perbuatan manusia adalah makhluk, yakni dijadikan tuhan, tetapi mereka berpendapat bahwa sifat tuhan itu tidak ada.Kaum Najariyah pecah menjadi 3 Aliran.

6. Kaum Jabariyyah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa manusia majbur, artinya manusia tidak berdaya apa-apa. Kasab atau usaha tidak ada sama sekali dalam pandangan mereka.

7.  Kaum Musyabbihah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa ada keserupaan antara tuhan dengan manusia, seperti bertangan, berkaki, duduk diatas kursi, naik tangga, turun tangga, dan lain sebagainya.

Jadi, jumlahnya adalah :

              1. Kaum Syi’ah  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22 aliran.

              2. Kaum Khawarij . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .20 aliran.

              3. Kaum Mu’tazilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .20 aliran.

              4. Kaum Murjiah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 aliran.

              5. Kaum Najariah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3 aliran.

              6. Kaum Jabariyyah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 aliran.

              7. Kaum Musyabbihah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 aliran.

                    Jumlah total : ………………………………………72 aliran.

Kalau ditambah dengan satu aliran lagi dengan kaum Aswaja maka sudah rangkap menjadi 73 firqah, sebagaimana yang diterangkan oleh Nabi Muhammad Saw dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi.

Demikian keterangan yang tercantum didalam kitab Bughyatul Mustarsyidin.

Adapun kaum Qadariyah itu termask kepada golongan kaum Mu’tazilah, kaum Bahaiyyah dan Ahmadiyyah masuk dalam golongan Syi’ah, kaum Ibnu Taimiyyah masuk dalam golongan Musyabbihah, dan kaum Wahabi termasuk dari implementasi paham Ibnu Taimiyah.[8]

I’tiqad pada Masa Hidup Nabi Muhammad Saw Dan Setelah Wafatnya

        Pada masa beliau masih hidup, semuanya mudah dan terkendali, karna segala sesuatu dapat ditanyakan secara langsung dari sumbernya.Mudahnya segala sesuatu yang berkaitan dengan ketuhanan, kenabian, perkara-perkara yang ghaib semuanya dibentangkan didalam alquran pada pelbagai surat dan ayat yang berbedea penempatannya.Jika ada sesuatu yang kurang dipahami maka para Sahabat dapat bertanya langsung kepada Nabi Muhammad Saw yang langsung dijawab serta dijelaskan oleh Nabi arti yang hakiki dari ayat-ayat itu, sehingga tidak memungkinkan adanya perselisihan, karna semuanya berasal dari muara yang satu yaitu Nabi Muhammad Saw.

         Makhluq Mulia yaitu Nabi Muhammad Saw wafat pada tanggal 12 Rabiul Awwal Tahun 11 Hijriah, bertepaan dengan 8 juni 632 M.

         Saat hari beliau telah wafat sebagian kaum Anshar (Sahabat-sahabat nabi yang dari Madinah) berkumpul disatu balai desa yang bernama Saqifah Bani Sa’idah untuk mencari Khalifah (Pimpinan pengganti Nabi Muhammad Saw).Kaum Anshar ini dipimpin oleh Sa’ad bin Ubadah (Pimpinan pusat Anshar dari suku Khazraj).

         Mendengar berita ini kaum Muhajirin (Sahabat-sahabat nabi yang dari Makkah pindah ke Madinah) datang bersama-sama kebalai desa tersebut,dengan dipimpin oleh Sayyidina Abu Bakar Shiddiq Rda.

         Setelah melewati musyawarah yang panjang dan sengit antara kaum Anshar dan Muhajirin yang setiap salah satunya mengajukan calon masing masing.Dari kaum Anshar mengajukan Sa’ad bin Ubadah, sedangkan dari kaum Muhajirin mengajukan Sayyidina Abu Bakar Shiddiq Rda , Bersepakatlah keduanya untuk mengangkat Sayyidina Abu Bakar Shiddiq Rda sebagai Khalifah (Pengganti) Rasulullaah.

         Dalam rapat itu tidak ada seorangpun yang mengajukan Sayyidina Ali bin Abi Thalib Rda sebagai khalifah pertama untuk menggantikan Nabi Muhammad Saw .Paham Kaum Syi’ah belum ada pada waktu itu.Yang ada hanya kaum Anshar dan Muhajirin, tetapi ternyata bahwa perselisihan pendapat yang terjadi pada saat itu TIDAK MENIMBULKAN FIRQAH APAPUN DALAM USHULUDDIN,karna perselisihan pendapat sudah selesai pada saat Sayyidina Abu Bakar Shiddiq Rda sudah terangkat secara aklamasi.

          Lalu,pada tahun 30 Hijriyyah timbullah Paham Syi’ah yang diapi-apikan oleh Abdullah bin Saba’ yang beroposisi terhadap kekhalifahan Sayyidina Utsman bin Affan.Abdullah bin Saba’ adalah seorang pendeta yahudi dari Yaman yang yang masuk islam.Ketika ia datang ke Madinah, masyarakat sekitar pun abai saja tidak memperdulikan dia siapa, merasa dirinya tidak mendapatkan penghargaan yang layak dari Khalifah dan ummat Islam yang lain,Oleh karna itulah mulai timbul rasa jengkel dalam hatinya.

        Sesudah terjadi peperangan Siffin , peperangan saudara seiman, yaittu antara tentara Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan tentara Mua’wiyah bin Abi Sufyan (Gubernur Syria) pada tahun 37 Hijriyyah, Timbullah firqah Khawarij, yaitu orang orang yang keluar dari barisan Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidina Mua’wiyah bin Abi Sufyan.Hingga beberapa dekade kemudian bertelur pula paham paham yang keliru tentang tawassul dan wasilah, tentang ziarah dan istigatsah dari Ibnu Taimiyah.[9]

Kaum Aswaja Muncul Pada Abad Ke III Hijriyyah

        Sebagai reaksi dari firqah firqah yang sessat tadi, maka pada akhir abad ke 3 hijriah timbullah golongan yang bernama Kaum Ahlussunnah Wal Jama’ah ,yang dikepalai oleh dua orang Ulama besar dalam Ushuluddin, yaitu Imam Abu Hasan al Asy’ari dan Abu Mansur al Maaturidi.

         Sebutannya terkadang diringkas dengan sebutan Sunni, Aswajaa, Asyariyyah, Maturidiyyah, dan lain sebagainya, Dinisnbatkan kepada dua Guru Besar tadi.

         Sejarah ringkas satu Guru Besar ini  seperti berikut  :

         Nama lengkap beliau adalah Abu Hasan Ali bin Ismail bin Abi Basyar, Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abu Musa al Asyari.Yang terakhir ini adalah seorang sahabat Nabi yang terkenal.

         Abu Hasan lahir di Bashrah (Iraq) tahun 260 H,55 tahun setelah meninggalnya Imam Syaafi’i Rda dan meninggal dikota yang sama pada tahun 324 H, dalam usia 64 tahun.

         Beliau pada asalnya adalah murid dari bapak tirinya, yaitu seorang Ulama besar kaum Mu’tazilah, Syaikh Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahab al Juba’i (meninggal tahun 303 H), tetapi kemudian beliau taubat dan keluar dari mazhab Mu’tazilah itu.Pada masa itu (abad ke III Hijriah ) banyak sekali Ulama ulama Mu’tazilah yang mengajar di Bashrah, Kufah, dan Baghdad.

          Ada 3 orang Khalifah Abbasiyyah yaitu Ma’mun bin Harun ar Rasyid (198 – 218 H) , Al Mu’tashim (218 – 227 H) dan Al Watsiq (227 – 232 H ). Mereka adalah Khalifah yang menganut bahkan mendaklarasikan faham Mu’tazilah sebagai ideologi nasional, maka tidak heran jika pada masa itu kaum Mu’tazilah mencapai masa keemasannya, karna mereka mendapat Dukungan utama dari pihak pemerintah.

         Dalam sejarah diberitakan, bahwa pada zaman itu terjadilah peristiwa yang masyhur dengan tragedi “fitnah Qur’an makhluq” yang mengorbankan ratusan bahkan ribuan ulama yang pahamnya bertolak belakang dengan mereka.

         Salah satu penganutnya adalah Imam Abu Hasan al Asy’ari yang belajar pada Grand Syaikh dari Mu’tazilah, yaitu Muhammad bin Abdul Wahab al Juba’i (Wafat 303 H). Dan pembaca jangan sampai keliru, Muhammad bin Abdul Wahab yang dimaksud tadi BUKAN MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB PEMBANGUN MAZHAB WAHABI DI NEJDI (1115 – 1206 H) .

          Setelah Melalui Kontemplasi dan Meditasi yang panjang akhirnya beliau menyadari, bahwa dalam  pemahaman kaum Mu’tazilah banyak terdapat kesalahan-kesalahan yang fatal, banyak yang bertentangan dengan i’tiqad dan pemahaman Nabi Muhammad Saw dan Sahabat-sahabatnya, bahkan tidak jarang banyak yang bertentangan dengan Al quran.

          Oleh sebab itu, beliau keluar dari golongan Mu’tazilah dan bertaubat pada Allah atas kesalah-kesalahannya yang telah lalu. Tidak hanya itu, bahkan dikemudian hari beliau penantang yang tampil digaris terdepan untuk melawan dan meruntuhkan seluruh doktrin kaum Mu’tazilah yang salah itu.

            Pada suatu hari,  beliau naik kesebuah mimbar dimasid pusat dikota Bashrah dan berorasi dengan orasi yang berapi api, dengan suara yang gagah nan lantang dan didengar oleh banyak kaum Muslimin , beliau berkata :

          “Saudara-saudaraku kaum Muslimin yang Terhormat!

          Siapa yang telah mengenaliku,maka inilah diriku. Tetapi bagi siapa yang belum mengenal siapa diriku, maka ketahuilah inilah diriku Abu Hasan Ali al Asy’ari anak dari Ismail bin Abi Basyar . Dulu aku berpendapat bahwa Quran itu Makhluq, bahwa Tuhan Allah tidak bisa dilihat dengan mata kepala di Akhirat, dan bahwasannya Manusia itu menciptakan sendiri perbuatannya, serupa dengan kaum Mu’tazilah.

          Nah, sekarang dengan lantang dan terus terang bahwa DIRIKU TELAH TAUBAT DARI SELURUH DOKTRIN MU’TAZILAH dan SEKARANG SAYA LEMPARKAN KEYAKINAN MU’TAZILAH ITU SEPERTI SAYA MELEMPARKAN BAJU INI (seketika dibuka dan dilempar baju beliau) DAN SAYA SIAP SETIAP SAAT UNTUK MERUNTUHKAN DOKTRIN MU’TAZILAH YANG SALAH DAN SESAT ITU ! “

         Dari mulai saat itu Imam Abu Hasan al Asy’ari berjuang untuk melawan doktrin kaum Mu’tazilah baik dengan lisan ataupun tulisan, berdebat dan bertanding dengan kaum Mu’tazilah kapanpun dan dimanapun. Merumuskan, menyusun, membangun Fondasi kaum Aswaja dalam kitab-kitabnya, sehingga beliau terkenal sebagai simbol “Singa Podium” , Ulama Tauhid yang dapat menekuk lututkan dan membumi hanguskan Doktrin kaum Mu’tazilah yang salah itu.

         Beliau mengkombinasikaan sebaik-baiknya pemahaman yang bersumber dari Quran, Hadits, Dan Ijma’ Sahabat Nabi[10].

          Bertutur Imam az Zabidy, pengarang kitab “Ittihaf saadatil Muttaqin Syarh Ihya Ulumiddin, Jilid 2 Hal 7” : “Imam Asy’ari mengarang kitab kurang lebih sebanyak 200 kitab !”

           Diantaranya yang paling masyhur , yaitu :

  1. Al-Ibanah fi Ushuluddiyanah , 3 Jilid Besar.
  2. Maqaalatul Islamiyyin.
  3. Al Mujaz , 3 jilid besar.

            Keistimewaan Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam membangun fondasinya ialah dengan mennggunakan bahan-bahan yang kokoh, seperti Alquran dan Hadits dengan disertai pertimbangan Akal dan Pikiran, tidak seperti kaum Mu’tazilah yang mendasarkan pikirannya kepada akal dan falsafah yang berasal dari Yunani kuno dalam membicarakan Ushuluddin dan tidak pula seperti kaum Mujassimah yang hanya mengandalkan Arti Lahir dari Alquran dan Hadits, sehingga mengatakan bahwa allah itu bertangan dan berwajah.

           Akhirnya setelah melewatti cobaan dan rintangan yang berat, Alhamdulillah dengan Izin Allah akhirnya Imam Abu Hasan al Asy’ari dapat menegakkan sendi-sendi Aswaja. Lalu, pada Qurun berikutnya muncullaah Ulama-Ulama besar Kaum Aswaja yang mengadopsi menyebarluaskan doktrin doktrin yang dibangun oleh Imam Abu Hasan kepada murid-muridnya dan  masyarakat sekitar, diantaranya :

  1. Imam Abu Bakar al Qaffal ( W 365 H).
  2. Imam Abu Ishaq al Asfaraini (W 411 H).
  3. Imam al Hafizh al Baihaqi ( W 458 H).
  4. Imamul Haramain Al Juwaini (W 460 H).
  5. Imam al Qasim al Qusyairi (W 465 H).
  6. Imam al Baqilani (W 403 H).
  7. Syaikhul Islam Abu Hamid al Ghazali  (W 505 H).
  8. Imam Fakhruddin ar Razi (W 606 H).
  9. Sulthanul Ulama Imam Izzuddin bin Abdussalam (W 660 H).

               Yang tidak jauh dengan zaman kita :

  1. Syaikhul Islam Abdullah asy Syarqawi (W 1227 H) Pengarang kitab tauhid yang mashur dengan sebutan Kitab Syarqawi.
  2. Syaikhul Islam Ibrahim al Baijury (W 1272 H) Pengarang kitab tauhid “Tahqiqul Maqam fi Kifayatil Awam”, dan kitab “Tuhfatul Murid Ala Jauharit Tauhid”.
  3. Syaikhul Indunisy Muhammad Nawawi Bantan(W 1315 H) , Seorang ulama indonesia yang produktif dalam menghasilkan karya, diantaranya “Tijan ad Durari” dan “Fathul Madjid”.
  4. Syaikh Husein bin Muhammad al Jasar at Tharablus, pengarang kitab “Hushunul Hamidiyyah”.

         Adapun Imam Mansur al Maturidi yang dianggap juga sebagai pembangun mazhab Aswaja nama lengkapnya ialah Muhammad bin Muhammad bin Mahmud.Beliau pun berjasa besar dalam mengumpulkan, merincikan,dan mempertahankan Akidah Aswaja dari serangan kaum ahli Bid’ah.

         Dunia islam dari zaman dahulu hingga sekarang telah sepakat bahwa kedua orang  tadilah-Abu Hasan & Abu Mansur-sebagai dua guru besar bahkan seorang proklamatator utama dalam ilmu tauhid.Satu hal lagi yang harus diketahui bahwa dunia islam pun sepakat bahwa fatwanya Imam Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali adalah fatwa yang benar.

          Jika kita melihat data dunia, dari Barat ke Timur atau dari Utara ke Selatan dan bertanya tanya tentang Madzhab dalam Furu’ syariat dan doktrin I’tikad disuatu daerah, maka saudara akan mendaapatkan data :

  1. Di Maroko Madzhab Maliki.
  2. Di Aljazair Madzhab Hanafi.
  3. Di Tunisia Madzhab Hanafi.
  4. Di Libya Madzhab Hanafi.
  5. Di Turki Madzhab Hanafi.
  6. Di Mesir Madzhab Hanafi dan Syafi’i.
  7. Di Iraq Madzhab Hanafi dan Sebagian kecil Syi’ah (Najaf-Karabela).
  8. Di India Madzhab Hanafi.
  9. Di Pakistan Madzhab Hanafi dan Sebagian kecil Syi’ah Isma’iliyyah (Agha           Khan).
  10. Di Indonesia Madzhab Syafi’i.
  11. Di Philipina Madzhab Syafi’i.
  12. Di Thailand Madzhab Syafi’i.
  13. Di Malaysia Madzhab Syafi’i.
  14. Di Somalia Madzhab Syafi’i
  15. Di Sudan Madzhab Hanafi.
  16. Di Nigeria Madzhab Hanafi.
  17. Di Afghanistan Madzhab Hanafi.
  18. Di Lebanon Madzhab Hanafi,sebagian kecil ada yang Syi’ah.
  19. Di HadlraMaut  Madzhab Syafi’i.
  20. Di Hijaz Madzhab Syafi’i dan Hanafi sebagian kecil ada Hanbali/Wahhabi.
  21. Di Nejdi Madzhab Hanbali/Wahhabi.
  22. Di Yaman Madzhab Zaidiyyah (Syi’ah) , sebagian ada yang Syafi’iyyah (Aswaja).
  23. Di Iran Syi’ah Dua Belas
  24. Di Rusia 90% dari 24.000.000 Muslim adalah hanafi , 10% Syi’ah.
  25. Di Tiongkok Hanafi.

          Begitulah daftar pada umumnya.Entah terlepas bahwa fakta diatas benar atau tidak,setidaknya sebagian besar umat islam saat ini lebih mendominasi kepada madzhab Aswaja.

           Inilah salah satu keistimewaan Aswaja, Selain dibangun dengan fondasi yang serius,tapi juga mudah untuk diterima oleh siapapun dan kapanpun.[11]


[1] I’tiqad Ahlus SUnnah Wal Jama’ah, K.H Siradjuddin Abbas , CV.PUSTAKA TARBIYAH-JAKARTA 2005M

[2] I’tiqad Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, K.H. Siradjuddin Abbas, CV. PUSTAKA TARBIYAH-JAKARTA 2005M

[3] Ihya Ulumiddin, Jilid 2, Halaman:6,  Imam Ghazali

[4] I’tiqad Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, K.H. SIradjuddin Abbas, CV.PUSTAKA TARBIYAH-JAKARTA 2005M

[5] H.R Imam Abu Daud,Dll, Sunnan Abu Daud Juz 5 Halaman: 201

[6] H.R. Imam Tirmidzi, Shahih Tirmidzi Juz 10, Halaman: 109

[7] H.R. Imam Thabrani

[8] I’tiqad Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, K.H. Siradjuddin Abbas, CV.PUSTAKA TARBIYAH-JAKARTA 2005M

[9] I’tiqad Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, K.H. Siradjuddin Abbas, CV.PUSTAKA TARBIYAH-JAKARTA 2005M

[10] Zhuhrul Islam, Ahmad Amin, Cetakan ke 3 Nahdlah Masriyyah- Kairo 1964 M – 1384 M

[11] I’tiqad Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, K.H. Siradjuddin Abbas, CV.PUSTAKA TARBIYAH-JAKARTA 2005M

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *