Kemarin lusa, 17 Mei, adalah hari buku nasional. Soal ini, ada beberapa buku yang cukup mempengaruhi cara pandang saya. Di antaranya The Hound of Baskervilles, karya Sir Arthur Conan Doyle. Ya, ini novel. Tentang petualangan Sherlock Holmes dan sahabatnya, Dr Watson. 

Ini novel bagus. Berbeda dengan karya Agatha Christie yang pelan disertai plot yang detail, karya Sir Arthur cenderung bergegas dengan tetap menjaga alur dan kejutan di akhir cerita. Oke, novel yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Anjing Neraka dari Baskervilles ini mempesona. Bukan saja pada karakter penokohan yang kuat, tapi juga pada plot twist. Silahkan dibaca saja. Asyik, kok!

Mengapa novel ini mempengaruhi cara pandang saya? Ya, karena Sir Arthur melalui Holmes mengajarkan sikap kritis, mempertanyakan semua informasi yang ada, dan selalu ada penjelasan logis atas semua peristiwa. Sebagaimana karya lainnya, Sir Arthur mengajak pembaca secara perlahan berpikir deduktif, dan yang paling penting: “Meragukan semua informasi, hingga terbukti kebenarannya!”

Di novel ini, Holmes dan Watson menghadapi satu kasus yang rumit. Mitos kutukan keluarga kaya Baskervilles yang dipercayai turun temurun, cerita anjing neraka yang mengerikan, hingga cerita horor yang membuat penduduk desa menjauh. Apakah Holmes langsung menelan mentah-mentah kisah ini? Tidak. Dia mengumpulkan fakta dan cerita yang berserak menjadi puzzle yang utuh dan secara deduktif dia menyusun pertanggungjawaban. 

Dalam menelaah kejadian irasional, supranatural, dan horor, Holmes dan Watson menggabungkan kejelian dan nalar kritis, kriminologi dan forensik, dan sesekali sains yang dirajut dalam investigasi ciamik. Dalam serial Sherlock Holmes yang dibintangi Benedict Cumberbatch maupun dwilogi yang dibintangi Robert Downey Jr, pola seperti ini terlihat. 

Di Indonesia, nalar mistis masyarakat masih terpaku pada mitologi, lebih tepatnya legenda, tuyul dan babi ngepet. Pesugihan hitam untuk kekayaan. Keberadaannya samar. Antara ada dan tiada. Kalaupun ada, gambarannya lebih bersifat sinematik: digarap penulis skenario dan diarahkan sutradara dengan wujud sinetron dan film. Dan, inilah yang mengakar di alam bawah sadar masyarakat.

Soal tuyul dan babi ngepet biasanya

malah berkembang dalam masyarakat tradisional Indonesia. Mitos yang dipercaya secara turun temurun. Karena itu cerita babi ngepet tidak kita jumpai dalam folklore di etnis Tionghoa atau masyarakat Eropa pasca Renaissance, misalnya. Cerita tutur kaya mendadak karena pesugihan memang ada dalam dongeng Arab berwujud Aladin dan Lampu Ajaib tapi kini sudah tidak populer.

Di Indonesia, lebih tepatnya di Jawa, babi ngepet malah menjadi isu untuk menjatuhkan mereka yang bekerja keras mengangkat kesejahteraan keluarga. Kalau ada tetangga kaya dalam waktu cepat, padahal dia tampak ongkang-ongkang nganggur, maka isunya dua: kalau dia perlente, diisukan korupsi, kalau dia bertampang kere isu pesugihan hitam ini yang jadi bidikannya. Padahal, mereka bekerja dalam senyap mengandalkan teknologi: jualan secara daring, misalnya.

Kasus babi ngepet yang heboh beberapa waktu lalu di Sawangan Depok dan Bojonggede Bogor membuka kedok ini. Dua orang menjadi inti cerita. Perempuan paranormal menuduh tetangganya punya babi ngepet dan videonya viral, akhirnya malah minta maaf dan diusir penduduk dari lingkungannya akibat fitnahan ini. Satu lagi tokoh masyarakat yang memanfaatkan isu ini untuk mengerek popularitasnya. 

Dia menangkap isu ini dengan cara beli babi anakan secara daring, dilepas malam hari dan diarahkan agar masuk perangkap, dikemas dengan cerita mistis begini begitu, dan pada akhirnya polisi membongkar keculasannya. 

Dari sini saya punya kesimpulan awal, cerita mistis dan kengerian soal misteri seringkali berpotensi dimanfaatkan secara ekonomi. Nalar magis-mistis masyarakat menjadi obyek yang menghasilkan. Dari paranormal gadungan untuk mengerek kharismanya hingga modus persaingan bisnis.

Serial kartun Scooby-Doo seringkali menceritakan soal modus beginian dan pembongkaran kedoknya versi gayanya yang jenaka. Kemunculan hantu atau monster yang meneror masyarakat ternyata hanya ulah seseorang atau kelompok yang merekayasanya demi tujuan tertentu.

Atau Sherlock Holmes yang dalam versi novel maupun serial dan film melakukan pembongkaran modus beginian. Hal-hal yang masih abu-abu, gelap, dan belum tersingkap juga yang membuat orang ketakutan, secara logika dijelaskan plotnya melalui sains juga investigasi mendalam.

Dari tulisan di atas, pertanyaan terpenting-nya adalah, siapa nama ayah tiri Doraemon?

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *