Sependek pengamatan saya yang jomblo ini dan entah kapan akan menikah, candaan yang paling sering terlontar pada malam Jum’at adalah hal yang berkaitan dengan intim.

Sebetulnya, tidak ada dalil yang menunjukkan akan kesunnahan hal tersebut. Namun, sebagian ulama ada yang menganjurkannya dengan memandang hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

من اغتسل يوم الجمعة غسل الجنابة ثم راح فكأنما قرب بدنة

Barang siapa yang mandi pada hari Jum’at dengan mandi janabah, kemudian ia berangkat, maka seakan-akan ia mendekatkan diri kepada Allah dengan seekor unta.

Imam Nawawi berkata:

قوله صلى الله عليه وسلم “من اغتسل يوم الجمعة غسل الجنابة” معناه غسلا كغسل الجنابة في الصفات هذا هو مشهور في تفسيره.

Sabda Rasulullah; “barang siapa yang mandi pada hari Jum’at dengan mandi janabah” maknanya adalah mandi dengan tata cara mandi janabah, inilah penjelasan yang masyhur tentang hadits ini.

و قالوا بعض أصحابنا : المراد غسل الجنابة حقيقة. و قالوا و يستحب له مواقعة زوجته ليكون اغض للبصر و اسكن لنفسه.

Sebagian Ashab Syafi’iyyah berkata; yang dimaksud dari mandi janabah ya mandi janabah. Bahkan mereka berkata; dianjurkan untuk mendatangi istrinya agar dapat lebih menjaga pandangan, dan menenangkan dirinya.

و هذا ضعيف أو باطل، و الصحيح ما قدمناه (شرح صحيح مسلم ج ٦ ص ١٣٥)

Pendapat ini dinilai lemah, atau justru bathil. Pendapat yang benar tentang penjelasan hadits ini adalah pendapat yang kami paparkan pertama kali. (Kitab Syarh Shahih Muslim jilid 6 hal 135)

Ibnu Hajar Al-asqolani juga menuangkan hal yang sama, beliau berkata:

و في رواية ابن جريج عن سمي عن عبد الرزاق: فاغتسل أحدكم كما يغتسل الجنابة. و ظاهره أن التشبيه الكيفية لا للحكم و هو قول الاكثر.

Dalam riwayat Ibnu Juraij dari Sumay dari Abdurrazaq: maka hendaknya kalian mandi sebagaimana mandi janabah. Zhahirnya hadits dipahami bahwa perumpamaannya dari segi cara, bukan hukum. Inilah yang menjadi pendapat kebanyakan ulama.

و قيل: فيه إشارة إلى الجماع يوم الجمعة ليغتسل فيه من الجنابة. و الحكمة فيه: أن تسكن نفسه في الرواح إلى الصلاة، و لا تمتد عينه إلى شيء يراه.

Dikatakan: dalam hadits ini ada isyarat untuk berjima’ dihari Jum’at, agar dia mandi janabah. Hikmahnya agar ia bisa lebih tenang ketika berangkat shalat, dan matanya tidak melirik ke sesuatu yang ia lihat.

قال النووي: ذهب بعض أصحابنا إلى هذا و هو ضعيف أو باطل، و الصواب الاول. وقد حكاه ابن قدامة عن الْإمام أحمد، وَثبت أَيضا عن جماعة من التابعين، وقال الْقرطبي إِنه أنسب الْأقوال، فلا وجه لادعاء بطلانه، وإِنْ كان الْأول أَرجح. (كتاب فتح الباري ج ٢ ص٣٦٦)

Imam Nawawi berkata: sebagai Ashab Syafi’iyyah condong terhadap pendapat kedua, dan itu pendapat yang lemah atau bathil. Pendapat yang benar adalah yang pertama.

Diriwayatkan dari Ibnu Qudamah dari Imam Ahmad, dan juga dari sebagian kelompok dari tabi’in, dan iman qurtubi menyatakan bahwa pendapat kedua merupakan pendapat yang lebih cocok, maka tidak ada celah untuk menyatakan pendapat kedua itu bathil, meskipun pendapat pertama lebih kuat. (Kitab Fathul Bari jilid 2 hal 366).

Walhasil mandi dihari Jum’at merupakan kesunnahan untuk berangkat menuju masjid dan berkumpul sesama umat muslim, dan tidak ada kaitannya dengan istri ataupun kegiatan yang lainnya.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *