Arsitektur masjid yang berkubah, sejatinya mengadopsi arsitektur gereja Hagia Sofia (Aya Sofia) yang berkubah. Sultan Muhammad al-Fatih II yang menaklukkan Konstantinopel, yang lalu dirubah namanya menjadi Istambul, kagum akan arsitektur gereja Aya Sophia dengan lingkaran kubah besar yang dikelilingi oleh kubah-kubah kecil itu. Kemudian beliau memperkenalkan arsitektur mesjid berkubah ke seluruh negeri yang dikuasai oleh Kekhalifahan Turki Utsmani.
Ibrah yang bisa dipetik adalah bahwasanya Islam itu sangat menghargai budaya dan kesenian yang berasal dari manapun asalkan indah dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Bahkan nilai-nilai keislaman itulah yang mewarnai budaya-budaya di mana Islam berkembang. Karena itu di Indonesia ada istilah Islam Nusantara, yang maksudnya budaya-budaya Nusantara yang sudah disesuaikan dengan nilai-nilai Keislaman, sehingga menjadi budaya yang luhur, indah, penuh filosofi dan religius khas umat Islam di Indonesia. Di antara budaya itu adalah songkok/peci hitam, bedug penanda masuknya waktu sholat, tahlilan, terbangan, nujuh bulanan, halal bi halal, gapura, mesjid dengan kubah berbentuk limas, dan sebagainya.
Begitu pula mesjid di daerah Cina, sudah barang tentu bergaya Cina. Mesjid di Wilayah Afrika, dan wilayah lainnya tentu akan disesuaikan dengan budaya setempat. Karena itu sangat memprihatinkan jika ada sekelompok umat Islam yang beragama secara nafsu dan dilandasi kebodohan, sehingga menimbulkan fanatik buta serta pemahaman agama yang ngawur dan sesat. Mereka menganggap bahwa yang Islami itu hanyalah yang berasal dari Arab. Budaya-budaya Islam Nusantara sebagai kearifan lokal yang diprakarsai oleh Wali Songo itu ingin diberangus dengan stigma musyrik, kafir atau bid’ah. Sungguh naif dan picik sekali wawasan Keislaman mereka.
Maka langkah ber-Islam yang moderat (tawassuth, lentur) diperlukan untuk menampilkan citra Islam yang rahmatan lil alamin. Bergurulah kepada ulama yang memiliki sanad keilmuan hingga Rasulullah Saw, berakhlak mulia, berwawasan luas, serta melihat umat dengan pandangan kasih sayang.
No responses yet