Apa sih sebenarnya arti dan asal muasal dari kata Fulan ini? Di dalam tulisan kali ini akan dibahas sekilas mengenai jawaban dari pertanyan-pertanyaan tadi.

Bagi kalangan santri atau mereka yang sedang mempelajari kitab klasik, istilah Fulan tentunya bukan sesuatu yang asing di telinga mereka. Istilah Fulan ini bisa dibilang sangat akrab dengan keseharian mereka, sebab istilah ini memang tak jarang dan kerap kali muncul dalam pembahasan kitab-kitab klasik saat pengajian.

Para ahli linguistik Arab semuanya sependapat, bahwa kata Fulan ini adalah sebuah bentuk kinayah dari nama-nama kita. Artinya kinayah ini mempunyai makna yang global, yaitu sangat umum dan tidak terbatas dan terikat kepada seseorang dan siapapun. Jadi singkatnya, kata Fulan ini bisa diartikan dengan seseorang. Namun seseorang dalam kata Fulan ini sangatlah umum dan terbatas pada seseorang tertentu, karena tadi sudah dijelaskan bahwa maknanya itu global.

Dalam ilmu nahwu mungkin kita akan mengenal istilah isim nakiroh, yaitu sebuah kata benda yang mempunyai makna global. Dan jika kita ingin membuat kata global tadi menjadi kata yang khusus dan terbatas, maka harus ditambah alif lam ta’rif atau alif lam ma’rifat. Sebagaimana yang dijelaskan dalam bait alfiyah.

نَكِرَةٌ قَابِلُ أَلْ مُؤَثِّرَا # أوْ وَاقِعٌ مَوْقِعَ مَا قَدْ ذُكِرَا

Isim nakirah (إسم نكرة) adalah isim yang bisa menerima alif dan lam (أل) yang me-ma’rifat-kan, atau isim yang tidak menerima alif dan lam (أل) tetapi memakai maknanya isim yang menerima alif dan lam.

Contohnya seperti kata قلمٌ yang tanpa ada alif lam maka maknanya hanya pulpen saja, masih secara umum. Namun jika ditambah alif lam dan menjadi القلمُ maka artinya pun menjadi sebuah pulpen, artinya menjadi terbatas pada pulpen tertentu saja yang dimaksud. Tapi, dalam kasus kata Fulan ini akan berbeda. Kata Fulan yang ditambah alif lam maknanya akan masih utuh global dan tidak berubah menjadi terbatas dan terikat atau tertentu. Yang berbeda adalah jika kata Fulan tanpa alif lam maka artinya menunjukan pada seseorang yang mempunyai akal, anggaplah manusia. Maka kata Fulan yang ditambah alif lam menunjukan pada sesuatu yang tidak mempunyai akal, seekor hewan misalnya. Contohnya adalah sebagai berikut:

قام فلان في الفصل

Seseorang telah berdiri di dalam kelas

ركبتُ الفلان

Aku telah menunggangi sesuatu

Dari kedua contoh tadi mungkin sudah cukup jelas, jika Fulan yang pertama mempunyai makna seseorang, bisa jadi dia adalah salah satu murid di kelas, atau bisa jadi juga guru yang ada di kelas, karena identitasnya masih global dan tidak diketahui. Sedangkan contoh kedua sudah pasti sebuah hewan seperti kuda, atau keledai misalnya yang dapat ditunggangi. Dan tidak mungkin diartikan sebagai seseorang manusia.

Awalnya, kata Fulan ini hanya berasal dari dua huruf saja, yaitu huruf fa’ dan lam. Sebagaimana penjelasan yang ada di dalam kitab Taj al-‘Arus. Dan hal ini didukung juga dengan adanya redaksi sebuah hadist yang menggunakan kata Ful, yang terdiri dari huruf fa’ dan lam saja. Berikut adalah penggalan hadistnya

فَيَقُولُ: أَيْ فُلُ أَلَمْ أكْرِمْكَ ، وَأسَوِّدْكَ ، وَأزَوِّجْكَ

Hai seseorang! Bukankah Aku telah memuliakanmu, meninggikanmu, memberikan pasangan untukmu.

Imam Sibawaih mengungkapkan, bahwa kata Fulu tadi awalnya adalah bentuk dari sebuah nida atau seruan. Sebagaimana dalam hadist di atas tadi yang bermakna seruan untuk seseorang secara umum. Namun Imam Sibawaih, bahkan pengarang kitab Maqayis al-Lughoh yaitu Ibnu Faris, keduanya tidak menjelaskan secara detail mengapa yang awalnya bentuk seruan ini lalu berubah menjadi kinayah dari nama-nama kita, atau mempunyai makna yang global dan umum.

Namun jika kembali melihat dan fokus ke asal kata Fulan yang awalnya hanya terdiri dari huruf fa’ dan lam saja. Di sana akan terlihat apabila huruf fa’ dan lam ini ditambah dengan huruf ketiga, maka selamanya akan menunjukan makna yang berputar antara itu-itu saja, yaitu memecah, memisah, memotong, menjauh, dan lain sebagainya yang serupa.

Contohnya saat ditambah dengan huruf jim, menjadi فلج. Maka maknanya adalah kerenggangan atau berjarak. Kemudian saat ditambah huruf ha, menjadi فلح. Maka maknanya adalah membajak atau membelah. Kemudian saat ditambah huruf ‘ain, menjadi  فلع.  Maka maknanya adalah merobek atau membelah. Kemudian saat ditambah huruf dzal, menjadi  فلذ. maka artinya adalah memotong. Dan kemudian saat ditambah huruf qaf, menjadi  فلق. maka artinya adalah memecah. Begitu seterusnya dan seterusnya.

Dan kurang lebih seperti itulah, yang pada intinya jika dua huruf yaitu fa’ dan lam tadi ditambah dengan huruf ketiga. Maka selamanya hanya akan bermakna berputar-putar antara memecah, memisah, memotong, menjauh dan itu-itu saja. Dan di sini, sesuatu yang ditinggal, sesuatu yang dipecah, sesuatu yang dibelah, nantinya akan menjadi sesuatu yang global atau bisa juga diistilah dengan nakiroh. Karena Fulan, yang mana berasal dari fa dan lam yang kemudian ditambah alif nun, itu terpotong hubungan nisbahnya serta terpisah dari identitas, oleh karenanya dia menjadi tak diketahui atau menjadi makna global dan umum.  

Demikianlah kurang lebih, pembahasan singkat mengenai asal muasal kata Fulan dan artinya. Kata Fulan yang biasanya dikalangan pesantren disebutkan untuk menggambarkan seseorang secara umum, ternyata mengalami pergeran makna yang awalnya sebagai seruan kini berubah menjadi kinayah dari siapapun sebagaimana penjelasan dalam Maqayis al-Lughoh.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *