jaringansantri.com- Hari Santri Nasional yang jatuh pada tanggal 22 Oktober, merupakan upaya untuk mengenang jasa para santri yang telah mempertahankan kemerdekaannya pada tahun 1945. Para santri tentu memiliki ragam cara untuk memperingati hari tersebut. Ada yang melakukan pawai, pengajian, upacara, ziarah makam pahlawan santri atau melakukan pagelaran penghargaan untuk santri yang berprestasi. Namun bagi kaligrafer/ pecinta kaligrafi tahun ini memiliki agenda tersendiri untuk menyambut Hari Santri Nasional tersebut.

Sekolah Kaligrafi Al-Quran (Sakal) Jombang, yang bermarkaz di Asrama Sunan Ampel, PP. Mamba’ul Ma’arif Denanyar menjadi pelopor peringatan Hari Santri Nasional pada tahun 2017. Sekolah Kaligrafi asuhan Ust. Athoillah ini tak tanggung-tanggung dalam membuat acara, mereka menyelenggarakan Asean Calligraphy Festival and Exhibiton sebagai sarana peringatannya.

Minimal ada tiga alasan, mengapa Sakal bisa disebut sebagai pelopor para kaligrafer untuk menyambut hari santri. Pertama, acara yang akan dihadiri oleh master kaligrafi Maroko, Mr. Belaid Hamidi dan Master Kaligrafi Saudi Arabia, Mr. Abdullah Abdu Futiny ini memakai logo resmi Hari Santri Nasional dalam wallpaper buku petunjuk teknis dan lembaran lainnya.

Kedua, Festival kaligrafi Internasional ini memakai teks-teks sholawat yang sering didengungkan di lingkungan pesantren.  Lomba khat cabang Diwani memakai teks

اللهم صل على سيدنا محمد الفاتح لما أغلق والخاتم لما سبق، ناصر الحق بالحق…..الخ.

Sedangkan lomba cabang khat Riq’ah memakai teks

مولاي صلي وسلم دائما ابدا      على حبيبك خير الخلق كلهم   . ….الخ.

Ketiga, Festival ini diselenggarakan di Pondok KH. Bisri Syansuri, tokoh ulama-santri nasional yang turut menjaga keutuhan NKRI.

Acara ini tentu sangat bagus untuk diapresiasi sebagai sarana syiar yang menggemakan suara pesantren.  Namun, seperti yang diungkapkan oleh Ustadz Bambang, salah satu master kaligrafi Indonesia yang berdomisili di Malang dalam catatan Facebooknya,

“Berbagai event Budaya Islami Nasional berbobot Internasional bertubi-tubi digelar pada penghujung tahun ini. Namun sangat disayangkan getar, gaung ataupun gemanya kurang terasa menyentuh persepsi kita. Ibarat canang, gong, tambur atau apapun meski tak terdengar merdu saat ditabuh setidaknya gaung atau gema suaranya mampu menandai peristiwa penting, besar dan bermakna sekaligus,”tulisnya dalam akun Eroest Bp.

Oleh karena itu,  acara yang diselenggarakan pada tanggal 14 – 17 September 2017 dan disertai adanya pameran kompetisi Internasional  IRCICA Turki ini patut kita dukung dan menyebarkannya.  Sebagai tanda bahwa kita turut menandai adanya peristiwa penting, besar dan bermakna itu.

Zainal Abidin, Santri dan Pecinta Kaligrafi.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *