Oleh: Sarah Aulia dan Rayinda Zulfaa Nabila dari Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
Definisi Makanan Halal
Secara bahasa, kata “makanan” dapat diartikan dengan kata “tha’am”, “aklun”, dan
“ghidha’un”, yang masing-masing berarti mencicipi sesuatu dan memasukkan sesuatu ke dalam
perut melalui mulut. Dalam bahasa Indonesia, kata “ghidza” juga berarti serapan nutrisi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, makanan adalah segala bentuk makanan yang
dapat dicicipi dan dimakan, seperti kue-kue, lauk pauk, dll. Makanan dapat didefinisikan
sebagai segala sesuatu yang dapat dimakan, baik dari darat maupun laut. Dalam perspektif
Islam makanan halal adalah makanan yang sesuai dengan syariat Islam, berdasarkan al-Qur’an
dan Hadis Nabi SAW.
Dalam Al-Quran, dijelaskan tentang perintah mengonsumsi makanan yang halal:
“Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan janganlah
mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang nyata (QS
Al-Baqarah:168).”
Keterkaitan antara Makanan Halal dengan Kesehatan Jiwa
Kesehatan fisik dalam ajaran Islam tergantung pada makanan dan minuman yang
dikonsumsi. Sebagai seorang muslim, kita harus mengonsumsi makanan dan minuman yang
halal. Hal ini dikarenakan makanan dan minuman yang tidak halal dapat menimbulkan
penyakit, serta makanan dan minuman yang haram dapat mendorong kepada pembentukan
karakter perilaku yang buruk dan mencerminkan jiwa yang tidak sehat. Makanan haram bukan
hanya makanan yang berasal dari babi, tetapi juga dapat berasal dari penghasilan yang
diperoleh untuk mendapatkan makanan tersebut, seperti dengan hasil mencuri dan korupsi.
Syarat Mengonsumsi Makanan Halal
Ada beberapa syarat dan konsep halal dalam mengonsumsi makanan yang dapat dijadikan
acuan kita dalam memilih makanan yang halal:
- Kebersihan dan kesucian makanan, termasuk proses pembuatan, kebersihan, kesucian
alat masak, dan tempatnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Tidak termasuk hewan yang dilarang sesuai syariat
- Tidak mengandung Najis
- Tidak bercampur dengan yang haram
- Tidak merusak fisik dan mental. Misalnya bagi seseorang yang mengidap kolestrol, bila
ia mengonsumsi daging dalam jumlah yang berlebihan akan membahayakan
kesehatannya, sehingga makanan tersebut menjadi haram. Walaupun pada hakikatnya
makanan tersebut halal dan baik. Oleh karena itu, orang yang mengidap kolestrol harus
menghindari makanan daging yang berlebihan karena dapat mengganggu
kesehatannya. - Tidak mengandung syubhat. Syubhat dapat terjadi dalam kondisi adanya keraguan dan
percampuran. Keraguan dalam hal ragu apakah makanan tersebut halal atau haram.
Sedangkan percampuran bisa terjadi jika sesuatu yang haram bercampur baur dengan
hal yang halal, sehingga sulit membedakan keduanya.
Dampak dan Pengaruh Makanan Halal terhadap Emosi dan Perilaku
Makanan halal memiliki dampak yang signifikan terhadap emosi manusia. Konsumsi
makanan halal tidak hanya berkontribusi pada kesehatan fisik, tetapi juga meningkatkan
kesejahteraan emosional dan memperkuat identitas spiritual. Penelitian ini menyarankan
pentingnya kesadaran akan makanan halal dalam konteks kesehatan mental dan emosional.
Sedangkan pengaruh makanan halal terhadap perilaku manusia, yaitu:
- Kualitas makanan: Makanan halal yang baik dapat mempengaruhi kualitas darah dan
daging, yang pada gilirannya mempengaruhi perilaku dan tindakan seseorang. - Kesehatan mental: Konsumsi makanan halal berhubungan dengan kesehatan mental
yang lebih baik, menjaga hati dan akal sehat, serta mengurangi dampak negatif dari
makanan haram.
Pentingnya Penerapan Mengonsumsi Makanan Halal dalam Kehidupan Sehari-hari
Untuk memastikan makanan yang dikonsumsi halal dan thayyib, kita sebagai umat muslim
perlu memperhatikan label sertifikasi halal, memilih makanan dari produsen yang terpercaya,
dan memastikan kebersihan makanan yang dikonsumi. Dengan menerapkan prinsip yang halal
dan thayyib, umat muslim dapat menjalani kehidupan yang sehat, seimbang dan sesuai dengan
ajaran Islam. Penerapan mengonsumsi makanan halal dalam kehidupan sehari-hari: - Pemilihan bahan makanan: sebagai seorang muslim kita harus selektif dalam memilih
bahan makanan, ini berarti memilih bahan makanan yang sudah bersetifikasi halal, serta
menggunakan bahan-bahan makanan yang segar dan tidak kadaluarsa. - Proses memasak: saat memasak penting untuk menjaga kebersihan dan menggunakan
alat-alat yang bersih dan suci. Proses memasak juga perlu dipastikan bahwa bahan
makanan tetap halal dan thayyib, misalnya memasak dengan cara yang sehat dan bersih. - Penyimpanan makanan: makanan harus disimpan dalam kondisi yang bersih dan sesuai
dengan standar kesehatan untuk mencegah pembusukan, termasuk penyimpanan di
suhu yang tepat dan menggunakan wadah yang bersih dan bebas dari bahaya.
Daftar Pustaka
Auliya Izzah Hasanah, Rizka Fauziah, & Rachmad Risqy Kurniawan, SEI, M. (2021). Konsep
Makanan Halal Dan Thayyib Dalam Perspektif Al-Qur’an Auliya Izzah Hasanah. Ulumul
Qur’an:Jurnal Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir, x, 10.
Imron, A. (2018). Tasawuf dan Problem Psikologi Modern. Jurnal Pemikiran Keislaman,
29(1), 23–35. https://doi.org/10.33367/tribakti.v29i1.561
Nelly Ertika Agistya, dan I. K. (2022). Niat Beli Makanan Halal Rocket Chicken Di Kesesi (
Study Pada Mas Yarakat Pekalongan )’’. Prosiding, 345–364.
Rahmitha Surya, I. (2024). Pengaruh Emosi Negatif terhadap Pilihan Makanan Perspektif
Psikologi Islam. 7(1), 90–98. https://doi.org/10.46781/nathiqiyyah.v6i2
Sahib, M., & Ifna, N. (2024). Urgensi Penerapan Prinsip Halal dan Thayyib dalam Kegiatan
Konsumsi. POINT: Jurnal Ekonomi Dan Manajemen, 6(1), 53–64.
https://doi.org/10.46918/point.v6i1.2256
No responses yet