Penggalan buletin terbaru KAFFAH milik khilafers, terbit 25 September 2020 yang berjudul SERTIFIKASI DAI DAN DERADIKALISASI tertulis, “Karena itulah para da’i yang menyampaikan semua ajaran Islam—termasuk khilafah, misalnya—tak layak dicap “radikal” dalam makna yang negatif. Lebih tidak layak lagi jika dilakukan upaya “deradikalisasi” terhadap mereka. Salah satunya melalui Program “Sertifikasi Da’i” atau Program “Bimbingan Teknis Penceramah Bersertifikat”. Jelas, jika motifnya “deradikalisasi”, ini adalah program yang ngawur.”

Tentu khilafers menolak distigma sebagai radikal. Pangkal permasalahannya adalah stigma radikal akan membuat para khilafers tidak leluasa menjajakan gagasan khilafahnya. 

Pertanyaan untuk khilafers, adanya alur nalar upaya mendirikan  khilafah hingga memberi stigma maksiyat terbesar, dan stigma itu sangat potensial menyasar ke orang tuanya, apakah  gagasan  seperti  itu radikal atau malah kurang ajar? Atau sebaliknya, gagasan yang syar’i?

Dalam berbagai kitab otoritatif Hizbut Tahrir semisal Al Syakhsiyyah maupun Nizam Al Hukmi ada formulasi redaksi yang ditulis para tokoh Hizbut Tahrir:

والقعود عن اقامة خليفة للمسلمين معصية من اكبر المعاصى…..

Ada juga redaksi

والتقصير فى القيام به معصية من اكبر المعاصى يعذب الله عليها اشد العذاب 

Teks di atas poinnya adalah, sesiapa yang leha-leha, nyantai, bersikap EGP, berpangku tangan, apalagi menentang orang orang Hizbut Tahrir atas urusan mendirikan khilafah ala Hizbut Tahrir, maka orang itu telah melakukan maksiat yang terbesar, ingat ya terbesar (isim tafdhil atau superlative degree), dan pelakunya akan disiksa di neraka dengan siksa sangat pedih.

Dengan demikian, apabila banyak orang tua pengikut Hizbut Tahrir yang tidak mau diajak oleh anak-anaknya untuk mendirikan khilafah di Indonesia, dan itu nyata banyak terjadi orang tua yang menolak, maka otomatis orang tua yang telah merawat dia ini berdosa besar, masuk neraka, dan saat di neraka akan disiksa Tuhan dengan siksa yang amat pedihnya.

Maka, wahai para pemula dari gen Y Dan Gen Z   kembali saja ke pangkuan NKRI dan kembali ke model ijtihad para ulama pendiri bangsa. Aman orang tuamu dari stempel pelaku maksiat besar, pendosa besar, dan masuk neraka serta disiksa dengan siksa yang pedihnya tak terkira. Relakah semua orangtuamu gegara tidak ikut kamu lalu kamu stempel masuk neraka dan bakal disiksa dengan siksa yang pedih sebagaimana dijelaskan dalam kitab-kitab Hizbut Tahrir?

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *