Siapa yang tidak kenal kacang tanah? Seringkali menjadi camilan pelengkap saat ada acara kumpul-kumpul, teman setia ngobrol atau cangkuan, dan kadang menjadi teman perjalanan penghilang mual. Kacang tanah juga bisa menjadi bumbu atau bahan makanan jenis kuliner tertentu. Dalam bahasa latin disebut Arachis hypogaea L. Saya tak hendak bercerita kandungan nutrisinya, melainkan kandungan pelajaran hidup yang diberikan kepada manusia.

Pertama, kacang tanah kalau dimanja diletakkan di atas tanah, bisa jadi mulai tumbu tunas seakan mau besar. Namun biasanya akan segera mati tanpa menghasilkan biji-biji. Saat ia ditanam dalam tanah, ia akan tumbuh dan menghasilkan biji kacang tanah yang lebat. Ini memberikan pelajaran bahwa kemanfaatan itu tidak lahir dari kemanjaan hidup dan pameran diri di dunia ini. Ketulusan apa adanya dengan bersikap alami adalah kunci bahagia yang membahagiakan.

Kedua, kacang tanah ketika diharap untuk menjadi bibit yang baik harus rela dijemur dibawah terik matahari, lalu harus menerima titanam dalam kegelapan bumi yang kadangkala pengap dan dingin. Kacang tanah tidak protes. Ia tetap menjalani proses hidup seperti ini. Kacang tanah lalu tumbuh subur dan kemudian beranak pinak biji banyak besar dan bernutrisi. Pelajaran apa yang bisa dipetik dari ini?

Untuk menjadi manusia unggul, bermanfaat, berbahagia dan membahagiakan dipersyaratkan sabar menjalani hidup. Kisah hidup tak selalu menyenangkan, namun harus tetap dijalani. Protes kita akan takdir gak akan mampu menjadikan kita semakin mulia bahagia, justru semakin lunglai, terhina dan menderita. Protes akan takdir seringkali disebut ulama sebagai “al-tasakhkhuth bi qadla’ Allah” alias marah dan tak ada ridla akan ketentuan Allah. Ini adalah salah satu dari empat penyebab derita hidup yang paling utama. Belajarlah dari kacang tanah, jalani proses hidup dengan sabar. Tersenyumlah, esok akan tumbuh subur dan berbuah manfaat.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *