- Mengenai Redaksi teks Kitab Al-Matnu Al-Lathif
Tulisan ini tidak membahas boleh tidaknya mengelurkan zakat fitrah dengan uang, Tapi TENTANG PENISBATAN PENDAPAT YANG MEMBOLEHKANNYA KEPADA SYAIKHONA KHOLIL BANGKALAN
Berikut ini adalah hasil istifsar saya dari KH. Thaifur Ali Wafa Madura penulis kitab Al-Maisan Al-Lashif Syarh Al-Matn Asy-Syarif via Whatsapp (tertanggal 8, 9 dan 11 Juni 2019):
Setelah memperkenalkan diri, saya matur kepada beliau:
يا سيدي، قرأت بعض ما كتبتم في شرح المتن الشريف للعلامة خليل البنكلاني، عندي بعض الأسئلة تتعلق بما كتبتم هناك، هل تأذن لي أن أطرح لكم تلك الأسئلة سيدي؟ وأرجو منكم الجواب، جزاكم الله خيرا
Artinya: Ya Sayyidi. Saya membaca syarah antum untuk kitab Al-Matnu Asy-Syarif karya Syaikhona Kholil. Saya ada beberapa pertanyaan tentang apa yang antum tulis. Apakah antum mengizinkan saya untuk bertanya? Mohon jawabannya…
Jawaban beliau:
تفضل
Artinya: Silahkan…Saya lanjutkan:
جزاكم الله خيرا يا سيديأولا: أنتم في شرح هذا المتن اعتمدتم على النسخة المطبوعة أم النسخة المخطوطة يا سيدي؟وثانيا: هل أنتم جازم بأن الشيخ محمد خليل له رأي مخالف لجمهور -بل سائر- الشافعية في مسألة إخراج الزكاة بالقيمة؟أليس فيه احتمال أنه سقط منه حرف (لا)أصله لا يجوز صار يجوزأفيدوني يا سيدي، أفادكم الله
Artinya: Jazakumullah khairan, Sayyidi.
Pertanyaan pertama: dalam penulisan syarah Al-Matn Asy-Syarif, apakah antum menggunakan nuskhoh versi cetak ataukah versi manuskrip?
Kedua: Apakah antum yakin sepenuhnya bahwa Syaikhona Kholil mempunyai pendapat yg menyalahi pendapat mayoritas -atau bahkan mungkin semua – ulama syafi’iyyah dalam masalah mengeluarkan zakat dengan uang? Bukankah ada kemungkinan terjadinya saqthoh huruf Laa? Yang aslinya ‘Laa Yajuz’ jadi ‘Yajuz’. Mohon jawabannya, Kyai…
Kemudian KH. Thaifur Ali Wafa menjawab:
لم أظفر بنسخته المخطوطةشرحت على ظاهر نسختهولكن فيه انفرادات انفرد بها الشيخ خليل فانا أمشي على ظاهر الحالمنها في قوله في صفحة ٥٦٤
Artinya: Saya belum dapat naskah Al-Matnu Asy-Syarif versi manuskrip. Saya hanya mensyarahi sesuai dhohir naskahnya. Akan tetapi Syaikhona Kholil mempunyai ‘infirodat‘ (pendapat sendiri yang tidak sesuai dengan jumhur). Saya menulis sesuai dhohirnya. Di antara infirodat beliau adalah ucapan beliau pada halaman 564:
KH. Thaifur Ali Wafa lalu mengirimkan foto halaman 564 dari Al-Maisan Al-Lashif..
Saya melanjutkan:
أيواه جزاكم الله خيرا مولاي،بالنسبة لمسألة إخراج الزكاة بالقيمة غلب على ظني أنه سقط من النسخة المطبوعة حرف (لا) يا سيدي، لأسباب تالية:- أن الكتاب هو المتن اللطيف في الفقه الشافعي الذي من شأنه أن لا يخالف ما عليه جمهور الشافعية.
Artinya: Ayuwah. Jazakumullah khairan. Soal masalah mengeluarkan zakat dengan uang, dugaan kuat saya terjadi saqthoh huruf Laa dari naskah versi cetak, Ya Sayyidi, karena beberapa sebab berikut:..
Lalu saya menyampaikan analisa yang saya tulis dengan bahasa Indonesia kepada beliau.
Ini hasil diskusi dengan sebagian teman soal pendapat syaikhona yai.
Saya menduga kuat adanya saqthoh karena beberapa sebab, diantaranya:
- Kitab al-Matnu asy-Syarif adalah kitab ringkas dalam madzhab Syafi’iyyah. Yang mana kebanyakan matan kitab hanya menampilkan hal-hal yang sudah disepakati oleh para ulama.
- Syaikhona Kholil masih menemui masa kejayaan madzhab Syafi’i di haromain, salah satu muashir beliau adalah Syaikh Abu Bakar Syatho. Pada saat itu merupakan suatu aib bagi pengikut suatu madzhab jika menulis dalam kitabnya apa yang menyalahi perkara yang sudah disepakati ulama madzhabnya. Apalagi jika kitab yang ditulis hanya berupa matan lathif/kecil/mungil.
- Saat Syaikhona Kholil menulis kitab itu masyarakat Indonesia masih menganut syafi’i tulen, dalam arti belum terbuka terhadap madzhab-madzhab lain seperti sekarang ini.
- “Yajuzu dan la yajuzu” adalah salah satu lafadz dalam kitab yang rawan terjadi tashih. Yang aslinya la yajuzu, lafadz la-nya hilang. Atau yang aslinya yajuzu ketambahan la. Ini sangat banyak sekali terjadi.
- Soal syarah KH. Thaifur Ali Wafa, beliau hanyalah mensyarahi dhohirnya. Memang adab seorang syarih menjelaskan dan membawa kalam matin pada mahmal hasan. Selama ada madzhab lain yang memperbolehkan, ya beliau sebutkan. Yang saya tangkap dari chat dengan beliau, KH. Thaifur belum yakin sepenuhnya bahwa itu pendapat syaikhona karena beliau belum merujuk pada manuskrip asli.
- Dugaan kuat saya, nuskhoh al matnusy syarif yang selama ini beredar sumbernya hanya satu. Yaitu terbitan percetakan dari surabaya.
Dari sini lah pentingnya ilmu tahqiq. Jika ada hal yang agak ganjal, harus rujuk pada manuskrip asli…
Saya melanjutkan:
Setelah itu ada yang mengirim gambar manuskrip tulisan tangan langsung syaikhona. Meskipun bukan kitab al matnu al Syarif, tapi redaksinya hampir sama dengan yang di al matnu Asy Syarif.
Jika kita bandingkan antara keduanya, maka yang di manuskrip itu hampir sama persis dengan redaksi yang di al matnusy syarif.
Hanya dua kalimat yang beda. Yaitu: Dalam manuskrip: ويجب Dalam al matnusy syarif: وتجب
Dalam manuskrip : بإدراك آخر جزء من رمضان
Dalam al matnusy syarif:مع أول جزء من شوال
Selain kedua itu redaksinya sama.
Setelah saya melihat manuskrip itu, gholabah dzonn saya berubah menjadi yakin bahwa telah terjadi saqthoh dalam al matnu asy syarif.
وفي المخطوطة : إثبات (لا)وهذه المخطوطة بخط يد الشيخ خليل.
Ta’liq Syaikh Kholil pada manuskrip itu dengan : وقيل يجوز ذلك
Menunjukkan bahwa yang mu’tamad menurut beliau adalah tidak boleh. Oleh karena itu beliau cantumkan di matan. Ta’liq itu sifatnya hanya berupa tambahan keterangan dan bukan yang mu’tamad. Wallahu a’lam…
Saya lalu menanyakan pendapat KH. Thaifur tentang analisa saya:
ماذا ترون يا مولاي؟ أفيدوني أفادكم اللهحفظكم الله للمسلمينجزاكم الله خيرا كثيرا يا سيدي
Artinya: Bagaimana pendapat antum ya Maulay? Mohon jawabannya. Semoga Allah selalu menjaga antum untuk muslimin. Jazakumullah khairan…
Lalu KH. Thaifur mengirim gambar halaman Al-Maisan Al-Lashif tentang masalah ini (lihat foto nomer 5). Beliau foto langsung dari komputer beliau, bukan kitab cetak. Dalam gambar ini terdapat tambahan keterangan dari beliau yang tidak ada pada versi cetak. Tambahannya adalah:
الظاهر سقوط كلمة لا من بعض النساخ، وإلا فهذا مما انفرد به المصنف رحمه الله تعالى.
Artinya: DHOHIRNYA TERJADI SUQUTH KALIMAT ‘LAA’ DARI SEBAGIAN PENYALIN, JIKA TIDAK MAKA INI ADALAH PENDAPAT PRIBADI MUSHONNIF…
Setelah membaca tambahan beliau, saya bertanya:
هل هذه الزيادة من نسخة الميسان اللصيف المطبوعة يا سيدي؟ أم ما زالت في الحاسوب؟ حفظكم اللهسامحوني مولاي إذا كانت هذه الأسئلة سوء أدبي معكم،
Artinya: Apakah tambahan ini ada di naskah al-Maisan Al-Lashif yang sudah dicetak ataukah masih di komputer? Mohon maaf kyai. Apabilah pertanyaan-pertanyaan saya ini suul adah terhadap antum…
Kemudian beliau dawuh:
ألحقوا هذه الزيادة بنسختك المطبوعة وأخبروا من كان لديه النسخة التي لم تكن فيها هذه الزيادة
Artinya: TAMBAHKAN TAMBAHAN SAYA INI DALAM KITABMU. DAN KABARKAN KEPADA ORANG YG PUNYA KITAB AL MAISAN AL LASHISF YANG BELUM ADA TAMBAHAN INI…
Saya pun syyiiaapp:
حاضر يا سيدي، نعم إن شاء الله. جزاكم الله خيرا كثيرا
Artinya: Siaap, Sidi. Insya Allah. Jazakumuallah khairan katsiran.
No responses yet