Oleh : Angga Apriansyah (Mahasiswa Universitas Dirgantara Mrsekal Suryadarma)
Sejak kecil Ibnu Haitham memang dikenal cerdas. Tidak heran bila ketika dewasa, dia menjadi sarjana Muslim terkemuka. Ia memulai kariernya sebagai pegawai pemerintah di kota kelahirannya, Basrah, Irak. Hanya saja, laki-laki kelahiran 965 Masehi ini merasa tidak nyaman bekerja dalam bidang birokrasi. Ibnu Haitham lebih tertarik berkelana menimba ilmu.
Sang ilmuwan kemudian memutuskan pergi merantau ke Ahwaz dan Baghdad, yang kala itu termasuk pusat intelektual dunia. Di kedua tempat tersebut, ia mempelajari beragam ilmu. Tidak berhenti di sana, Ibnu Haitham melanjutkan belajar ke Mesir. Dia sempat pula mengenyam pendidikan di Universitas al-Azhar.
Setelah lulus, dia lalu mempelajari berbagai keilmuan secara autodidak, seperti ilmu falak, matematika, geometri, fisika, serta filsafat. Sampai akhirnya, Ibnu Haitham tertarik mengkaji segala hal mengenai ilmu optik. Banyak teori terkait ilmu optik yang dicetuskannya, salah satunya penelitiannya tentang cahaya.
Ibnu Haitham merupakan orang pertama yang menemukan juga menulis data penting mengenai cahaya. Kabarnya, sekitar 200 buku sudah ditulisnya. Sayangnya, tinggal sedikit karya Ibnu Haitham yang tersisa. Salah satu karya monumentalnya, yaitu Kitab al-Manadhir, pun tidak jelas keberadaannya.
Dengan begitu, orang hanya bisa mempelajari kitab itu dari terjemahan yang ditulis latin. Melalui al-Manadhir, teori optik dijelaskan untuk pertama kalinya. Lewat karyanya tersebut, Ibnu Haitham juga menjadi orang pertama yang menjelaskan soal mekanisme penglihatan manusia. Selama lebih dari 500 tahun, al-Manadhir masuk dalam jajaran buku penting ilmu optik.
Pada 1572, kitab tersebut diterjemahkan ke bahasa Latin dengan judul Opticae Thesaurus. Bab tiga volume pertama buku itu membahas tuntas berbagai ide Ibnu Haitham mengenai cahaya. Ibnu Haitham meyakini, sinar cahaya yang keluar dari garis lurus berasal dari setiap titik di permukaan bercahaya. Dia membuat percobaan sangat teliti terkait lintasan cahaya melalui beberapa media lalu menemukan teori pembiasan cahaya. Dia pula yang pertama melakukan eksperimen tentang penyebaran cahaya terhadap beraneka warna.
Di dalam buku tersebut, Ibnu Haitham turut menjelaskan mengenai ragam cahaya yang muncul saat matahari terbenam, termasuk teori kemunculan bayangan, gerhana, serta pelangi. Ilmuwan asal Irak itu tercatat sebagai orang pertama yang menjabarkan indra penglihatan manusia secara detail. Tidak terkecuali, tentang proses manusia dapat melihat.
Hampir semua teori serta hasil penelitian Ibnu Haitham menginspirasi beberapa ahli sains Barat. Meliputi Boger, Bacon, dan Kepler yang sekarang dikenal sebagai pencipta mikroskop serta teleskop. Ia juga pernah menulis buku tentang evolusi yang sampai sekarang masih menjadi rujukan ilmuwan dunia. Buku karya Ibnu Haitham mengenai kosmologi pun sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad pertengahan.
No responses yet