Di sebuah musholla kampung yang bersahaja, Kyai Dul Hadi (KDH) mengajarkan; bahwa Imam Ahmad dalam kitab hadisnya Al Musnad dan Imam Al Hakim dalam kitab hadisnya Al Mustadrak alas Shahihain, meriwayatkan sebuah hadis, yaitu; “Suatu hari yang tenang, di hadapan para sahabatnya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda;

إِنَّ التُّجَّارَ هُمُ الْفُجَّارُ. 

قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَلَيْسَ قَدْ أَحَلَّ اللهُ الْبَيْعَ؟ 

قَالَ: بَلَى، وَلَكِنَّهُمْ يَحْلِفُوْنَ فَيَأْثِمُوْنَ وَيُحَدِّثُوْنَ فَيَكْذِبُوْنَ

“Sesungguhnya para pedagang itu adalah orang-orang fajir (pelaku durhaka).”

Lalu, para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, bukankah Allah telah menghalalkan jual beli?”

Beliau menjawab, “Ya (memang Allah menghalalkan jual beli), tetapi mereka itu suka bersumpah, lalu mereka pun berbuat dosa dgn menyelisihi sumpahnya, dan mereka berbicara, lalu mereka berdusta dalam bicaranya.”

Setelah menjelaskan makna hadis dan fungsinya dalam membentuk masyarakat madani dan shalih,  salah seorang jamaah yang berprofesi sebagai pedagang pasar menanggapi dengan berkomentar; “Iya, dulu pedagang suka main-mainin sumpah, dan bicaranya suka bohong untuk sebuah keuntungan. Itu dulu lhoo.”

 “Kok, dulu, kalo sekarang?” demikian Kyai Dul Hadi merespon.

Jawab si pedagang; “iya, sekarang juga masih ada, tetapi sudah berkembang”. 

“Maksud njenengan, berkembang bagaimana, kang?” tanya Kyai Dul Hadi dengan penasaran.

“Dulu kebohongan diniati sengaja oleh pedagang sendiri, tetapi sekarang berkembang, yaitu; justru pembeli yang berinisiatif berbuat bohong”, jawab si pedagang.

“Kok, bisa begitu, kang?” tanya Kyai Dul Hadi heran.

Sambil menghela nafas panjang, si pedagang mengkisahkan; “sebagai pedagang, saya senang bila barang dagangan saya dibeli dan laris. Tetapi, banyak pegawai berseragam yang datang dan  mau beli dagangan, dengan syarat; saya memberikan tandatangan dan stempel saya pada kwitansi kosong yg berlembar-lembar yg disodorkan oleh mereka. Mereka minta, soal nominalnya berapa, nanti biar mereka yg mengisinya, dan pedagang dah diam saja.”

“Lha sisi bohongnya mana?” tanya Kyai Dul Hadi makin penasaran.

“Yha, itu kan kwitansi kosong akan diisi nominal harga dan/atau barang yang tidak sesuai dengan kenyataannya, yha kira-kira ada manipulasi laah, demi lolosnya Laporan dalam penyerapan anggaran, kyai.”  jawab si pedagang dengan polos.

“Kok, njenengan bisa tahu?” tanya kyai Dul Hadi.

“Iyha, tahu, sudah umum. Karena banyak yg cerita. Ini lhoo Kyai, saya juga diminta tandatangan dan menstempel di sepuluh kwitansi kosong, yang nantinya bisa bebas diisi nominal pembengkakan berapa saja. Makanya, kita sebagai pedagang yg berusaha jujur dan syar’iy menjadi serba-salah.” jawab si pedagang sambil menyodorkan kwitansi dari tasnya.

“Terus, njenengan ikuti kemauan mereka?” tanya Kyai.

“Tidak, kyai. Buat apa. Sedikit-sedikit saja, hasilnya, yg penting ketenangan dan berkah.” jawab si pedagang.

Kyai Dul Hadi pun tersenyum, dengan senyuman mengapresiasi.

“Tetapi, Ini saya hanya pura-pura terima kwitansi kosong mereka, untuk menghargai mereka saja, sehingga nantinya saya  bohongi saja dengan bilang bahwa stempel saya hilang karena kelupaan entah di mana. Kalo jadi, mau beli, yha saya tuliskan jumlah barang dan harganya sebagaimana kesepakatan. Kalau pun tidak jadi beli, yha sudah, berarti belom rizki saya sekeluarga. Ini saya ada bohongnya. Lalu, Apakah kebohongan saya ini masuk hadis yang Kyai terangkan tadi?” demikian si pedagang mencurahkan isi hatinya.

Kyai Dul Hadi mengatakan; “kalo memang begitu, dan njenengan bisa istiqamah, berarti njenengan Wali yang di Pasar.”

“Di Pasar, Kok Wali, kyai”? saya hanya penjual di pasar yg awam”, begitu si pedagang merasa rendah diri.

Kyai Dul Hadi mengatakan; “Karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda;

التَّاجِرُ الصَّدُوْقُ اْلأَمِيْنُ مَعَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ

“Pedagang yang jujur lagi dipercaya itu bersama para nabi, shiddiqin, dan syuhada.”

“Mohon doa dan restunya, kyai” pungkas si pedagang.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *